PROLOG

237 14 0
                                    

Jam menunjukkan pukul sebelas siang saat Farel menyeret Difta keluar dari kamar asrama. Semua anak baru yang mengikuti MOS berkumpul di aula asrama setelah mandi dan membereskan kamar masing-masing. Hendri memberi arahan tentang Ekskul yang ada di asrama itu, dan masing-masing penghuni asrama harus mengikuti Ekskul-Ekskul tersebut setelah pulang sekolah.

"Yang pertama, Ekskul Photografi, siapa yang berminat?" tanya Hendri.

Farel mengangkat tangannya, Difta juga ikut mengangkat tangannya. Tommy sang ketua Ekskul Photografi mencatat nama beberapa orang yang ikut dalam Ekskul itu. Kyara menatap dua orang yang berdiri di bagian tengah dan mencatat nama mereka yang terlihat jelas di depan baju masing-masing. Farel dan Difta.

"Lihat deh Deb..., mereka berdua usil banget ya," bisik Kyara yang terlihat senang.

Debby hanya mengangguk sambil tersenyum ketika memberinya tanggapan. Sementara Farel masih sibuk dengan Difta yang berdiri di sampingnya.

"Lo mau ikut Photografi? Emangnya lo bisa NOT?" tanya Farel.

"Gue berbakat di semua bidang," jawab Difta seraya tersenyum jahil.

Farel menggeleng-gelengkan kepalanya lalu kembali menatap ke depan. Tatapannya jatuh pada sosok seorang senior dari Ekskul Photografi yang akan ia ikuti. Wajahnya manis meskipun tanpa riasan. Rambutnya berwarna hitam panjang bergelombang dan juga berponi. Ada dua jepit rambut kecil berwarna putih di sisi kanan dan kiri yang menghiasi penampilannya menjadi lebih menarik untuk diperhatikan.

Gadis itu menatap ke arah Farel setelah mencatat sesuatu di sebuah kertas. Farel pun balas menatapnya dan tersenyum untuk menyapanya. Kedua pipi gadis itu memerah saat melihat senyuman yang Farel beri untuknya.

"Far..., ayo..., kita ke ruang makan!" ajak Difta.

Suara Difta membuyarkan lamunan Farel.

"Eh..., iya..., ayo," balas Farel.

Mereka pun meninggalkan aula asrama dan Kyara masih mengikuti langkah Pria itu yang mulai menjauh melalui ekor matanya.

"NOT, gue jatuh cinta deh kayanya," Farel mengakui.

"Sama siapa?" tanya Difta kaget.

"Sama senior yang tadi mencatat nama kita, yang pakai jepit rambut warna putih," jawab Farel, jujur.

"Wah..., mainan lo berat! Belum apa-apa udah menandai senior sebagai soulmate," sindir Difta sambil tertawa.

"Yee..., namanya juga cinta pada pandangan pertama NOT, ya dari sejak pertama kali lihat dia, gue udah tahu dong kalau dia jodoh gue," ujar Farel, santai.

"Jodoh??? Sekolah dulu yang benar!!! Main bahas-bahas jodoh aja," gerutu Difta.

Farel pun terkikik geli saat melihat ekspresi Difta yang sebal setengah mati terhadap dirinya.

"Iya..., iya..., belajar sambil mencari jodoh! Biar kaya peribahasa, menyelam sambil minum air," gurau Farel.

"Terserah lo deh Far," Difta menyerah.

* * *

RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang