"Namanya Kyara, dia senior di kelas 11 IPA," ujar Difta yang memberikan informasi pada Farel sambil mengunyah permen karetnya.
Farel menatap tak percaya ke arah Difta yang masih duduk di sampingnya. Pemandangan atap asrama menjadi background yang menyenangkan saat mengambil foto dengan tema alam.
"Lo tahu darimana kalau namanya Kyara?" Farel membidik pemandangan dari sudut berbeda.
"Kak Hendri. Semalam gue nanya sekalian membalas pesannya. Dia bilang namanya Kyara Amelia Annastasya, kelas 11 IPA, hobi Photografi, dan penyuka warna putih. Kamarnya ada di lantai tiga nomor 301," jawab Difta, lengkap.
Farel melongo di tempatnya.
"Kak Hendri stalker ya?" tebak Farel.
"Bukan! Kebetulan Kak Hendri adalah Orangtua asuh kita, yang bekerja sebagai Guru Seni di sekolah kita ini serta hafal mati siapa-siapa yang menjadi siswa dan siswi di bawah bimbingannya! Kak Hendri kan Wali kelas 11 IPA Far..., ya jelas dia tahu dong semua tentang Kak Kyara," omel Difta, gemas.
Farel kembali terkekeh melihat Difta yang selalu naik darah jika berbicara dengannya.
"Oke, kamarnya nomor 301 di lantai tiga, kan? Nanti malam gue mau kenalan langsung sama dia," Farel berencana.
"Tolong pastikan lo nggak datang ke depan pintu kamarnya dengan tangan kosong. Seenggaknya, lo harus bawain dia sesuatu biar nggak malu-maluin Seven B!" saran Difta.
"Bagusnya gue beliin dia apa? Parfum? Shampo? Sabun mandi? Sabun cuci? Softener?" Farel terlihat berpikir.
Difta menatapnya takjub seakan Pria itu adalah manusia paling ajaib yang pernah ada di muka bumi.
"Bawain dia yang manis-manis," Difta masih mencoba bersabar.
"Oke fix! Kalau begitu, gue bakalam bawain dia Shampo anak-anak yang wanginya manis!' seru Farel dengan penuh percaya diri.
"Nih lama-lama gue dorong lo dari sini biar nyungsep sampai di bawah!" geram Difta.
"Lah..., kok gitu?" Farel tak mengerti.
"Bawain yang manis maksud gue kue, biskuit, roti, minuman..., bukan Shampo anak-anak musang!"
"Ooh..., makanan! Ngomong dong!"
Difta semakin menggeram penuh kegemasan di tempatnya berdiri, Farel pun segera mengambil ancang-ancang untuk berlari sebelum Difta benar-benar menerkamnya sore itu.
"Jangan lari lo musang!!!" teriak Difta, lantang.
* * *
Farel mengambil susu dari dalam kulkas dan membawanya ke meja makan di mana Seven B telah berkumpul. Ia meletakkan piringnya di samping piring milik Alex.
"Makan lo sedikit banget sih Far, gue aja yang cewek nggak bisa makan sesedikit itu," Tita terlihat meringis ketika menatap piring milik Farel.
Farel terkekeh.
"Gue lagi diet Ta," jawab Far.
"Diet? Apa lagi yang lo kurusin? Badan udah tinggal tulang aja pakai ada acara diet," omel Ian.
"Kalah gue," Keylan tak ingin ketinggalan berkomentar.
"Udah nggak usah dilarang-larang..., pokoknya kalau nanti malam ada yang teriak-teriak lapar di kamar bakalan langsung gue kasih makan bantal guling!" ancam Difta.
HAHAHAHAHA!!!
Mereka tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman Difta terhadap Farel. Kyara menoleh ke arah meja mereka dan menatap Farel diam-diam.
![](https://img.wattpad.com/cover/229707018-288-k73459.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah Takdirku
Novela JuvenilDia sangat konyol saat berada di hadapan sahabatnya, hanya untuk membuat sahabatnya tertawa. Dia senang melakukan hal-hal konyol agar sahabatnya tetap tertawa. Kenapa aku memperhatikannya? Padahal dia adalah Pria biasa yang sama sekali tidak berusah...