Ragu

48 7 0
                                    

Insiden paling mengejutkan terjadi siang itu di ruang makan asrama.Veyza ditembak oleh Eliya hingga Pria itu marah besar. Debby terlihat khawatir, Kyara tahu betul akan hal itu.

"Minum Deb, dia kasih itu Pop Ice buat lo," ujar Kyara sambil menunjuk ke arah gelas Pop Ice yang Veyza berikan untuk Debby sebelum Pria itu pergi.

"Dia belum makan Kya, perutnya pasti lapar," Debby khawatir.

"Lo beliin aja dia makanan, terus kasih. Biar nggak sakit juga sih sebenarnya," saran Kyara.

Debby bergegas mengambil sekotak batagor setelah Veyza pergi dari ruang makan. Tindakan Eliya yang menembak Pria itu di depan umum sepertinya sangat membuatnya marah hingga tak sempat makan.

Kyara kembali menatap piring batagor yang sudah habis. Perutnya masih terasa lapar, tapi ia benar-benar malas untuk mengambil makanan lagi. Sebuah piring berisi bakpau pun terulur ke hadapannya.

Kyara mengangkat wajahnya dan melihat Farel tengah tersenyum menatapnya.

"Makan lagi. Pasti lo belum kenyang, kan?" tebaknya.

Kyara masih terpaku di tempatnya duduk. Ia benar-benar tak menduga jika Farel akan datang membawakan makanan untuknya.

"Porsi batagornya sedikit, jadi gue pikir lo pasti masih mau tambah makanan lain. Itu bakpau isinya daging cincang, makan ya, mumpung masih panas," Farel membantu Kyara memotong kecil-kecil bakpau itu agar cepat dingin.

Kyara pun menusuk bakpau yang sudah terpotong kecil-kecil itu dengan garpu dan mulai memakannya.

"Suka pedas nggak? Mau pakai sambal?" tawar Farel.

"Nggak usah Far, ini aja udah cukup kok," jawab Kyara sambil tersenyum malu-malu.

Farel membalas senyuman itu, ia menyodorkan sekotak yoghurt rasa jeruk pada Kyara. Pria itu bahkan sudah menusukan sedotan di kotak tersebut agar Kyara bisa langsung meminumnya.

"Far..., lo perhatian banget sama gue. Apakah ini nggak berlebihan?" tanya Kyara.

Farel tersenyum.

"Nggak sama sekali Kak, yang gue lakukan ini bukan hal besar. Karena apa yang gue lakukan buat lo bukan hanya sekedar untuk menarik perhatian lo aja, tapi memang murni keinginan gue untuk menjaga lo dengan baik dan memberi perhatian yang cukup. Lo nggak perlu khawatir, gue akan selalu seperti ini, nggak akan berubah," jawab Farel.

Kedua mata Kyara tiba-tiba berair. Farel pun berubah menjadi panik.

"Loh, Kakak kenapa? Gue salah ngomong ya? Bilang Kak," Farel memohon.

"Gue..., gue...," Kyara tak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Kak, please, bilang sama gue kalau ada hal yang salah dari diri gue. Biar ke depannya gue nggak akan lakukan hal yang sama, gue nggak mau bikin lo nangis kaya begini Kak, gue nggak mau nyakitin lo," Farel memohon dengan sangat lembut.

"Lo nggak nyakitin gue Far, lo baik banget sama gue dan justru hal itu yang bikin gue pengen nangis. Gue pernah bilang kan kalau hidup gue nggak semudah yang lo bayangkan. Iya Far..., hidup gue jauh dari yang namanya perhatian. Gue nggak pernah dapat perhatian apapun selama ini dari orang yang seharusnya sayang sama gue, dan gue kaget ketika dapat perhatian setulus yang lo kasih buat gue," jawab Kyara sambil menghalau airmata yang sudah membanjiri wajahnya.

Farel menggenggam erat kedua tangan Kyara yang kini basah oleh airmata.

"Hei, siapapun di masa lalu yang udah menyia-nyiakan kehadiran lo dan tidak memberikan perhatiannya buat lo, itu tandanya orang itu sangat bodoh! Sejak awal gue melihat sosok lo di aula asrama, gue udah merasa punya keinginan untuk terus memberi perhatian yang banyak buat lo. Lo nggak perlu merasa kaget atau merasa gue berlebihan, karena gue melakukan ini hanya untuk lo. Gue nggak pernah memberikan perhatian seperti ini pada orang lain. Lo adalah yang pertama, dan gue harap lo akan menjadi yang terakhir," jelas Farel.

Wajah Kyara semakin basah oleh airmatanya, Farel segera menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Ia membiarkan semua beban dalam diri Kyara tertumpah di sana tanpa halangan apapun.

"Mulai sekarang, kalau lo butuh sandaran segera cari gue. Gue akan selalu bersedia menjadi sandaran dalam hidup lo untuk mengurangi beban-beban yang ada di dalam pikiran lo. Nggak usah ragu-ragu, karena gue nggak akan pernah merasa terbebani oleh kehadiran lo," ujar Farel sambil membelai rambut Kyara dengan lembut.

Kyara pun mengangguk di dalam pelukan Farel. Entah bagaimana, rasanya ia begitu lega setelah mengatakan apa yang dirasakannya pada Pria itu.

'Tapi ini baru permulaan. Masalahku yang tak kuungkap masih sangat banyak. Apakah aku tetap bisa bersandar padamu, jika suatu saat nanti kau sudah tahu segalanya?'

* * *

Hendri menatap Seven B dengan dahi mengerenyit seakan berpikir keras tentang satu pertanyaan yang mereka ajukan.

"Kak..., jawab dong! Kita udah hampir setengah jam nungguin jawaban ini," protes Tita, seperti biasa.

"Kenapa kalian tiba-tiba mau tahu semua tentang Kyara? Ada masalah apa?" selidik Hendri.

"Aduh ya ampun..., masa harus kita ulang lagi sih Kak?" rengek Difta, yang kini terlihat tak jauh berbeda dengan Tita.

"Iya saya mengerti kalau Far suka sama Kyara. Tapi apa urusannya dengan seluk beluk hidup Kyara yang ingin kalian tahu? Itu urusan Kyara, bukan urusan kalian," Hendri tidak mau kalau sampai Seven B mencampuri urusan orang lain.

"Kita tahu Kak, tapi masalahnya kita butuh banget untuk tahu seluk beluk kehidupan Kak Kyara sebelum akhirnya nanti Far dan Kak Kyara bersatu. Kak Kyara itu kelihatan banget ragu-ragunya Kak, seakan dia takut untuk benar-benar menerima kehadiran Far," jelas Alex.

Hendri melongo beberapa saat lalu menatap Difta.

"AL ternyata bisa ya ngomong sampai satu paragraf begitu...," nilainya.

Semua segera menahan tawanya agar tak meledak. Alex pun kembali berdiam diri dengan sejuta penyesalan di dalam hatinya karena harus berbicara panjang lebar dengan Hendri.

"Oke, saya akan ceritakan semuanya tentang Kyara. Tapi tolong kalian harus janji jika ada apa-apa, katakan pada saya, biar saya yang mengurus segala sesuatunya," pinta Hendri.

"Oke Kak, kami janji," jawab Veyza dengan cepat.

* * *

RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang