Pressure

48 9 0
                                    

"Deb, makan yang banyak dong, biar sehat," saran Kyara.

Debby meringis mendengar saran itu.

"Sehat nggak, tambah gendut iya," cibir Debby.

Kyara terkikik geli. Debby mencubit lengan Kyara dengan gemas karena ditertawai oleh gadis itu. Mereka pun melanjutkan makan siangnya dengan menyantap batagor dan bakpau kesukaan Kyara.

Farel menatap Kyara sambil tersenyum bahagia di mejanya sendiri. Ia senang sekali karena bisa melihat gadis itu makan dengan lahap. Ia tak ingin gadis itu sakit karena terlalu sedikit makan.

Tingtung..., tingtung...!!!

Suara pengeras suara yang berbunyi membuat semua orang terdiam.

"Pengumuman. Untuk Kyara Amelia Annastasya siswi kelas 11 IPA, diminta untuk menemui tamu yang berkunjung untuknya di depan asrama setelah jam makan siang. Terima kasih."

Deg!

"Tamu?" batin Kyara yang segera merasakan ketakutan di dalam hatinya.

Farel menangkap raut wajah ketakutan itu dengan jelas di wajah Kyara. Wajah dengan ekspresi yang sama persis dengan ekspresi saat pertama kali ia mengajak gadis itu berbicara.

"Ada apa ini?" batin Farel.

Kyara pun bangkit dari kursinya lalu bergegas keluar dari ruang makan sekolah menuju ke halaman depan asrama. Gadis itu bahkan tak menghabiskan dulu makanannya, sehingga membuat Farel semakin gelisah dan khawatir.

Sesosok Pria bertubuh jangkung berdiri membelakangi Kyara yang baru tiba di halaman asrama. Kyara tak perlu meminta Pria itu berbalik, karena dirinya sudah sangat mengenali siapa dia. Kyara menyembunyikan kedua tangannya yang tiba-tiba gemetar luar biasa.

"Mau apa lo ke sini? Dari mana lo tahu keberadaan gue?" tanya Kyara, memberanikan diri.

Pria itu berbalik dan tersenyum licik ke arah Kyara. Senyum menjijikan yang paling ia benci dalam kehidupannya.

"Kenapa? Lo nggak suka ketemu gue lagi? Kita ini saudara..., dan lo nggak bisa lari dari gue!" tekannya.

Kyara mundur beberapa langkah ke belakang saat Pria itu melangkah maju mendekat ke arahnya.

"Nggak! Gue nggak punya saudara! Gue anak tunggal, dan lo cuma anak dari Laki-laki yang Almarhumah Nyokap gue nikahi! Nggak lebih! Dan karena sekarang Nyokap gue udah nggak ada, maka kita nggak ada hubungan apapun lagi! Pergi! Gue nggak mau lihat lo lagi!" usir Kyara.

Pria itu menunjukan smirk jahat kepada Kyara. Dia meraih tangan Kyara dan mencengkramnya dengan kuat hingga Kyara meringis kesakitan. Kini gadis itu menangis.

"Lo pikir semudah itu untuk bisa lepas dari gue? Hutang Nyokap lo aja masih belum lunas anak sial! Sampai gue bisa menjual diri lo dengan harga tinggi, gue nggak akan pernah melepaskan elo dengan mudah!" bentaknya.

BUGH!!!

Satu pukulan telak mendarat dengan mulus di wajah Pria itu hingga tersungkur di lantai halaman asrama. Hidungnya mengeluarkan darah segar yang mengalir tanpa henti. Farel menatapnya dengan penuh amarah. Kyara terkejut setengah mati saat Farel tiba-tiba muncul dan menyembunyikannya di balik punggung.

Debby berlari dan memeluk Kyara dengan erat. Seven B ada bersamanya saat itu.

"Kak Kyara pergi sama Kak Debby aja ya. Jangan ngomong apa-apa, biar kita yang hadapi dia," pinta Tita.

Debby benar-benar membawa Kyara pergi dari sana agar tak menyaksikan apapun. Seven B pun kini menatap Pria itu dengan penuh amarah.

"Ngomong apa lo tadi??? Lo mau jual dia??? Nyali lo sampai di mana hah, sehingga berani bilang kalau lo mau jual dia???" bentak Farel sambil mencengkram kerah baju Pria itu.

Pria itu kembali tersenyum seakan merasa tak berdosa.

"Nggak usah sok belain anak pembawa sial itu! Gue Kakaknya, jadi gue berhak mau berbuat apa sama dia!" balas Pria itu.

BUGH!!!

Lagi-lagi Farel memberinya pukulan yang kuat untuk Pria itu, kali ini di bagian perut yang membuatnya lemas seketika.

"Lo bukan Kakaknya!!! Dia anak tunggal dan lo nggak ada hubungan apa-apa sama dia!!!" bentak Alex.

"Tapi Nyokapnya menikah sama Bokap gue!!! Dan dia itu pembawa sial dalam keluarga gue!!!" balas Dio lebih keras, seakan meminta dipukul lagi oleh Farel.

Difta mendekat.

"Oh ya?" ejek Difta sambil mengeluarkan selembar kertas dari sakunya, "..., Dio Naratama atau DN, pewaris dari Naratama Grup yang membunuh Ayahnya sendiri dan juga Ibu tirinya. Pembunuhan ini didasari dengan motif balas dendam, karena DN telah dicoret dari daftar nama anggota keluarga setelah melakukan tindakan pemerkosaan terhadap teman sekelasnya. Saat ini DN masih menjadi buronan pihak Kepolisian dan belum tertangkap. Pihak kepolisian sendiri tidak bisa gegabah untuk memenjarakannya karena saat ini DN melarikan diri bersama Adik tirinya yang dia jadikan sandera, berinisial KAA," Difta kembali melipat kertas itu dan memasukkan ke dalam sakunya.

Farel terkejut saat mendengar Difta membacakan berita itu. Darimana gadis itu tahu tentang masalah Kyara? Kenapa tak memberitahu dirinya?

"Gue udah sering baca pemberitaan tentang kasus itu dulu waktu masih SD kelas enam, dan nggak nyangka kalau gue bakalan ketemu langsung sama buronan ini di sini," ejek Tita.

"Jadi, yang pembawa sial itu Kak Kyara atau elo, hah?!!" bentak Ian yang kini ikut menjambak rambut Dio.

"Udah nggak usah banyak ngomong! Sekarang juga kita seret dia ke kantor Polisi! Biar dia mendekam selamanya di dalam penjara!" tegas Keylan.

Hendri muncul di gerbang asrama dan turun dari mobilnya dengan wajah panik. Beberapa mobil Polisi mengikutinya dari belakang.

"Seven B! Lepas dia, biar Polisi yang urus masalah ini selanjutnya," perintah Hendri, tegas.

Ian dan Farel pun melepaskan Dio untuk kembali jatuh tersungkur di tanah. Beberapa anggota Kepolisian segera meringkusnya dan membawanya ke mobil Polisi. Hendri menatap penuh rasa jengkel pada ketujuh anak asuhnya.

"Kalau Debby tidak menghubungi saya, maka saya tidak akan pernah tahu kalau dia ada di sini!" ujarnya.

"Maaf Kak, kita nggak bermaksud ingkar janji. Tapi keadaannya mendesak, lagipula, Far nggak tahu apa-apa karena kami nggak memberitahu apapun ke dia," jelas Veyza.

Farel menatap keenam sahabatnya dengan tatapan tidak percaya.

"Kalian sengaja rahasiain ini dari gue? Termasuk elo NOT?" tanyanya.

"Maaf Far, ini demi kebaikan lo. Lo nggak perlu menyalahkan NOT dalam hal ini. Lo nggak akan bisa menahan diri seperti tadi kalau lo tahu cerita yang sebenanrnya, sementara kita udah janji sama Kak Hendri untuk nggak menghadapi orang itu tanpa bantuan Polisi," jelas Keylan.

Farel mencoba menerima penjelasan itu dengan akal sehatnya. Kini pikirannya kembali pada satu titik terpenting dalam kehidupannya.

Kyara!

* * *

RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang