26. About Me and My Life

48 3 0
                                    

Siapa yang tertawa paling keras, dia adalah yang paling terluka. Sepertinya itu adalah ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan diriku.

Banyak orang menganggap hidup sangat membahagiakan karna aku dapat tertawa dengan bebas di setiap waktu, aku bisa tertawa hanya karna hal-hal kecil yang menurut mereka tidak lucu tapi bisa mrmbuatku sangat bahagia.

Mereka mungkin menganggapku tak memiliki beban dari caraku tertawa dan tersenyum, aku selalu tersenyum setiap kali berbicara dan bercerita.

Namun, siapa sangka di balik senyumku aku menyimpan banyak luka, rasa iri dan benci, hingga emosi yang tak pernah tersalurkan.

Enam belas tahun hidupku hanya ku gunakan untuk mendengarkan pujian yang tidak ditunjukkan untukku, menghibur dan memberi semangat pada diriku, mencaci dalam hati orang yang selalu dibandingkan dengan diriku, mempelajari bagaimana caranya aku bisa bahagia, bagaimana caranya aku tidak harus mendengar semua pujian itu, dan bagaimana caranya aku bisa mendapat pujian itu.

Dalam kehidupan nyata-ku, mungkin aku terlihat cuek, dengan segala perasaan. Aku tidak peduli seberapa banyak orang yang membenciku dan seberapa banyak yang mencintaiku.

Aku hanya menebak dari apa yang mereka tunjukkan padaku, mereka baik atau tidak, dari situlah aku menebak apa dan siapa aku dimata mereka.

Kehidupan keluargaku tidak begitu baik tapi juga tidak begitu buruk.

Kami bukan keluarga yang akan menghabiskan waktu malam sebelum tidur bersama, kami juga tidak pernah makan bersama, oh ralat kami makan bersama tapi hanya satu bulan dalam satu tahun.

Hari-hariku di rumah tidak jauh beda dengan di luar. Aku tersenyum, juga tertawa. Tapi aku juga menanggis.

Kadang aku berpikir untuk mulai menutup diriku dari dunia luar, menhabiskan waktu dengan berdiam diri di rumah dan kamar tidur, membangun dunia sendiri dimana hanya ada aku dan diriku.

Enam belas tahun bukanlah waktu yang singkat, dan hampir setiap harinya aku kehilanggan kebahagiaanku.

Anggaplah saat ini aku punya seekor anak anjing, aku sangat menyayanginya dan bersenang-senang dengannya. Tapi dua detik kemudian anak anjing itu lenyap, ia memakan racun sehingga harus mati.

Dalam kehidupan asli, anak anjing itu adalah kebahagiaanku dan racun itu adalah tempat tinggalku. Yah tempat yang ingin kugunakan untuk berdiam diri adalah penghancur kebahagiaanku. Namun, kadang juga sumber kebahagiaanku walau tidak pernah berlangsung lama.

Bicara tentang orang tua, mereka bukanlah orang yang begitu pengertian. Bukan maksutku menjelekkan mereka hanya saja, kadang mereka terlihat lebih bahagia bersama anak yang lain dibanding dengan diriku, mereka juga lebih bangga pada anak orang lain dibanding anak mereka sendiri.

Kadang aku berpikir 'apa aku ini bukan anak kandung mereka? apa dulu aku dipungut dan hari ulang tahunku adalah hari aku dipunggut? apa dulu aku tinggal di panti dan mereka mengangkatku sebagai anak? jika iya apa aku harus kembali ke panti?'.

Namun, semua itu terpatahkan ketika aku melihat akta kelahiran yang menyatakan aku anak kandung mereka.

Anak kandung yang tidak pernah mereka banggakan, anak kandung yang selalu mereka remehkan, dan anak kandung yang kebahagiaannya mereka sepelehkan.

Kadang aku berpikir untuk tidak makan selama berhari-hari agar penyakit yang aku derita semakin parah dan berakhir aku kehilangan nyawaku.

Tapi aku berpikir ulang lagi, jika itu gagal itu malah akan semakin membebani mereka dan juga aku pernah berjanji pada sahabatku bahwa aku yang akan menyembuhkannya dari penyakit psikis yang ia derita.

Aku memiliki dua sahabat, mungkin. Aku tidak terlalu yakin mereka benar-benar menganggapku sahabat atau tidak, tapi aku selalu menganggap mereka begitu. Kadang aku juga menganggap mereka sebagai kakak atau ibuku, karna mereka selalu memberi sesuatu yang tidak pernah diberikan ibu kandungku padaku, pengertian.

Setiap ibu pasti mengerti anaknya, yah aku yakin itu, ibuku mengerti aku, mengerti bagaimana cara mendidikku, mengerti bagaimana cara mengajariku untuk bersikap. Tapi ibuku lupa atau mungkin tidak mengerti bagaimana karakter-ku.

Dia selalu mengatakan aku cenggeng, dimarahi sedikit langsung nanggis.Dia mengatakan aku berhati keras, setiap apapun dibawa emosi.Dia juga selalu menunjukkan emosi di hadapanku sejak aku masih belia.

Salahkah aku saat aku mulai beranjak dewasa aku meniru ibu? salahkah aku saat aku mulai beranjak dewasa aku kehilangan rasa iba ku? dan salahkah aku saat aku mulai beranjak dewasa aku menjadi pribadi yang menyukai tidakan kriminal? hingga kadang aku berpikir untuk membunuh atau hanya sekedar melukai seseorang untuk melampiaskan emosi-ku.

Satu hal lagi, kini aku juga mulai berubah dari aku yang benci rasa sakit kini berubah menjadi masokis, si penikmat rasa sakit. Aku bukan seoarang self harm yang akan melukai tubuhnya untuk menghilangkan sakit dihati, tapi aku orang yang menikmati rasa sakit yang kurasakan untuk memperbesar rasa sakit di hatiku.

Beralih ke karakter, aku bukanlah orang yang mudah berbagi. Yah sejak aku berusia empat belas tahun aku memulai pikiranku untuk menutup diri, aku tidak pernah menceritakan hal yang berhubunggan dengan hidupku walau aku sangat ingin.

Ketika aku mulai bercerita tentang hidupku, selalu saja sesuatu dalam diriku seolah menutup pintu memori dan berusaha membuat cerita lain untuk diceritakan. Cerita kehidupan yang tentu saja bukan milikku kubagi dengan orang lain dan mereka percaya bahwa itu hidupku.

Aku sudah terbiasa dengan drama hidup indah yang kumainkan. Jadi aku bisa dengan mudah menganti alur sesuai keadaan.

Saat aku bersama si A aku akan bertingkah seperti ini, saat bersama si B aku bertingkah seperti itu, saat bersama si C aku begini, bersama D aku begitu, itu sudah biasa kulakukan.

Tapi tak pernah ada yang menyadari saat aku sendiri air mata menetes dari mataku, kesedihan mulai melingkupiku, pikiran bahwa tak pernah ada di hidupku mulai bermunculan, memori tentang hidupku terbuka dengan sangat lebar, menampilkan bagaimana buruknya hidupku, bagaimana suram dan gelapnya hariku.

Tapi lagi-lagi dua sahabatku jadi tamengku, mereka membuatku ingin terus bahagia dan membuat mereka bahagia. Walau harus memakai topeng yang tebal aku akan lakukan, aku akan berakting seolah hidupku membahagiakan lebih bahagia dari yang semua orang kira, biarlah orang lain iri dengan hidup palsuku, asal aku bisa terus membuat kedua sahabatku tertawa karna aku itu sudah cukup membuat hidup palsu ini jadi terasa membahagiakan. Tetap semangat dan bahagia kalian yang bernasib sama, semoga lekas menemukan sumber kebahagiaan yang tak terduga milik kalian, aku mendukung kalian, dan teman kalian juga pasti mendukung kalian, stay strong and always happy although it's hurt, you and your sadness is something :) 

boy story | love story (oneshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang