18 | Sagara 2 • Arah yang berbeda

5.4K 372 12
                                    


Kini rasanya tak lagi sama, Sudut pandang telah jauh berubah. Anggi tidak lagi menganggap Eva sebagai ancaman begitu cewek itu memberikan Videonya. Sekarang ancaman untuk dirinya adalah Sagara mengetahui semuanya. Anggi tidak akan berbohong lagi. Tapi ia juga tidak ingin cowok itu terpuruk.

"Anggi, lo kenapa?" Sentak Anggun dari dalam kamar, kini keduanya duduk ke arah balkon menatap bintang malam.

"Banyak yang pengen gue ceritain ke elo Gun." Ujar Anggi, "Tapi gue nggak tau mulainya dari mana."

Anggun makin mendekatkan dirinya, merangkul pundak saudaranya itu dengan erat.

"Gue punya banyak waktu untuk dengerin semuanya." Ujar Anggun, Anggi tersenyum kecil. Lalu menghembuskan napasnya.

Mulutnya terus bercerita tanpa henti, Anggun juga tidak menyanggah dan hanya menyimak. Ketika hembusan napas Anggi terdengar lagi baru Anggun mengangkat wajahnya.

"Kalau lo di posisi gue atau Eva, apa lo bakal lakuin hal yang sama?" Tanya Anggi.

"Gue nggak tau kalau serumit ini, gue nggak nyangka lo simpan ini sendirian. Lo jalan sendiri Eva juga jalan sendiri. Sagara korban yang nggak tau apa apa." ujar Anggun.

"Nggak salah, tapi cara kalian yang salah. Elo terutama. Seharusnya lo cerita ke Sagara. Walau sakit dia juga harus tau Gi, dia emang terlihat kuat. Tapi kita nggak tau dalamnya gimana. Kita sama sama manusia kan?" Ujar Anggun.

"Gue emang salah, tanpa gue sadar gue juga bawa dia ke rasa sakit." Suara Anggi bergetar, "Gue nggak tau apa setelah ini semua baik baik aja atau bahkan jauh lebih buruk."

"Kasi tau Sagara, itu yang utama." ujar Anggun. "Dan masalah Eva, gue nggak tau harus liat dia biasa aja atau tambah benci, cara dia salah. Dan lo juga nggak cerita ke gue. Gue kecewa sama keadaan. Tapi mau gimana lagi. Semua pasti ada jalan keluarnya."

***

Anggi memasuki area sekolah dengan jantung berdegub kencang, motor Sagara telah tiba. Cowok itu tidak ada di tongkrongannya. Anggi cepat cepat memasuki kelas, tetapi tetap tidak ada. Dan satu satunya yang terpikir di kepalanya adalah rooftop.

Dan benar saja, cowok itu duduk menyendiri di sana, hanya dirinya. Tidak dengan segala rokok juga bola basket yang selalu ia bawa. Hanya dia.

Punggung kokoh itu, menyimpan beribu tanya. Rahasia dan sakit yang hanya ia tau dan tidak ia bagi.

Anggi mengambil tempat di samping Sagara, membuat cowok itu menatapnya pelan.

"Apa kabar, Ga?" entah sudah berapa lama rasanya mereka tidak lagi duduk berdua, berbicara santai.

"Gue bingung." Hanya itu yang Sagara ucapkan. Membuat Anggi mengerti.

"Gue nggak pernah bermaksud apa apa, gue nggak mau kecewa." ujar Anggi.

"Tapi lo udah buat gue kecewa, Gi." Ujar sagara pelan. "Gue dengan sombongnya mikir kalau gue bakalan menang atas sandiwara ini, nyatanya lo tetap yang terhebat."

SAGARA 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang