Yaudah aku mengobati patah hati kalian ya dengan part Sesingkat ini :D
Menghilangnya Sagara dari sekolah cukup ampuh untuk meredakan segala peristiwa yang berkaitan dengannya, perlahan ritme hidup Anggi kembali normal.
Hampir seluruh isi kelas bahkan sekolah membicarakan cowok itu. Akbar, Rangga, Lucas dan Lemos. Orang yang tau di mana keberadaan cowok itu, memilih bungkam.
Di ruang guru, menghilangnya Sagara menjadi perbincangan ramai mengingat kejadian beberapa hari lalu yang membuat cowok itu mengila. Apalagi kabar yang di dengar bahwa orangtuanya bercerai. Banyak yang prihatin, dan mengkhawatirkannya.
Anggi berjalan pelan memasuki kelasnya, jam pertama adalah pelajaran Seni. Pikirannya hari ini jauh lebih jernih. Di hampirinya Ghea yang sedang asik mengotak atik handphone.
"Tumben udah di kelas jam segini?" Tegur Anggi, Ghea mengangkat kepalanya.
"Gue malas di rumah," Ujarnya. "Papa Sama Mama lagi sibuk cari Sagara." Kata Ghea sedih.
Anggi diam, kejadian kejadian yang berkatian dengan mereka berputar di kepalanya.
"Abang gue kemana ya, gue khawatir" Suara Ghea lirih. Membuat Anggi mengusap lengannya.
"Dia pasti perlu waktu, Ge" Ujar Anggi, "Dia pasti pulang."
Nyatanya Anggi juga sama khawatirnya, cowok itu seolah di telan bumi dan tak ada kabar sama sekali. Anggi menatap ke Arah Sohib Sagara, ingin sekali menanyakan apakah mereka tau keberadaan cowok itu. Tapi urung, saat Guru Seni masuk.
"Hari ini Ibu akan putarkan satu video, Ibu ingin kalian belajar memahami apa yang terjadi" Ujar Bu Fizky.
Tuhan menegur umatnya dengan banyak cara, dia mengetuk kekerasan hati mereka dan memaafkan satu sama lain.
Anggi terpaku di tempat duduknya sejak lima menit berlalu atas kata kata pembuka itu. Di depannya muncul sebentuk wajah. Wajah tirus dan letih seorang anak remaja yang legam terbakar matahari.
Kamera itu bergerak menghadap ke arah Remaja itu dan seorang reporter cantik berdiri di sebelah remaja yang satu tangannya merangkul bahu cowok itu.
Namanya Andi, seorang remaja yang hidupnya terlantar karena broken home. Waktu berumur 14 tahun, ia mengalami suatu peristiwa yang membuat hidupnya berubah. Ia memberontak agar mendapatkan perhatian. Segala cara telah ia lakukan agar kedua orangnya berkumpul kembali. Tak ada yang berubah, hingga suatu hari ia memilih menghilang agar kedua orang tuanya mencarinya lagi. Namun, tidak ada yang mencarinya. Hingga ia sadar dunia tidak lagi berputar ke arahnya. Hancur dan berantakan.
Reporter cantik itu melepaskan rangkulannya kemudian berlutut di depan remaja itu.
"Kamu mau bilang apa sama Bapak dan Ibu? Mudah-mudahan mereka menonton acara ini," Ucapnya lembut.
Remaja itu menunduk. Tersendat tangis yang di tahan sebisanya, sederet kalimat kemudian keluar dari bibirnya. Kalimat yang di ucapkan dengan begitu lirih dan terbata-bata.
"Mudah-mudahan, Bapak sama Ibu sehat terus. Kalau..." ucpaannya tersendat di tenggorokan. "Kalau nanti Bapak sama Ibu punya keluarga yang baru... Anaknya jangan di tinggal sendirian, kasian..."
Remaja itu menangis tanpa suara, lalu menundukan kepalanya.
"Sudah? Itu Saja?" Tanya Reporter itu dengan suara yang tercekat juga.
"Iya." Remaja itu mengangguk.
Anggi terpaku, sepasang matanya menatap nanar. Luruh pada infokus, seperti tidak bisa di alihkan. Kisah klasik. Terlalu sering terjadi, namun bukan itu yang membuat Anggi terpaku.
Ia langsung teringat akan Sagara, sama seperti remaja itu. Di tinggalkan sendiri oleh orang tuanya yang mencari kesenangan masing-masing. Dan sekarang cowok itu menghilang. Sesaat Anggi masih tidak bergerak ketika Bu Fizky mematikan infokus.
Dengan bibir bawah tergigit kuat-kuat, Anggi menatap Akbar dan kawan kawan. Cowok cowok itu juga sama pucatnya dan menatap Anggi dengan mengangguk seakan mengiyakan apa yang Anggi pikirkan.
Sekarang Anggi mengerti, kenapa cowok itu gemar sekali membuat onar di sekolah. Hobi memancing kemarahan guru-guru. Ketika sampai pada kesadarannya, Anggi langsung memikirkan keadaan Sagara sekarang, cowok itu pasti kesepian dan sedang terpuruk.
"Kenapa gue malah biarin Sagara sendiri?" Bisiknya menyalahkan diri sendiri.
Anggi menarik napas panjang, lalu di hembuskannya. Di ambilnya handphone di dalam lacinya dengan diam diam. Lalu tanpa pikir, mengirimkan sebuah pesan singkat ke nomor Sagara.
Saat Bu Fizky keluar kelas, Anggi buru buru mengejarnya. Dan mengikuti langkah bu Fizky memasuki kantor, meminta copyan video tadi. Lalu saat video sudah ada di handphonenya Anggi mengirimkan itu ke Email Tommy dan Sarah.
***
Pada waktu yang tak terhitung lamanya saat Sagara baru tersadar dari mabuk yang membuat kepalanya sakit. Cowok itu mencoba duduk dan mencari keberadaan teman teman clubnya, nanar. Hanya dirinya sendiri. Samar samar dia teringat ada sebuah pesan masuk semalam saat ia sedang dugem. Sederet dugaan muncul di kepalanya, Rangga yang melaporkan kekhawatiran guru-guru. Akbar yang mengingatkan bawa seminggu lagi Sang Brawijaya. Lucas dan Lemos yang tak henti hentinya menyuruhnya pulang.
Namun, ternyata yang tertera di layar handphonenya adalah satu nama yang tidak pernah di duganya akan muncul di sana. Anggi, Anggi Senja!
Sagara terpana. Seketika ia langsung bangkit dan terduduk, tergesa gesa membuka pesan yang tidak terduga itu.
Baik-baik aja kan? Maaf ya untuk semuanya.
Sagara tertegun, di tatapannya lekat kalimat pendek itu. Cowok itu bersemangat dan langsung mengemaskan segala bajunya dan memasukkannya ke dalam koper.
"Udah bangun lo?" Tanya temannya yang baru memasuki kamar.
"Yan, tolong cariin gue tiket balik ke jakarta."
"Kapan?" Tanya Cowok bernama Ryan itu.
"Sekarang."
"What!?" di seberang ranjang, Ryan kontan memekik. "Kita kan masih mau jalan jalan ke Bali besok."
"Nggak, gue mau balik sekarang juga" Tegas Sagara. Ryan sampai melotot.
"Ini Malam kuya!"
"Pesanin tiket jam 9 malam, sekarang!"
Love Reades...
Sesayang itu sama Karakter Sagara dan Anggi jujur nggak bisa berkata kata saking lovenya 💕
Kalian ada yang sama?
Satu kata untuk part ini?
Jangan lupa Vote dan komen ya 💞💞
Love 🇲🇨
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA 2 ✓
Teen FictionSEKUEL SAGARA Cowok berbadan atletis, berkulit putih dengan pandangan tajam. Kalau dahulu masih bisa tersentuh kini mustahil teraih. Sosok liar dan pemberontak. Tiada hari tanpa berkelahi, cara melampiaskan amarah yang sangat kejam. Siapa yang tidak...