"Apa? Titan masih hidup?"
"Wah, udah gila lo? mending lo ke psikiater deh At."
"Mata lo sehat kan At?"
"Udah, At. Ikhlasin Titan. Lo ganteng-ganteng gini sayang kalo jadi gak waras."
"Wah lo punya utang yang belom lo bayar kali. Makanya didatengin sama dia. "
Begitulah reaksi teman-teman Atlantis saat ia mengatakan bahwa Titan masih hidup. Ia sudah menduga jika teman-temanya akan bereaksi seperti itu. Ia yang melihat secara langsung saja masih tidak percaya, apalagi teman-temanya.
"Gue serius!" ujar Atlantis yang sontak membuat Alan, Rega, Dafi, dan Gilan menoleh ke arahnya.
"Kemarin gue dapet pesan buat dateng ke tempat pertarungan yang biasa gue ikutin. Gue pikir mereka emang nyuruh gue jadi peserta karna dulu gue udah sering ikut pertandingan itu. Tapi pas gue dateng kesana, gue malah liat Titan ada didepan mata gue. Ternyata yang kirim pesan itu Titan," jelas Atlantis pada teman-temanya.
"Sumpah demi apa, At?" teriak Alan mengisi keheningan ruang kelas.
Saat ini mereka sedang berada di dalam kelas. Hanya ada mereka berlima di sana. Atlantis sengaja menyuruh teman-temanya untuk datang lebih pagi agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka.
"Jangan-jangan itu si poci yang lagi cosplay jadi Titan lagi," ucap Gilan yang langsung di hadiahi tatapan tajam oleh Atlantis. Astaga, apa ini saat yang pantas untuk bercanda. Punya dosa apa Atlantis dapat teman seperti itu.
"Lo pikir poci apaan bisa cosplay-cosplay segala. Ngerendahin harga diri poci sebagai setan aja lo," sahut Rega disusul gelak tawanya.
"Yang ada elo Lan yang harusnya cosplay jadi poci. Cocok, muka lo serem soalnya," ucap Alan lalu ikut-ikutan tertawa bersama Rega. Gilan memasang wajah kesal.
"Yaelah... poci asli aja bisa takut sama Gilan kalo dia cosplay jadi poci," timpal Rega di sela tawanya.
"Jangan menghina gue ya lo berdua!
Yang ada gue jadi poci terganteng di alam poci," balas Gilan sewot.Sementara Atlantis masih diam. Menahan diri untuk tidak mendamprat teman-temanya.
"Terganteng di alam poci aja bangga! Gue beli juga muka lo," celetuk Alan.
"Diem pocong! ini Atlantis lagi gak bercanda!" tegas Dafi yang mengerti raut wajah kesal Atlantis.
Alan, Rega, dan Gilan sontak terdiam dan menatap Atlantis kikuk. Mereka baru menyadari kalau rupanya sang ketua mereka sedang tidak ingin bercanda. Dari tadi ke mana aja bambank?
"Sorry, At," ucap Alan, Rega, dan Gilan bersamaan seraya menggaruk tengkuk mereka yang tidak gatal sama sekali.
Atlantis menarik nafas panjang lalu menghembuskan dengan pelan. Menahan mulutnya agar tidak memaki teman-temanya, sebab sekarang bukan saatnya untuk melakukan itu.
"Jadi Titan beneran masi hidup?" tanya Dafi berubah serius.
"Iya, dia bilang sama gue kalo selama ini dia disekap sama anak-anak gardon. Gue udah kasih tau dia kalo kita liat dia udah meninggal, tapi dia gak percaya. Dia malah ngira kalo kita udah gak peduli lagi sama dia karna kita gak nyelametin dia waktu itu," jelas Atlantis.
Dafi, Alan, Rega, dan Gilan sama-sama terkejut bukan main. Timbul beribu pertanyaan di benak mereka masing-masing.
"Gimana bisa? jelas-jelas waktu itu kita liat sendiri dia meninggal di rumah sakit," ucap Alan masih tak percaya dengan apa yang barusan didengar. Tadi ia pikir Atlantis hanya bercanda, namun rupanya tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Tahap publish ulang.] Ini cerita pertama yang aku buat. Bikinnya ngebut (kebelet ending) dan nggak mikir panjang soal dialog maupun alur. Jadi maaf ya kalau agak freak dan tidak sesuai dengan aturan kepenulisan. #1 fiction 2020 #1 gengmotor 2020 #2...