9. Cari Mati

23K 1.7K 19
                                    

Tala menatap papanya dengan tatapan tidak mengerti. "Maksud papa apa? Kenapa Tala harus jauhin dia?" tanya Tala meminta penjelasan.

"SAYA BILANG TIDAK YA TIDAK!" mata Danu melotot tajam seolah ingin menunjukkan kalau ia tidak mau Tala bertanya lagi.

Tala mengusap wajahnya kasar. Lagi lagi Danu melarangnya melakukan hal yang tidak sepantasnya dilarang. Apa sebenarnya yang diinginkan papanya ini. Tidakkah papanya ingin melihatnya bahagia barang sedikit saja?

"Tapi apa alesannya, Pa? Selama ini papa selalu ngelarang Tala ini dan itu tanpa alasan yang jelas. Kali ini Tala butuh alasan. Papa gak bisa seenaknya terus menerus. Tala juga punya kehidupan sendiri, Pa. Tala juga pengen punya temen kaya yang lain," ucap Tala menggebu-gebu. Sudah cukup Danu memperlakukannya dengan tidak wajar. Tala sudah lelah dengan semua ini. Ia butuh kebebasan.

Danu mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras. Seolah ingin menunjukkan kalau ia tidak suka dengan ucapan yang dilontarkan Tala. "kamu tidak akan mengerti," desis Danu penuh penekanan.

"Tapi kenapa, Pa? jelasin sama Tala apa yang sebenarnya papa mau?" Mata Tala mulai berkaca-kaca. " Apa papa merasa kalau Tala ngrepotin Papa makanya Papa giniin Tala?" Tala terus memaksa agar papanya memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tertahan di benaknya.

"DIAM!"

Penuturan Tala seolah menarik emosi Danu yang sudah berada di puncak. "Kamu tidak perlu tahu semuanya sekarang. Yang jelas kamu jauhi lelaki itu!" tegas Danu. Tala menggelengkan kepalanya.

"Enggak! Tala gak mau jauhin dia, Pa." Tala menatap Danu tajam. Memang terkadang melawan adalah jalan satu-satunya saat hati tak lagi mampu menahan kekesalan. "Selama ini Papa ngelarang Tala buat temenan sama perempuan dan Tala udah turutin itu. Atlantis bukan perempuan. Itu artinya Papa gak berhak ngelarang Tala buat temenan sama dia," ucap Tala naik beberapa oktaf.

"Asal kamu tau, saya tidak mau kamu berteman dengan perempuan itu ada alasannya. Saya tidak mau kamu mereka menyusahkan kamu, saya membesarkan kamu bukan untuk menjadi pelindung orang lain. Saya tidak mau kamu menjauhi anak itu juga ada alasannya!"

"Oke, untuk masalah papa gak mau Tala punya temen perempuan, Tala bisa terima. Tapi kenapa papa juga nyuruh Tala untuk menjauhi Atlantis juga? ini adalah pertama kalinya Tala punya temen. Dan sekarang papa mau Tala jauhin dia juga? maaf, Tala gak bisa, Pa!"

"Kamu mau jadi anak pembangkang rupanya?" Tala tersentak saat Danu menarik rambutnya dengan kasar. Matanya melotot tajam. Menyiratkan amarah yang begitu mendalam.

"Terserah Papa mau apain apa. Tapi yang jelas Tala gak mau nurutin permintaan Papa kali ini. Kalau Papa pengen Tala keluar dari rumah ini, Tala keluar sekarang juga," ucap Tala terdengar menahan sakit karena Danu menarik rambutnya cukup kuat.

"Kamu pikir kamu bisa hidup sendiri?" Danu kemudian menyentak kepala putrinya ke depan dengan kasar.

Tala merasakan matanya mulai memanas. Tapi ia tidak akan menangis. Ia tidak mau terlihat lemah di depan papanya karena ia tahu, papanya tidak suka itu.

"Kalau Papa nyuruh Tala hidup sendiri Tala bisa kok, Pa. Tala akan keluar dari rumah ini sekarang juga. Lagipula Tala capek hidup kayak gini terus."

Tala melangkahkan kakinya hendak mengambil barang-barangnya yang ada di kamar. Namun saat baru beberapa langkah Danu kembali berkata yang membuat ia harus terpaksa berhenti.

"Kalau kamu berani meninggalkan rumah ini sekali saja. Jangan harap kamu bisa masuk lagi ke rumah ini, silakan pergi tanpa membawa apapun dari rumah saya," ucap Danu tidak main-main.

AR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang