20. PHP

13.6K 1.2K 11
                                    

Selesai dengan urusan di kamar mandi, Tala segera menuju ke parkiran. Atlantis pasti sudah menunggunya. Semoga saja lelaki itu masih ada di sana.

Namun sesampainya di parkiran, Tala tidak melihat tanda-tanda keberadaan Atlantis. Motornya pun juga tidak ada. Dimana lelaki itu? Apakah dia sudah pulang duluan?

Tala mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru parkiran. Berharap sosok yang ia cari masih ada di sekitar sini. Namun nihil. Tala tidak melihat keberadaan Atlantis dimana-mana. Pasti Atlantis sudah pulang terlebih dahulu karena menunggunya terlalu lama. Atau mungkin ada hal penting yang harus Atlantis lakukan sekarang?

Tala merogoh tas punggungnya, mengambil benda pipih kesayangannya lalu menghidupkannya. Berharap ada pesan dari Atlantis yang bisa menjawab kebingungannya saat ini. Dan benar saja. Ada notifikasi dari Atlantis yang membuat Tala langung membukanya.

Atlantis Regantara:
Tal, sorry gw harus plng duluan. Ada urusan penting. Lo plngnya hati-hati.

Tala menghembuskan nafas kasar. Mau tidak mau ia harus pulang sendirian. Tapi Tala juga tidak bisa menyalahkan Atlantis. Bagaimanapun juga, Atlantis juga memiliki kepentingan sendiri yang harus dilakukan.

Memasukkan ponsel ke dalam tas, Tala lantas naik ke atas motornya. Memakai helm fullface nya lalu melaju meninggalkan sekolah.

Saat di perjalanan, Tala merasakan ada titik-titik hujan yang mengenai punggung tangannya. Mencoba mengabaikan itu, Tala menambah kecepatan motornya agar bisa lebih cepat sampai rumah sebelum hujan benar-benar turun. Tapi bukannya semakin reda, semakin lama hujan malah semakin deras. Tidak mau basah kuyup, Tala pun memutuskan untuk menghentikan motornya di depan halte bus yang sepi. Segera ia turun dan berteduh di sana.

Tala menggosokkan kedua telapak tangannya mencari kehangatan. Sudah lima belas menit berlalu tapi hujan tak kunjung reda. Malahan hujan turun semakin deras. Entah kapan hujan ini akan berhenti.

Angin mulai berhembus kencang menerpa kulitnya yang tidak tertutup baju. Menyalurkan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Tala pun memeluk dirinya sendiri berupaya menghalau rasa dingin itu. Meskipun sudah memaki jaket, tapi hawa dingin masih bisa menembusnya.

Tala memicingkan matanya saat melihat sebuah motor yang tidak asing baginya melaju dari arah kanan. Saat motor itu sudah hampir dekat, barulah Tala tahu kalau itu motor Atlantis. Bukankah katanya Atlantis sedang ada urusan? Lantas sedang apa lelaki berlalu di sekitar sini. Eh tunggu, sepertinya Atlantis tidak sendirian. Ada seseorang yang tengah duduk di boncengannya sembari memeluknya erat. Oh, apakah Tala tidak salah lihat. Itu Cassie. Ya, Atlantis sedang membonceng perempuan sialan itu.

Tala mengeram kesal. Berarti yang Atlantis maksud urusan penting adalah urusannya perempuan itu. Sialan, bisa-bisanya Atlantis membohonginya seperti ini. Dan yang lebih menyebalkan lagi, dua sejoli itu berlalu begitu saja di depan Tala tanpa melihat Tala sama sekali. Mungkin karena terlalu asik berdua, sampai-sampai mereka tidak menyadari kalau Tala melihat mereka.

"Gue kasih tau lo ya. Atlantis itu bukan cowok baik-baik. Dia itu playboy. Tukang PHP. Gue yang bohay aja di php in sama dia. Apalagi elo."

Tiba-tiba saja perkataan Cassie waktu itu terlintas di pikiran Tala. Membuat Tala sedikit percaya dengan apa yang Cassie ucapkan tempo itu. Tapi entah mengapa setengah dari diri Tala tidak yakin dengan semua ini.

"Shit! Dasar cowok tukang PHP. Cowok sialan!," maki Tala seraya mengepalkan kedua tangannya. Lihat saja, mulai sekarang Tala tidak akan percaya dengan segala macam ucapan Atlantis.

*****

Atlantis menghentikan motornya di depan rumah Cassie. Tapi perempuan itu tak juga turun, membuat Atlantis mengeram kesal.

AR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang