19. Rahasia?

14.1K 1.2K 23
                                    

Setelah keluar dari ruang kepala sekolah, Atlantis berjalan di koridor seorang diri. Suasana di koridor sedang sangat sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung. Atlantis menghentikan langkahnya saat merasa sedikit nyeri di bagian perut kirinya. Ia menunduk dan mendapati ada sedikit darah di seragam putihnya. Sial, luka itu pasti terbuka lagi sebab Rey menendang perutnya cukup keras tadi.

Atlantis kembali melanjutkan langkahnya dengan memegang perutnya. Ia belok ke kanan lalu masuk ke dalam ruangan dengan tulisan 'UKS' di pintu bagian atasnya. Ada baiknya ia segera mengobati lukanya agar tidak infeksi.

Atlantis lantas membuka seragamnya, menyisakan kaos hitam polos yang melekat sempurna di tubuh proporsionalnya. Diambilnya kotak p3k yang ada di atas meja samping brankar.

"Lo disini?"

Atlantis mendongak saat mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal. Terlihat Tala tengah berdiri di ambang pintu dengan ekspresi khawatir yang begitu kentara. Detik berikutnya Tala berjalan ke arahnya.

"Kok lo tau gue ada disini?" tanya Atlantis saat Tala sudah berada di depannya.

"Tadi gue cari lo di ruang kepala sekolah gak ada. Terus gue pikir lo mau ngobatin luka lo di sini. Makanya gue ke sini," jawab Tala.

"Lo bolos pelajaran?" tanya Atlantis dengan kening berkerut dalam.

"Em... Iya hehe." Tala meringis. Atlantis menjitak kepalanya gemas. "Lain kali gak usah kayak gitu."

"Suka-suka gue dong." Tala beralih menatap perut Atlantis. "Perut lo sakit lagi?"

"Enggak. Cuman gini doang," jawab Atlantis berbohong membuat Tala menghela nafas. Atlantis Selalu saja berkata seperti itu. Padahal jelas-jelas wajahnya terlihat seperti menahan sakit.

"Sekarang lo duduk di situ. Biar gue yang obatin luka lo." Tala mengambil alih kotak p3k yang ada di tangan Atlantis.

Atlantis lantas menurut saja. Ia duduk di atas brankar lalu mulai membuka kaos yang ia kenakan agar mempermudah Tala saat mengobati lukanya.

Tala mengambil posisi duduk di samping Atlantis. Diambilnya sedikit kapas dari dalam kotak, lalu mulai membersihkan darah di perut Atlantis dengan telaten. Atlantis memejamkan matanya saat Tala menyentuh bagian lukanya, membuat lukanya sedikit nyeri.

"Lo sih pake berantem-berantem segala. Jadi kaya gini kan," omel Tala di sela kegiatannya membersihkan luka Atlantis. Sementara Atlantis hanya tersenyum sambil memandangi wajah Tala.

"By the way, kok lo bisa tau sih kalo ada penghianat di geng motor lo?" tanya Tala sambil mengingat kejadian tadi, saat Atlantis tiba-tiba pergi dari kantin setelah mendapatkan pesan dari seseorang.

"Anggota Zavior di sekolah ini itu ratusan, Tal. Jadi info-info kaya gitu bakal dateng ke gue dengan sendirinya tanpa gue minta," jawab Atlantis.

Tala manggut-manggut mengerti. Ia baru ingat kalau sebagian besar murid di sekolah ini adalah anggota Zavior. Apalagi Atlantis adalah ketua dari geng itu. Jadi akan sangat mudah bagi Atlantis untuk mengetahui berbagai macam info dari anggotanya.

Tala meletakkan kapas yang sudah kotor di atas kasur untuk nanti dibuang. Ia beralih mengambil obat merah meneteskan obat merah itu di kapas. Diusapkannya kapas itu di bagian luka Atlantis dengan pelan. Tala sedikit berhati-hati saat melihat Atlantis sepertinya sedang menahan perih. Selesai dengan itu, Tala menutup luka Atlantis dengan kain kasa.

"Selesai," ucap Tala dengan senyum mengembang seraya memandang hasil karyanya di perut Atlantis. Atlantis lantas kembali memakai bajunya.

"Thanks ya, Tal," ucap Atlantis tulus setelah selesai mengenakan bajunya.

AR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang