14. Topeng Persahabatan

17.3K 1.4K 242
                                    

"Gue suka sama lo," ucap Atlantis yakin.

Tala membulatkan kedua matanya. Kaget tentu saja. Apa yang Atlantis katakan barusan?

Eits tunggu, jangan terlalu percaya diri dulu. kata 'Suka' itu sendiri mempunyai banyak arti. Atlantis mengatakan 'suka' bukan berarti dalam artian cinta. Bisa saja 'suka' yang dimaksud Atlantis adalah suka dalam hal lain bukan? Suka dalam hal pertemanan, misalnya.

Talah berdehem untuk menetralkan rasa gugupnya. " Su-suka gimana?"

"Gue, cinta sama lo, Tala," ucap Atlantis menatap manik mata Tala dalam. Setiap kata yang terucap terdengar tidak main-main.

Tala tercengang. Jantungnya berdegup tidak beraturan. Wajahnya tiba-tiba memanas. Dapat dipastikan pipinya sudah memerah sekarang. Ia merasa Atlantis semakin mengeratkan genggaman tangannya. Tangan Tala yang dingin beradu dengan hangatnya tangan Atlantis.

"Lo-lo gak lagi bercanda 'kan, At?" Astaga. Apakah pertanyaan itu penting untuk saat ini?

"Lihat mata gue." Atlantis memperdalam tatapannya. "Apa gue keliatan bercanda?"

Tala terpaku. Ia mencoba mencari kebohongan di mata Atlantis. Namun nihil, Atlantis terlihat sungguh-sungguh dalam perkataannya barusan.

"Sejak kapan?" tanya Tala. Ia ingin tahu sejak kapan Atlantis menyukainya. Pasalnya pertemuan mereka masih terbilang belum lama. Terkesan terlalu terburu-buru untuk membicarakan hal itu.

"Sejak pertama kita ketemu, gue udah tertarik sama lo," jawab Atlantis.

Tala tertegun. Jadi Atlantis menyukainya pada pandangan pertama gitu? Serius ada yang kaya gitu? Ia pikir cerita seperti itu hanya ada di cerita novel atau sinetron. Rupanya cinta pada pandangan pertama memang nyata. Dan Tala melihat itu dalam diri Atlantis.

"Mungkin lo berpikir ini cuma ada di film-film. Tapi pas gue liat lo untuk yang kedua kalinya di kelas, perasaan itu semakin kuat, Tal," ujar Atlantis lalu ada jeda sesaat. "Dan sekarang, gue bener-bener yakin kalo gue cinta sama lo. Gue pengen lo jadi orang yang spesial di hidup gue, bukan cuma sekedar teman aja, gue pengen kita lebih dari itu," imbuhnya.

"Tala," panggil Atlantis dengan lembut.

Tala menahan nafas, mempersiapkan detak jantungnya jika nanti Atlantis akan mengatakan sesuatu yang mengejutkan baginya.

"Apa lo mau jadi pacar gue?" tanya Atlantis dengan sorot mata penuh harap. Tapi apapun jawaban Tala, Atlantis akan menerimanya. Setidaknya ia merasa lega karena tidak harus menahan perasaannya lagi.

Tala bingung harus menjawab apa. Jujur ia sendiri masih bingung dengan perasaannya. "At gue...."

Atlantis menaikkan alisnya. Menunggu jawaban Tala dengan hati berdesir.

"Gue..."

"Jauhi lelaki itu atau kamu akan menyesal!"

Sialan. Tiba-tiba saja perkataan Danu waktu itu terlintas di pikiran Tala, membuat Tala buru-buru menarik tangannya dari genggaman Atlantis. Senyum di bibirnya pun raib seketika.

Cih! Jari tengah buat lo Danu!

"Sorry, gue gak bisa jawab sekarang, gue rasa ini terlalu cepet, gue masih belum bisa memahami perasaan gue sendiri," jawab Tala berubah datar.

Bagaimanapun juga Tala harus mencari tahu terlebih dahulu perihal ucapan Papanya waktu itu. Papanya tidak mungkin melarangnya tanpa alasan. Ia tidak ingin mengambil keputusan yang nantinya akan menyakiti dirinya maupun Atlantis.

Atlantis tersenyum tulus. "Oke, gue bakal nunggu lo sampe lo bener-bener siap buat jawab."

"Thanks udah ngertiin gue," jawab Tala sambil tersenyum.

AR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang