16. Penguntit

14.1K 1.3K 22
                                    

Setelah mengantarkan Atlantis sampai di depan rumah, Tala kembali ke rumah sakit untuk mengambil motornya yang masih tertinggal di sana. Sebenarnya ia sudah memaksa ingin ikut masuk ke dalam rumah Atlantis. Tapi Atlantis melarangnya. Entah apa yang membuat lelaki itu melarang Tala masuk ke dalam rumahnya. Mungkin Atlantis tidak mau merepotkan Tala lagi. Atau mungkin ada alasan lain yang Tala tidak perlu tau.

Sesampainya di rumah sakit, Tala langung menuju ke halaman rumah sakit dimana motornya berada. Segera ia naik ke atas motornya lalu melaju dengan kecepatan standar meninggal halaman rumah sakit yang luas.

Saat di perjalanan, Tala merasa ada satu motor besar yang sedari tadi di belakangnya. Dilihatnya dari kaca spion untuk memastikan. Dan benar saja, ada satu motor besar berwarna hitam yang dikendarai oleh lelaki berpakaian serba hitam tengah melaju sekitar 10 meter di belakangnya. Awalnya Tala tidak mempedulikan motor itu. Ia pikir hal seperti itu memang wajar karena ini memang jalanan umum. Tentu bukan hanya dirinya saja yang berhak untuk berkendara di jalanan ini. Tapi setelah lama kelamaan Tala merasa risih karena orang itu tak juga mendahului dirinya padahal Tala berkendara dengan kecepatan yang terbilang pelan.

Saat Tala mempercepat laju motornya, lelaki itu juga melakukan hal sama. Dan saat Tala memperlambat laju motornya, lelaki itu tak juga mendahuluinya. Bukankah sudah jelas jika lelaki misterius itu memang sengaja menguntitnya. Shit!

Tala memutuskan untuk tetap melaju tanpa menghiraukan lelaki itu karena waktu sudah hampir larut. Akan beresiko buruk jika Tala turun dari motor dan meladeni lelaki misterius itu. Ditambah jalanan yang sangat sepi membuat Tala semakin takut jika nantinya orang itu akan berbuat hal buruk padanya. Sebenarnya Tala bisa saja menghadapi orang itu sekarang juga. Tapi Tala tidak mau bertindak gegabah. Ia tidak tahu siapa orang yang akan ia hadapi. Bisa saja orang itu akan melakukan sesuatu yang di luar dugaannya.

Tala menghela nafas lega saat ia sudah sampai di kompleks tempat tinggalnya. Ia pun menghentikan motornya agak jauh dari rumahnya.  Tala tidak mau kalau orang misterius itu sampai mengetahui tempat tinggalnya yang asli.

Tala menoleh ke belakang, memastikan apakah lelaki itu masih mengikutinya atau tidak. Rupanya orang itu ikut menghentikan motornya agak jauh di belakang Tala. Anehnya lagi lelaki misterius itu malah tersenyum dari balik helm fullface nya. Meski mulutnya tidak kelihatan, tapi mata orang itu menunjukkan kalau ia sedang tersenyum.

"Shit! Ngapain sih tu orang!" gumam Tala.

Merasa jengah, Tala pun turun dari motornya dan berniat untuk menghampiri orang itu. Kalaupun nanti lelaki itu ingin berbuat buruk, akan banyak orang yang membantu Tala karena jalan di sekitar rumahnya memang cukup ramai.

Namun belum sempat Tala menghampirinya, lelaki itu malah buru-buru berputar balik dan pergi meninggalkan Tala dengan tanda tanya besar di kepala Tala. Siapa sebenarnya lelaki misterius itu? Sepertinya lelaki itu tidak berniat untuk menyakitinya. Atau mungkin lelaki itu hanya ingin mengetahui tempat tinggalnya saja? Ah, peduli setan dengan lelaki misterius itu. Paling hanya orang iseng.

Tala lantas kembali naik ke atas motornya lalu melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.

*****

Atlantis berjalan keluar dari dalam kamarnya hendak menuju dapur untuk minum. Namun langkahnya memelan ketika ia mendengar suara dari dalam kamar Samudra.

"Kenapa lo ninggalin gue hah?"

"Gue gak mau tau lo harus balik ke gue!"

Atlantis mengerutkan kening mendengar saudara kembarnya itu sedang berbicara sendiri. Jika didengar dari nadanya berbicara, Samudra terdengar seperti sedang emosi. Apa yang membuat seorang Samudra yang patuh dan taat itu emosi malam-malam begini?

Rasa penasaran yang besar membawa Atlantis mendekat ke pintu kamar Samudra. Ia mendekatkan telinganya di pintu untuk mendengar lebih jelas apa yang sedang dibicarakan oleh saudara kembarnya itu.

"Gue sayang sama lo. Maafin gue udah bikin lo marah. Tapi tolong balik ke gue sekarang."

"BALIK KE GUE SEKARANG!"

Tunggu. Apa Atlantis tidak salah dengar. Apa Samudra benar-benar sedang menangis? Atlantis benar-benar tidak mengerti dengan saudara kembarnya itu. Mereka memang kembar. Tapi sedikitpun mereka tidak saling mengetahui tentang kehidupan satu sama lain. Seumur hidup Atlantis tidak pernah melihat Samudra menangis seperti itu. Hal apa yang membuat Seorang Samudra yang patuh dan taat itu menangis? Ah, untuk apa Atlantis mempedulikan Samudra. Toh, apapun yang sedang terjadi pada Samudra itu bukan urusannya.

Mengabaikan rasa penasaran itu, Atlantis segera menjauh dari pintu kamar Samudra dan melangkah menuruni tangga menuju ke dapur.

Setelah selesai minum, Atlantis kembali ke kamarnya. Ia duduk di tepi kasur lalu mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Ia mencari nama kontak seseorang lalu menelponnya. Atlantis mendekatkan ponselnya di telinga. Tak lama kemudian terdengar suara panggilan itu tersambung. Atlantis tersenyum mendengar suara seseorang yang sedang ingin ia dengarkan. Bisa tebak siapa orangnya? Ya, benar sekali. Itu suara Tala Faghira.

"Ngapain telfon telfon?" Suara Tala terdengar membuat senyum Atlantis mengembang.

"Enggak, gue cuma mau mastiin lo udah di rumah sekarang," jawab Atlantis.

"Oh. Udah kok. Gue udah di rumah. Kenapa emangnya?" Atlantis bisa mendengar dari suara Tala kalau gadis itu sedang lelah.

"Gue cuma pengen lo denger suara gue aja sih. Nanti pas tidur biar lo bisa mimpiin gue." Atlantis terkekeh.

"Ih apaan sih. Alay banget tau gak." Tala tertawa dari sebrang sana.

"Tadi gak ada yang gangguin lo, kan?" tanya Atlantis.

"Enggak ada sih. Cuman tadi ada orang yang ngikutin... "

"Siapa?" tanya Atlantis menyela ucapan Tala lalu terdengar suara helaan nafas Tala dari sebrang sana.

"Gak tau. Tapi pas mau gue samperin orangnya malah pergi. Kayaknya cuman iseng doang deh."

"Cowok apa cewek?" tanya Atlantis. Terselip nada khawatir di ucapanya.

"Kayaknya sih cowok cuman...."

"Yaudah lo sekarang tidur. Jangan lupa kunci pintu." Lagi lagi Atlantis menyela ucapan Tala membuat Tala mendengus dari sebrang sana.

"Lo gak usah khawatir. Gue yakin itu cuman orang iseng doang, At," ucap Tala seolah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Atlantis.

"Sekarang lo tidur. Good night," ucap Atlantis lalu mengakhiri panggilan secara sepihak.

Setelah itu Atlantis beralih mengetikkan pesan kepada seseorang.

Atlantis Regantara:
jangan berani ganggu siapaun di sekitar gue! Atau lo berurusan sama gue.

Send.

*****

TBC.

AR [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang