Tala berlari sekencang mungkin melewati lorong sepi yang cukup panjang. Sekitar sepuluh orang masih mengejarnya di belakang. Tala bisa saja melawan mereka semua. Tapi jika sebanyak itu, Tala bisa apa. Yang ada Tala malah akan kalah dan dibawa lagi ke dalam gedung tua itu.
Sesekali ia menyeka keringat yang membanjiri pelipisnya. Kakinya terasa lemas. Jantungnya bertalu-talu dengan nafas yang memburu. Tapi Tala tidak akan menyerah begitu saja. Bagaimanapun caranya Tala harus bisa keluar dari tempat ini.
Tiba di sebuah belokan, Tala melihat ada sebuah lemari yang cukup besar terpampang di samping tembok. Segera ia membuka pintu lemari itu dan menutupnya kembali saat ia sudah masuk di dalamnya. Semoga saja manusia-manusia bodoh itu tidak melihatnya di sini.
Tala terbatuk-batuk saat aroma debu bercampur bau busuk menyeruak memasuki indra penciuman nya. Banyak pula sarang laba-laba yang bergantungan di sudut lemari itu. Yang lebih menjijikkan lagi terdapat bangkai tikus yang tergeletak di sudut lemari. Rasanya Tala ingin muntah sekarang juga. Sepertinya pilihan kakinya kali ini salah. Mengakibatkan ia harus dihadapkan dengan sesuatu yang menjijikkan seperti ini. Ya Tuhaann... Sebenarnya ini tempat apa!
"Sialan! Kemana tuh cewek!"
Tala mengintip ke luar melalui celah di pintu lemari. Tampak kesepuluh orang itu tengah celingukan mencari keberadaannya. Tala menutup hidung dan mulutnya dengan telapak tangannya sendiri. Menahan diri sekuat mungkin untuk tidak muntah saat bau bangkai tikus itu semakin menyiksanya. Jangan sampai ia menimbulkan suara yang dapat menarik perhatian orang-orang itu.
"Elo sih! Disuruh jaga cewek satu aja gak becus!"
"Kok lo malah nyalahin gue sih. Harusnya kan lo bantuin gue buat jagain tuh cewek. Bukannya malah cuman santai-santai doang kayak bos!"
"Kalian juga! Masa kalian berdua lawan satu cewek doang kalah sih. Malu sama otong lo!"
"Jangan bawa-bawa senjata gue dong!"
"Kalo kaya gini kita bisa dihabisin sama Radex tau gak!"
"Udah njing! Daripada ribut mending kita mencar aja. Disini bau bangke. Mana mungkin tuh cewek betah ada disini. Kalian berlima arah sono. Sisanya ikut gue ke sono."
Setelahnya kesepuluh orang itu berpencar sesuai dengan instruksi salah satu di antara mereka barusan.
Tala menghela nafas lega saat suara derap langkah kaki sudah tak lagi terdengar. Itu artinya mereka semua sudah berada jauh dari sini. Tala segera keluar dari dalam lemari laknat itu. Menundukkan badan lalu mengeluarkan semua isi perutnya untuk menghilangkan rasa mual sialan yang sudah ia tahan sejak tadi.
"Huwekkkkk"
Tala mengangkat tubuhnya lalu mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Melewati beberapa menit di dalam lemari menjijikkan itu cukup menguras energinya. Sungguh, jika ada hari yang paling sial dalam hidup. Maka hari ini adalah jawabannya.
Usai merasa lebih baik, Tala melanjutkan misinya untuk mencari jalan keluar dari tempat ini. Ia memilih berbalik ke lorong yang tadi sudah ia lewati karena kemungkinan orang-orang itu tidak akan kepikiran untuk mencarinya ke sana.
Ternyata masa kesialannya di hari ini belum berakhir. Tala terpekik saat kakinya tidak sengaja menyandung sebuah batu besar hingga membuat dirinya jatuh tersungkur ke tanah. Ditambah kepalanya yang terantuk ke batu membuat penderitanya kian bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[Tahap publish ulang.] Ini cerita pertama yang aku buat. Bikinnya ngebut (kebelet ending) dan nggak mikir panjang soal dialog maupun alur. Jadi maaf ya kalau agak freak dan tidak sesuai dengan aturan kepenulisan. #1 fiction 2020 #1 gengmotor 2020 #2...