"Berhenti ikut campur urusan gue, Samudra!" Desis Atlantis.
Ya, lelaki itu adalah Samudra. Atlantis tahu Samudra pasti ingin mengacaukan acara touring Zavior karena selama ini Samudra tidak pernah menyukai kalau Atlantis bergabung dengan geng motor itu. Lagi-lagi Samudra selalu bertindak sok mengatur hidup Atlantis.
Sialan
Samudra berdecak."Lo pikir gue mau ngurusin hidup lo?" Ia menunjuk Atlantis dengan jari telunjuknya.
"Lo denger gue baik-baik. Kalo bukan karena nyokap, gue gak sudi ngurus bocah berandal kayak lo!" lanjut Samudra membuat Atlantis mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
Samudra tersenyum sinis. "Kebanyakan temenan sama bocah-bocah berandal makanya ikut jadi berandal juga!" imbuhnya membuat Atlantis semakin naik pitam.
Bug!
Satu pukulan keras dilayangkan Atlantis tepat di pipi kiri Samudra hingga membuatnya sedikit terhuyung ke belakang. Atlantis masih bisa terima jika dirinya dicap sebagai berandalan. Tapi jika ada yang berani menghina sahabat-sahabatnya, jangan harap Atlantis akan diam saja.
Samudra menegakkan badannya sambil menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Atlantis maju mengikis jarak di antara mereka.
"Jangan berani-berani lo ngehina temen-temen gue," desis Atlantis di depan wajah Samudra. Jangan lupakan tatapan tajam dan menusuk yang ia miliki. "Lo gak lebih baik dari mereka. Anak mama kayak lo gak akan pernah ngerti!"
Samudra hanya diam.
"Mending sekarang lo pulang. Belajar yang bener biar makin disayang sama nyokap. Lo gak pantes ada di sini. Nanti yang ada lo ikutan jadi berandal kaya gue," ucap Atlantis bernada sindiran. Sialnya, Samudra malah membalas dengan senyum miring.
Mengabaikan Samudra, Atlantis membalikkan tubuhnya hendak naik ke atas motor. Namun baru satu langkah melangkah, Samudra lebih dulu berkata, "Lo yakin nyebut gue anak mama?" Samudra tertawa remeh.
Atlantis kembali membalikkan badannya. "Gue. Gak. pe-du-li!" ucapnya penuh penekanan di setiap katanya. Seolah ingin menunjukkan kalau ia benar-benar tidak peduli dengan saudara kembarannya itu.
"Dan ya, jangan pernah sekali-kali lo berniat buat ngacauin acara touring Zavior. Atau lo bakal tau akibatnya." Atlantis menunjuk Samudra dengan tatapan penuh peringatan.
Melanjutkan langkahnya, ia segera naik ke atas motor. Memakai helm fullface nya lalu melaju meninggalkan Samudra yang masih berdiri dengan seringai yang menyebalkan.
"Atla... Atla... Lo belum tau siapa gue." ucap Samudra bermonolog.
*****
Sesuai permintaan Atlantis, gadis bersurai hitam legam itu kini berada di bukit, jauh dari yang lainnya. Rupanya Atlantis tidak berbohong saat mengatakan bahwa tempat ini aman. Tidak seram sama sekali, kok. Tempatnya juga tidak terlalu gelap lantaran terkena cahaya rembulan yang bersinar dengan begitu terangnya di atas sana.Gadis itu berdiri sembari menatap segala yang ada di depannya. Rambut lurus nan panjang yang ia biarkan teruai terombang-ambing tak tentu arah karena terpaan angin. Hembusan angin malam terasa dingin menerpa kulit wajahnya yang mulus. Sesekali ia menyingkirkan anak rambut yang menghalangi penglihatannya.
"TOLONG! TOLONGGG!!"
Tala terkesiap saat mendengarkan jeritan meminta tolong yang entah berasal dari mana. Menajamkan indra pendengarannya, Tala kembali mendengar suara itu. Jika didengar lebih jelas, sepertinya pemilik suara itu adalah seorang laki-laki. Dan setelah Tala telusuri, rupanya suara itu berasal dari dalam hutan belantara yang berada tak jauh dari tenpatnya berpijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[Tahap publish ulang.] Ini cerita pertama yang aku buat. Bikinnya ngebut (kebelet ending) dan nggak mikir panjang soal dialog maupun alur. Jadi maaf ya kalau agak freak dan tidak sesuai dengan aturan kepenulisan. #1 fiction 2020 #1 gengmotor 2020 #2...