Radex membuka sebuah pintu ruangan dengan kasar. Berjalan ke dalam ruangan tersebut, lalu berdiri di belakang sofa.
"Kayaknya Atla udah tau rencana kita," ucap Radex pada seorang laki-laki berpakaian serba hitam yang tengah duduk membelakanginya di sofa ruangan itu.
Merasa tidak ada tanggapan, Radex kembali berkata, "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya"
Lelaki itu nampak mengangkat kepalanya dengan angkuh. "Lo tenang aja, gue udah punya rencana," ucapnya yakin.
"Gue serahin semuanya sama lo, tapi inget, lo gak boleh gagal. Gue gak mau pengorbanan Gardon sia-sia gitu aja," ancam Radex pada lelaki itu, seakan dirinya adalah seorang atasan yang sedang menyuruh anak buahnya.
Lelaki itu tersenyum miring. Rasanya ingin sekali menertawai sikap Radex yang selalu bertindak seperti bos besar. Padahal sebenarnya Radex tidak bisa apa-apa tanpa dirinya.
Oke, kali ini biarkan saja Radex bertindak semaunya. Tinggal tunggu waktu yang tepat saja untuk mendepak laki-laki tidak berguna itu dari geng Gardon. Karena sebentar lagi, geng Gardon akan sepenuhnya berada dalam naungannya.
Dan saat itu terjadi, Ia akan menghancurkan geng Zavior dan menjadi satu-satunya geng motor yang paling ditakuti di jalanan. Ah, rasanya tidak sabar sekali menanti hari itu tiba.
*****
Atlantis berjalan di lorong rumah sakit dengan tergesa-gesa. Bahkan, ia belum sempat mengganti seragamnya sejak pulang sekolah tadi. Karena setelah mendapat pesan dari Dafi bahwa Alan dikeroyok dan masuk rumah sakit, detik itu juga ia langsung mendatangi markas geng Gardon untuk menghajar mereka. Wih ngeri...
Atlantis melangkahkan kakinya menuju ruangan dimana Alan dirawat. Tadi Dafi sudah memberitahunya dimana ruangan Alan, jadi ia tidak perlu repot-repot bertanya pada resepsionis.
Saat sampai di depan pintu, Atlantis bisa mendengarkan suara gelak tawa teman-temannya. Atlantis mengerutkan kening heran. Apa yang sebenarnya mereka tertawakan di saat seperti ini?
Tanpa pikir panjang, Atlantis membuka pintu di depannya. Lalu menutupnya kembali saat ia sudah berada didalam ruangan tersebut.
Ada Alan yang tengah terbaring di ranjang dengan tampang kesal. Sementara Rega, Dafi, dan Gilan yang tertawa tanpa henti. Mereka langsung menoleh ke arah pintu saat menyadari kehadiran orang lain.
"Eh elu, At," ucap Rega di sela tawanya.
Atlantis berjalan masuk ke dalam. Semua teman-temannya melihat ada beberapa luka di wajah Atlantis. Namun mereka memilih untuk tidak bertanya karena sudah tahu jawabannya. Atlantis memang tidak sekali dua kali mendatangi markas Gardon sendirian.
Dulu pernah suatu hari geng Gardon menghajar salah satu adik kelas yang menjadi anggota Zavior. Dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Atlantis menghajar mereka sampai masuk rumah sakit semua. Bahkan ada yang sampai patah tulang. Serem kan? Emang serem. Makanya jangan suka cari gara-gara sama Atlantis.
"Pada ngetawain apaan sih?" Atlantis mengambil posisi duduk di sofa ruangan itu.
"Noh muka si Alan," sahut Gilan dengan tangan yang memegangi perutnya karena tertawa terlalu keras.
"Kenapa sama muka Alan?" tanya Atlantis.
"Makin jelek," Sahut Rega, Dafi, dan Gilan bersamaan lalu tertawa bersama. Sementara Alan memasang wajah kesal.
Emang dasar temen laknat! Temen lagi susah masih aja diketawain.
"Yee gini-gini gue masih lebih ganteng ketimbang kalian, ya." Alan masih saja percaya diri padahal wajahnya sudah bonyok tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[Tahap publish ulang.] Ini cerita pertama yang aku buat. Bikinnya ngebut (kebelet ending) dan nggak mikir panjang soal dialog maupun alur. Jadi maaf ya kalau agak freak dan tidak sesuai dengan aturan kepenulisan. #1 fiction 2020 #1 gengmotor 2020 #2...