Dua sungai kecil mengalir di pipi Tala. Dadanya serasa sesak melihat keadaan Atlantis sekarang. Darah segar keluar dari hidung dan mulut Atlantis dengan posisi tengkurap. Kedua mata Atlantis terpejam. Tala tidak bisa membayangkan sesakit apa Atlantis sekarang.
Memasukkan kepalanya ke dalam ring, Tala menjulurkan tangan kanannya berusaha menggapai tangan Atlantis. Digenggamnya tangan Atlantis dengan erat untuk menyalurkan seluruh kehangatan yang ia punya.
"Atla, bangun! Gue di sini. Gue tau lo kuat, At," ucap Tala di sela isakannya.
"At, gue gak mau lo kenapa-kenapa. Gue mohon lo bangun. Lo pasti bisa. Semua temen-temen nungguin lo bangun, At."
Tala semakin panik saat wasit sudah menghitung sampai hitungan ke lima. Dielusnya wajah Atlantis lembut.
Atlantis membuka kedua matanya perlahan. Sentuhan lembut Tala seolah mengembalikan seluruh kekuatannya. Pandangannya masih buram. Semua benda masih terlihat mempunyai bayangan berlapis-lapis. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Tala. Ya, kini gadis itu benar-benar sudah ada di hadapannya. Atlantis sangat bersyukur melihat Tala dalam keadaan yang baik-baik saja.
Sama-samar Atlantis bisa mendengar suara isakan tangis Tala. Apa gadis itu sedang menangisinya? Seburuk itukah kondisinya sekarang?"Please jangan kayak gini, At. Gue takut."
"Lemah banget sih lo! Masa gue baru dateng udah kalah aja sih," ucapnya seraya memukul lengan Atlantis pelan, kesal karena lelaki itu tak kunjung beranjak dari posisinya.
Seulas senyum tercipta di bibir Atlantis. Dengan sisa tenaga yang tersisa, ia berusaha bangkit dengan bertumpu kedua tangannya yang terkepal. Sorakan dari kedua kubu yang terdengar semakin riuh saat ia mencoba berdiri.
"AYO, AT! GUE TAU LO BISA!"Tala segera mengusap kedua pipinya yang basah saat melihat Atlantis berusaha berdiri. "At, lo yakin mau lanjutin lanjutin pertandingan ini?" Tala memegang tangan Atlantis. Matanya menatap Atlantis penuh kekhawatiran.
Atlantis hanya mengangguk seraya tersenyum. Seolah senyum itu mengatakan 'lo gak perlu khawatir. Gue bisa'.
"Yaudah kalo gitu lo harus hati-hati, gue tau lo bisa." Tala menepuk bahu Atlantis pelan seolah memberi kekuatan.
Memejamkan kedua matanya sejenak, Atlantis berusaha berdiri hingga akhirnya ia berhasil bangkit tepat di hitungan ke sembilan.
Harapan yang tadinya hampir sirna kini kembali muncul di hati semua anggota Zavior. Sementara Radex dan Titan mengeraskan rahangnya tidak Terima. Bagaimana Tala bisa ada di sini? Dasar anak buah tidak berguna!
Atlantis memegangi kepalanya lalu menggelengkan dengan cepat, menjaga agar kesadarannya tetap terjaga. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan untuk mencari kekuatan. Ia harus bisa memenangkan pertandingan ini. Demi Zavior.
Wasit menepuk-nepuk punggung Atlantis bertanya apakah Atlantis masih kuat melanjutkan pertandingan ini atau tidak. Atlantis hanya mengangguk sebagai jawaban sebelum akhirnya pertandingan kembali dimulai.
Titan maju terlebih dahulu lalu menyerang Atlantis bertubi-tubi. Jika kalian pikir Atlantis tidak bisa melawan, maka kalian salah besar. Dalam kondisi selemah itu Atlantis masih bisa menghindar dari serangan Titan dengan lincah. Bahkan ia bisa balas menyerang jauh lincah kuat dari Titan.
Atlantis memukuli perut Titan bertubi-tubi tanpa ampun. Mengingat bagaimana Titan berkhianat kepada Zavior membuat Atlantis semakin geram. Ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memukuli Titan hingga tidak ada celah sedikitpun bagi Titan untuk menyerang balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[Tahap publish ulang.] Ini cerita pertama yang aku buat. Bikinnya ngebut (kebelet ending) dan nggak mikir panjang soal dialog maupun alur. Jadi maaf ya kalau agak freak dan tidak sesuai dengan aturan kepenulisan. #1 fiction 2020 #1 gengmotor 2020 #2...