II-34

2.3K 303 140
                                    

Semoga kalian sabar, karena lbh banyak narasinya daripada dialognya.



๏_๏




Kecanggungan terus berjalan. Terlebih, sang ibu harus meninggalkan mereka untuk pergi ke luar kota. Satu minggu, menjadi jangka waktu yang lama untuk keduanya. Sementara, baru dua hari sang ibu meninggalkan mereka.

Tidak ada sapa. Hanya saling pandang saat bersua. Meja makan terasa hampa. Makan harus bergantian. Saat Yoongi masuk, maka Rae Na segera menyelesaikan makannya. Jika Yoongi lebih dulu di sana, maka Rae Na akan menunggunya hingga selesai. Barulah dia berani mengambil makannya.

Duduk termenung di ruang tengah. Mengangkat kaki ke atas sofa. Menggigiti kuku jarinya untuk menyalurkan rasa tegangnya.

Pukul delapan malam, Yoongi terlihat berjalan menuju pintu utama. Ingin pergi entah kemana. Ingin tahu, tapi ragu untuk bertanya.

"K-kakak mau ke mana?"

Dengan keberanian seadanya akhirnya, Rae Na berhasil bertanya. Membuat Yoongi memutar kepala, melihat adiknya.

"Jalan-jalan"

Satu kata sebagai jawaban. Setelahnya, langsung pergi begitu saja. Meninggalkan rasa kesal yang harus diahannya.

Tidak bisakah sang kakak memulai lebih dulu? Kenapa pria itu bahkan tak meminta maaf?








"Kenapa kau tinggal pergi, jika hanya di rumah sendiri?"


Yoongi menemui Hoseok. Berbagi cerita seperti biasa.


"Rasanya ada yang aneh. Tidak bebas walaupun di rumah sendiri. Seperti ada jarak atau ikatan yang membuat kita jauh"

"Sudahlah, Yoon. Kau itu sudah jelas mencintainya"

"Sudah ku bilang berapa kali? Mana mungkin aku mencintai adikku sendiri?"

"Berapa kali juga ku bilang, kalian tidak ada hubungan darah"

Yoongi menyesap kopi hitamnya. Selalu memikirkan apa kata sang teman yang berujung buntu.

"Oh, ya. Apa mantan-mantanmu itu ada yang tahu jika kalian tidak sedarah?"

"Tidak. Aku selalu mengenalkannya sebagai Min Rae Na. Mereka percaya"

"Bodoh! Padahal, wajah kalian jelas beda" umpat Hoseok.

"Tapi, aku merasa ada kesamaan pada wajah kami"

"Apa?"

"Sudut mata"






Hampir pukul dua belas, Yoongi baru kembali. Sengaja, menghindari wajah adiknya. Karena setiap melihatnya, ada sisi hati yang bergejolak seiring detak jantung yang menderung.

Berhenti di depan pintu. Menunduk, meremat-remat kontak mobil di tangannya. Meyakinkan hati bersiap masuk. Setelah menghela napas, dia buka pintu utama. Disambut ruang tamu yang sudah gelap. Hanya mendapat terpaan cahaya dari ruang lain.

Ruang tengah, tempat cahaya itu berasal. Samar-samar, suara televisi terdengar. Yoongi semakin mendekat. Didapati sang adik yang ternyata terlelap di sofa dengan posisi telungkup.


Meraih repot televisi untuk mematikannya. Yoongi kemudian berjongkok di depan wajahnya. Menatap lekat wajah lelapnya.

'Sudut mata'


Tanpa sadar, tangannya terulur menyentuh sudut mata itu. Diusapnya pelan hingga ke pelipis dengan ibu jarinya. Berulang, hingga merasa puas.

"Kakak! Kalau sudah punya kekasih jangan sampai melupakanku, ya!"

"Iya"

"Kalau sudah punya, kakak lebih sayang siapa?"


Tiba-tiba, Yoongi mengingat masa lalu. Di mana dia masih berusia 14 tahun. Sementara, adiknya 9 tahun.

"Kakak akan selalu menyayangimu" gumamnya tanpa sadar.

Kembali membelai pelipisnya. Hingga tiba-tiba mendapat dorongan untuk menciumnya di sana.

Jujur, Yoongi ingin sekali merengkuh tubuh adiknya. Membawanya dalam dekapan. Memberikan kenyamanan yang sudah seharusnya dia dapatkan.

"K-kakak?"

Suara paraunya terdengar. Yoongi segera menyudahi ciumannya. Kemudian, saling beradu tatap begitu dalam.

"Pindah ke kamar" ucap Yoongi lembut. Memutus kontak di antara mereka.

Yoongi berdiri. Diikuti Rae Na yang duduk. Kepalanya menunduk, merasakan jantungnya yang tiba-tiba berdebar. Lagi, entah kenapa tidak mau pergi. Rae Na lelah merasakan semua ini. Dia ingin berhenti. Karena merasakannya, sakit sekali.

"Akan ku matikan lampunya"

Barulah, Rae Na angkat kepala. "Y-ya. K-kakak baru pulang?"


Hanya deheman pelan. Setelahnya, segera beranjak ke kamar. Rae Na mengikuti, dia juga harus mengakhiri hari ini.








Keduanya pikir, setelah kejadian semalam, pagi ini akan lebih baik. Ternyata sama saja. Di rumah yang sama. Tapi, bertingkah bagai orang asing yang tidak pernah bertemu. Hanya jantung keduanya yang saling berpacu.

Tanpa pamit, Yoongi pergi begitu saja. Sama seperti hari sebelumnya. Melampiaskan seluruh gejolak hatinya, Rae Na remat ponsel di tangannya sambil memejamkan mata.

Tuhan, ada apa dengan semua ini?


Hingga ponselnya berdering. Sontak membuka mata. Dilihatnya pengirim pesan yang tertera.


Daniel.

Satu nama yang cukup berhasil menarik sudut bibinya.


'Lusa aku tiba di Korea'







To be continued™

Diriku kesel sendiri. Nunggu mereka pelukan. Gak peluk². Tapi, kalo udah peluk-peluk gak seru ah. Ehee

Lavyu

Ryeozka

IF ILY / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang