II-14

2.2K 296 121
                                    






๏_๏



Keluar dari kamar untuk makan malam. Memakai piyama dengan lingkar leher yang rendah. Kalung pemberian Jungkook jadi terlihat mengkilap terkena cahaya lampu di malam hari. Jika Yoongi tidak melihat, sungguh sangat keterlaluan.

Bukan maksud Rae Na sengaja ingin menunjukkan pada sang kakak. Hanya kebetulan saja memakai piyama itu. Lagipula, mana mungkin sang kakak peduli.

"Ibu, lain kali masak sedikit saja. Yang penting cukup untuk kita makan bertiga. Sayang kalau makanannya sisa, harus terbuang" celoteh Rae Na melihat makanan yang tersaji di meja.

Tepat saat Rae Na mengambil duduk, Yoongi datang untuk bergabung.

"Kalau begitu, agar tidak terbuang, makanlah yang banyak. Habiskan semua" timpal sang ibu.

"Itu namanya menyiksa. Kasihan ususku harus memproses banyak makanan, nanti sakit. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, bu. Ujung-ujungnya sakit"

'Seperti aku dengan kakak' Lanjutnya dalam hati.


Yoongi tidak ambil suara. Dia hanya mendengarkan. Sampai matanya tidak sengaja melihat kilauan dari leher sang adik. Masih abai, dia memilih melanjutkan makannya.

Ujian tidak lama lagi. Bahkan, Rae Na juga sudah mengirimkan formulir pendaftaran ke beberapa universitas dalam negeri. Tapi, jika harus belajar terus dia juga bosan. Jadi, sekarang dia justru berada di ruang tengah untuk menonton televisi. Sebentar saja, hanya untuk menghilangkan penatnya.

"Sejak kapan kau pakai kalung?" Yoongi yang penasaran akhirnya bertanya. Pasalnya, jika dilihat kalung itu bukan hanya kalung murahan seharga lima sampai sepuluh ribu won. Bisa jadi, dari kilauannya itu berharga ratusan ribu.

Rae Na reflek menunduk, menyentuh kalungnya. "Sejak ulang tahun"

"Kau beli?"

"Tidak"

"Kalung dari siapa?"

"Dari Jungkook"

Jujurnya. Membuat Yoongi sedikit kesal. Sungguh, Yoongi tidak suka adiknya dekat dengan pria. Pikirnya, dia masih terlalu polos mengenal hal seperti itu.

"Kenapa kau terima?"

"Tidak perlu marah. Ini adalah hadiah ulang tahun. Jungkook baik karena ingat dengan ulang tahunku" ujarnya. Sungguh, tidak bermaksud menyindir. Rae Na juga tidak sadar telah berkata begitu.

"Kenapa Jungkook sampai memberimu hadiah?" Ketus Yoongi.

"Kenapa? Memang teman tidak boleh memberi hadiah?"

"Apa Seung Wan dan yang lain juga memberimu hadiah?"

"Tahun lalu dia memberi hadiah"

Yoongi menghembuskan napas. Bicara dengan sang adik memang sulit, pikirnya.


"Aku suka gantungan ini" senang Rae Na, menyentuh kembali gantungan di kalungnya.

"Kau sangat menyukainya?"

Mendengung. "Saat ku tanya ini bentuk apa. Jungkook menjelaskan, ini bentuk K dalam hangul. Secara abjad ini mirip huruf J. Katanya, K untuk Kookie, J untuk Jungkook" Rae Na terkikik pelan. Yoongi memperhatikan, tidak suka. "Jungkook ada-ada saja. Katanya, bisa jadi JK juga"


"Tidur sana! Jangan pacaran dengan Jungkook, Jungkook itu"

Tidak bisa dikatakan marah. Tapi, demi apapun Yoongi tidak suka. Bodohnya, kenapa juga dia baru tahu adiknya punya teman laki-laki.

"Ck! Kakak berlebihan" berdiri dari sofa. "Asal kakak tahu, aku dengan Jungkook dan Taehyung sudah berteman sejak kelas dua. Aneh, kakak saja yang baru tahu"

"Tidur atau kakak tiduri!"

Tidak sadar Yoongi memekikkan kalimat ambigu. Membuat Rae Na tertegun dengan jantung berdebar.

"Astaga!" Yoongi semakin kesal. Dia usap kasar wajahnya setelah sadar apa yang dia ucapkan. "Maksud kakak, cepat tidur. Atau harus kakak temani. Kau masih terlalu polos, jangan berpikir macam-macam"

"Macam-macam yang seperti apa? Kalau mau macam-macam juga tidak apa-apa" goda Rae Na sengaja wajahnya dibuat semakin polos.

Oh, ayolah. Rae Na tidak sepolos itu. Ini bukan zaman megalitikum yang tanpa teknologi.

Meraih remot televisi, mematikannya. Lalu, segera mendorong sang adik ke kamar. "Tidur saja!"

Rae Na masuk kamar. Yoongi segera menarik pintunya agar tertutup. Lalu, berjalan ke kamarnya sendiri.


"Sialan!" Umpatnya.

Di kamar, sembari rebahan Rae Na tersenyum tidak jelas. Maaf, tapi dia sempat membayangkan sedikit tentang melakukan 'macam-macam' tersebut. Walaupun segera ditepisnya bayangan itu.










Tidak lebih dari sepuluh hari, ujian kelulusan akan diadakan. Rae Na masih kukuh ingin meninggalkan kisah asmara remajanya. Akan tidak baik jika dia terus menyimpan perasaan itu pada orang yang sama.

Konsultasi pada salah satu guru, Rae Na menanyakan banyak universitas di luar negeri dan cara pendaftarannya. Rae Na juga meminta rekomendasi universitas yang kiranya tepat untuknya.

"Terima kasih, guru" ucap Rae Na.

"Rae Na!" Seung Wan memanggil. "Apa yang kau bicarakan dengan Guru Kim?"

Keduanya berjalan menuju kafetaria sekolah. Ingin menghampiri Jungkook dan Taehyung yang sudah di sana lebih dulu.

"Rae, kenapa harus?" Sedih Seung Wan setelah mendapat cerita dari temannya.

"Ada apa?" Taehyung menyela sembari menyuap makanannya.

"Rae Na memilih melanjutkan di luar negeri" jawab Seung Wan, antara sedih dan kesal.

Jungkook langsung menatapnya dengan lekat. Begitupun Taehyung yang menuntut penjelasan.

Sementara, Rae Na hanya tersenyum simpul. Namun, setelahnya tetap menjawab.

"Sekali-kali aku ingin bebas. Kalian tahu? Kakakku benar-benar menyebalkan. Dia selalu menganggapku anak kecil. Anak polos yang tidak tahu apa-apa. Apalagi pacaran, berteman dengan laki-laki saja seolah tidak boleh. Jadi, ku pikir aku harus ambil tindakan. Ayolah, dukung aku!"

Jelasnya, seolah tidak sedih sama sekali. Dengan hebatnya, dia tunjukkan wajah kesalnya untuk mengelabuhi mereka. Tidak untuk Seung Wan, tentu saja.

"Apa hanya itu?" Jungkook bertanya.

"Y-ya, tentu tidak. Aku juga ingin mendapatkan pendidikan yang bagus. Walaupun di sini juga tidak buruk. Aku ingin mandiri dan bisa dibanggakan, tentunya"








To be continued™

Hee malam egen.

Kalau ada typo mohon maklumkan.

Lavyu

Ryeozka

IF ILY / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang