II-48

2.4K 310 120
                                    




๏_๏






Satu bulan pertama, mungkin menjadi hari-hari terberat untuk Rae Na. Anak itu terpuruk meratapi nasibnya. Sang ibu telah tiada. Meninggalkannya seorang diri di sana. Di rumah Min Yoongi, kakaknya.

Sempat Rae Na ingin pergi saja. Dia tahu, kini dia bukan siapa-siapa yang pantas tinggal di sana. Tapi, Yoongi tidak mengizinkannya. Hingga harus berdebat cukup lama. Berakhir Rae Na menangis di pelukannya.

Kini, empat bulan telah berlalu. Rae Na sudah lebih baik dari sebelumnya. Walaupun rasa kehilangan itu selalu ada. Saatnya dia akan ditinggal oleh kakaknya.

Yoongi mendapat panggilan negara. Dua tahun ke depan, dia akan melaksanakan wajib militernya. Keduanya sepakat untuk menggunakan waktu itu sebagai pembuktian. Apakah mereka harus bertahan atau saling melepaskan.

"Kakak sepakat?"

"Baiklah. Aku setuju"

Kesepakatan malam lalu. Saat mereka ada di ranjang yang sama. Hanya tidur biasa. Tidak ada yang lebih. Meski tidak dapat dipungkiri, terbesit keinginan melakukannya. Tapi, mereka menahannya. Memilih menyimpan keinginan itu untuk masa depan. Biarlah kesalahan itu terjadi sekali saja. Menjadi rahasia besar di antara mereka.

"Jangan pergi. Tetap jaga rumah ini sampai aku kembali"

Rae Na mengangguk.

"Jaga diri baik-baik. Kita masih harus menaklukkan waktu dua tahun ke depan"

Yoongi bubuhkan kecupan di kening. "Aku pergi"

Pesan Yoongi sebelum pergi.








Dua tahun yang akan datang. Akan menjadi babak baru bagi keduanya. Penantian panjang mereka akan terjawab saat itu juga.

Kini, Rae Na lebih sering ke gereja. Berdoa, memohon petunjuk pada Tuhannya. Tak lupa, berkunjung ke rumah duka. Banyak bicara pada mereka. Tak lupa, selalu mengucapkan maaf atas segala kesalahannya dan belum bisa membahagiakan mereka.

Duduk khidmat di kursi jemaat, memejamkan mata, menyatukan dua tangan di depan dada. Rae Na panjatkan doa padanya.


"Rae Na?"

Dia masih abai.

"Anak ibu. Sayang? "

Mendengarnya, Rae Na segera membuka mata. Menoleh ke samping, Rae Na justru terdiam. Di sana, di depannya ada sang ibu. Mengenakan pakaian khasnya dan tersenyum hangat padanya.

"Ibu? I-ibu?" Air matanya leleh. Merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ini benar ibu?"

Rae Na ingin beranjak. Tapi, sang ibu lebih dulu mendekatinya. Duduk di sampingnya dan memeluk bahunya.

"Ibu, jangan pergi" Rae Na balas memeluknya erat. "Aku sendiri, bu. Aku tidak punya siapa-siapa. Ibu, jangan tinggalkan aku"

"Ibu di sini, sayang. Ibu tidak pergi. Ibu selalu menemanimu"

Berpelukan begitu lama. Rae Na sangat menikmati kehangatan yang diberikan ibunya. Sampai akhirnya, mereka duduk berhadapan.

"Rae Na, apa kau bahagia?"

"Ibu-"

"Carilah kebahagiaanmu, sayang. Kebahagiaan lain yang tidak bisa ibu berikan"

"Apa maksud ibu?"

IF ILY / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang