II-39

2.5K 305 111
                                    





๏_๏




Seperti yang dikatakan sang ibu pagi tadi, beliau ingin bicara dengan Yoongi. Maka, kini keduanya sudah duduk di ruang makan dengan segelas teh hangat di hadapan masing-masing.

Sementara, sang putri tengah berada di kamar. Harap-harap cemas menanti pesan masuk pada alamat emailnya.

Saat ini, hingga satu hari ke depan. Dapat dipastikan, Rae Na tidak akan tenang.

Kembali pada Yoongi dan sang ibu.

"Yoon, ibu sudah tidak sanggup jika harus mengurus tiga usaha ayahmu sekaligus"

Ingat? Apa saja usaha Tuan Min?

Dua swalayan, satu restoran, dan satu toko perhiasan.

Di awal, beliau memang hanya menangani satu swalayan di kota itu. Tapi, setelah semua pindah ke tangan Yoongi, dia menyerahkan dua usaha lainnya untuk ditangani sang ibu. Restoran dan toko perhiasan.

Sementara Yoongi, menangani satu swalayan yang paling besar. Sekarang, sang ibu menyerah. Terlampau lelah dan lemah.

"Jadi, ibu serahkan kembali padamu. Terserah, kau bisa mencari orang lain yang bisa dipercaya"

"Kenapa? Apa ibu sakit?"

"Ibu hanya merasa mudah lelah sekarang. Mungkin, karena usia ibu yang semakin tua" jawabnya sembari tersenyum, menghindari kecurigaan.

"Aku tahu, ibu sakit. Tapi, sakit apa? Kenapa ibu tidak pernah cerita?"

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Yoon. Hanya lelah"

"Aku pernah melihat ibu meminum banyak obat"

Sempat tertegun. Namun, segera menjawab. "Itu hanya vitamin"





Brukk!

Yoongi melempar sebagian tubuhnya di ranjang sang adik. Sementara, kakinya masih dapat menyentuh lantai. Wajahnya muram, terlihat ada yang sedang dipikirkan.

"Ada apa dengan kakak?" Tanya Rae Na yang sedang memangku laptopnya.

"Ibu sudah tidak sanggup menangani pekerjaan"

"Lalu?"

"Berarti aku harus mencari orang yang bisa membantu menangani. Ibu hanya memilih menangani restoran"

"Kalau begitu, kenapa tidak kakak tangani sendiri saja?"

Yoongi yang tadi menatap atap, beralih menatap adiknya.

Adiknya?

Atau kekasih?

Calon istri?

Apa posisi Rae Na saat ini?

"Kenapa kau menatap laptop terus menerus?"

"Aku menunggu email masuk, tahu?"

"Batalkan saja"

Sontak Rae Na menatap tidak suka pada sang kakak. "Apa?!"

"Batalkan saja untuk bekerja di sana. Lalu, urus usaha ayah"

"Tidak, tidak, tidak!" Menggeleng berapa kali. Menyatakan ketidaksetujuan saran kakaknya. "Aku bahkan sangat berharap diterima. Suatu kehormatan bisa bekerja dengan negara. Aku bisa menunjukkan pesona, budaya, dan sejarah negara kita pada dunia"

IF ILY / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang