II-23

2.2K 296 96
                                    



๏_๏



"Yoon!"

Bentakannya begitu keras. Beruntung, area parkir cukup sepi. Soohyeon sepertinya tengah marah pada sosok pria di depannya.

"Apa?"

"Apa kau tak paham juga?!"

"Bagian mana yang harus ku pahami?" jawab Yoongi yang sudah jengah dari tadi.

"Bagian di mana kau mulai tidak lagi peduli padaku. Aku hanya memintamu mengantarku pulang. Berapa kali kau menolaknya?"

"Berapa kali? Memang berapa kali?" Sungguh, Yoongi tidak mau kalah. Dia terus mendebat kekasihnya.

Oh, ayolah! Ini akan menjadi panjang jika diteruskan. Harus ada yang mengalah di sini.

"Kau tidak sadar juga? Bahkan, hampir setiap kali! Setiap aku memintamu, kau selalu menolak. Selalu ada alasan! Sebenarnya, apa yang kau pikirkan?"

"Benarkah?"

"Yoon, ayolah! Jangan menyebalkan begini. Kau cukup mengantarku pulang, selesai. Kita tidak perlu berdebat lagi" Soohyeon mulai merendahkan nada bicaranya..

Yoongi menghela napas. "Baiklah! Ayo pulang"

Mengalah. Setidaknya, Yoongi masih memiliki sedikit kesabaran.






"Bisa saja" sahutnya di ikuti tawa.

Rae Na, Seung Wan, Jungkook, dan Taehyung, mereka tengah melakukan panggilan video.

"Baiklah, baiklah" sahutnya lagi.

Dua panggilan lainnya mati. Tinggal Rae Na dengan Seung Wan.

"Jadi, bagaimana?"

Seung Wan memulai membuka curahan hati temannya.

"Sejauh ini cukup baik. Dua hari lalu, kami bicara sebentar"

"Tentang apa?"

"Kakak ingin mengunjungiku"

"Lalu?"

"Aku menolak"

"Maksudmu? Kenapa?"

"Ya, aku menolaknya. Aku meminta jangan datang dulu. Ini masih satu tahun, aku bilang begitu. Kalau kau tanya kenapa, tentu karena aku belum siap bertemu dengannya lagi"

"Kalau kau sudah lebih baik, harusnya tidak masalah, kan?"

"Tidak semudah itu. Kakak akan memperlakukanku berlebihan. Bagaimana kalau aku jatuh lagi?" Wajah Rae Na berubah murung. "Kau tahu? Bahkan, aku masih sering merindukannya"


"Kalau kau rindu, kenapa tidak bertemu?"


"Seung Wan, ayolah! Mengerti keadaanku"


"Ya, baiklah, baiklah! Aku bercanda. Bagaimana dengan ulang tahunmu? Tidak lama lagi, kan?"


"Aku tidak tahu. Mungkin aku hanya akan mencari restoran yang menjual sup rumput laut dan makan di sana dengan Daniel"


"Daniel? Siapa Daniel?"

"Seniorku. Tapi, aku tidak pernah memanggilnya kakak. Hanya dulu, awal kenal"

"Nah, kau jalin hubungan saja dengannya"

"Son Seung Wan!"

Rae Na memekik kesal. Membuat Seung Wan tertawa menggoda temannya.









Rasa bersalah langsung menghampiri Yoongi. Ketika sampai di ruang makan, dia mendapati sang ibu sudah membereskan piring bekas makannya.

"Ibu?"


Sang ibu menoleh. "Yoon?"


"Ibu sudah makan?"


"Ibu makan dulu. Ibu ingin segera istirahat. Dada ibu rasanya sesak" jelasnya. Membuat Yoongi semakin merasa bersalah.


"Ibu sakit? Apa perlu ke dokter?"

"Tidak perlu. Mungkin hanya lelah" lalu, wanita itu menaruh piringnya di wastafel. Kemudian, kembali berbalik menatap putranya. "Yoon, kau jadi mengunjungi Rae Na?"

Entahlah, wanita itu justru merasa khawatir.

"Tidak. Dia tidak mau dikunjungi dulu. Tapi, aku sudah mengirimkan hadiah ulang tahun untuknya"


"Ini pertama kalinya anak itu akan merayakannya sendiri" sedih sang ibu. Kalau begini, rasanya wanita itu ingin menyusul anaknya.

"Ibu jangan khawatir. Semoga hadiahnya akan tiba tepat waktu" hibur Yoongi.

"Yoon, jangan terlalu memanjakan adikmu. Kau tidak perlu mengirimkan uang setiap bulan padanya. Biar ibu yang membiayainya. Ibu masih sanggup"


Yoongi mengambil minum dari kulkas. "Aku tidak bermaksud memanjakannya, bu. Aku hanya tidak ingin dia kesusahan di sana. Hanya ingin, apa yang dia butuhkan terpenuhi. Selama ini, dia selalu bergantung pada kita. Sementara, sekarang anak itu hidup sendiri. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana jika anak itu sampai kekurangan"

"Terima kasih, kau sudah peduli dengan anak ibu"

Anak ibu, ya?

Ah, iya. Dia bukan anak ibunya. Dia hanya anak tiri, bukan? Yoongi kadang tidak sadar. Rasanya sedikit aneh dengan kata itu.



Hampir pukul dua belas malam, Yoongi belum bisa tidur. Dia sedikit memikirkan adiknya. Jadi, dia bangkit dari rebahannya. Kemudian, menuju kamar sang adik. Memasukinya dan rebahan di sana. Biasanya, itu adalah cara terbaik mengantarkannya ke dalam mimpi.

Sepertinya, Yoongi benar-benar merindukan adiknya.











"Paket untuk Nona Rae Na"







To be continued™

Kita berlama-lama dengan keadaan yoongi sm ibunya dulu ya. Drama sm raenanya bentaran. biar ada kesan lamanya gituu...

Kan gak mungkin langsung skip sekian tahun terus raena balik. Gak seru dong. Eheee

Lavyu

Ryeozka

IF ILY / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang