II-21

2.3K 295 60
                                    



๏_๏

"Yoon! Kau mau ke mana?" Soohyeon mengejar Yoongi yang terlihat buru-buru keluar dari lobi kantor.

Tidak ada sahutan. Padahal, Soohyeon yakin Yoongi mendengar panggilannya.

"Yoon!"

Baru Yoongi menoleh, menatap pacarnya saat hampir memasuki mobil. "Apa?"

Sementara, Soohyeon tetap berdiri di depan pintu lobi. "Kau mau ke mana? Kenapa buru-buru?"

"Rae Na berangkat sekarang. Aku harus mengantarnya ke bandara. Aku sudah izin untuk pergi, tadi. Kau mau ikut?"

Soohyeon menggeleng. Dia tidak mungkin pergi secara mendadak. Setidaknya, jika akan keluar dari kantor harus izin dari pagi.

"Kalau waktu masih memungkinkan, aku akan kembali ke kantor" ucapnya sebelum melaju cepat dengan mobilnya.

Tiba di rumah, ibu dan adiknya sudah berdiri di teras dengan koper besar di sampingnya.

Hati Yoongi tiba-tiba terasa meluruh. Rasanya, berat melepas sang adik pergi jauh.

"Sudah siap?" Tanya Yoongi halus, atau mungkin terkesan sedih.

Rae Na tersenyum dan mengangguk. Kemudian, Yoongi membantu memasukkan koper ke dalam bagasi. Sedangkan tas di gendongan Rae Na, dia masukkan sendiri. Tinggal tas selempang kecil berisi ponsel dan barang-barang penting lainnya.

Sepanjang perjalanan, sang ibu sudah menahan isak. Banyak hal yang wanita itu pikirkan. Termasuk perasaan sang anak. Rae Na sendiri hanya diam, duduk di kursi belakang. Memainkan ponsel dan mendengarkan musik lewat earphonenya.

Sementara, Seung Wan, Jungkook, juga Taehyung sudah berada di bandara lebih dulu. Mereka tidak ingin terlambat mengantar temannya.

"Rae Na!" Seung Wan langsung berteriak ketika melihat temannya keluar dari mobil.

Rae Na langsung mendekati mereka. Mengabaikan ibu dan kakaknya mengambil tas dan koper di bagasi. "Kalian sudah di sini?"

Entahlah, kenapa suasana ini jadi sangat menyedihkan. Padahal, kalau dipikir, Rae Na bukan satu-satunya orang yang pergi jauh untuk pendidikan.

Kini semua sudah berada di ruang tunggu. Kurang dari tiga puluh menit, Rae Na akan masuk ke pesawat. Jadi, dia putuskan untuk pamit.

"Ibu, jangan sedih. Sekarang teknologi canggih. Ibu tidak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja. Jangan terlalu dipikirkan. Nanti ibu sakit" memeluk sang ibu yang sudah menangis lebih dulu.

Lalu, beralih pada Yoongi yang ada di samping sang ibu. "Kakak, jaga ibu, ya? Titip ibu. Jangan lupa kabari aku kalau tiba-tiba kakak akan bertunangan dengan Kak Soohyeon"

Ayolah, kenapa perasaan Yoongi semakin tidak nyaman dengan ucapan adiknya.

"Rae Na?" Seung Wan bergumam dan langsung memeluk temannya.

"Jangan menangis, bodoh! Seperti tidak ada teknologi saja. Hei, ingat negara kita negara maju. Aku juga di negara yang bagus. Lagipula, aku akan kembali"

Melepas pelukan. Beralih pada Jungkook. Diam sejenak, saling pandang begitu dalam. Yoongi bahkan menyadari itu dan semakin tidak nyaman.

"Kook?" Akhirnya, Rae Na putuskan memeluk teman dekatnya itu.

"Hati-hati" pesan Jungkook begitu tulus.

"Kook, ingat pesanku. Tapi, kita tetap bisa berteman"

Barulah, Taehyung yang terakhir. Rae Na hanya menepuk lengannya. "Jangan selalu buat kekonyolan. Kau bukan lagi anak sekolah. Jangan selalu ribut dengan Jungkook juga. Jangan lupa cari pacar. Kabari aku kalau dapat"

"Sialan!" Meski mengumpat. Tapi, Taehyung tetap tersenyum. Bahkan, memberi tepukan halus pada bahu temannya. "Hati-hati. Atau, carikan aku gadis di sana. Siapa tahu tepat untukku"

Tepukan mendarat di kepala. "Baru juga aku bilang, jangan konyol. Paling tidak, kuasai dulu bahasa inggris untuk dapat bicara dengan mereka"

Sekali lagi, pamit pada ibu dan kakaknya. "Ibu, kakak, aku pergi. Kalian baik-baik di sini. Aku juga akan baik di sana"

Menarik kopernya, Rae Na berjalan menjauh dari mereka. Melambaikan tangan sambil tersenyum.

Duduk di dekat cendela. Memandang gumpalan awan yang terbentang. Sedikit tersenyum mengingat kenangan terakhir bersama sang kakak.

Yoongi, tadi malam datang lagi ke kamarnya untuk memeluk. Saling berhadapan dengan Yoongi yang memeluk pinggang Rae Na.

"Kau benar-benar akan pergi?"

"Kakak! Bahkan, barang-barangku sudah ku kemas"

Yoongi semakin mengeratkan pelukannya. Susah payah Rae Na mengendalikan detak jantungnya. Jangan sampai sang kakak merasakan atau mendengarkannya.

"Kak, kembalilah ke kamar. Tidur nyenyak di sana. Kau membuatku sesak. Astaga! Tidak nyaman sekali tidurku. Ingat, besok aku akan melakukan perjalanan jauh"

"Tidak. Aku mau memeluk adikku"

Lalu, Rae Na putuskan untuk memutar badan, membelakangi sang kakak. Yoongi justru kembali mengeratkan pelukannya. Sembari menciumi rambut sang adik.

"Hati-hati di sana. Jangan salah pilih teman. Jangan salah pergaulan"

Rae Na hanya berdengung.

"Segera kabari kakak atau ibu jika terjadi sesuatu atau butuh sesuatu"

Jawaban yang sama. Tapi, sepertinya Rae Na sudah setengah tidur.

"Kakak pasti akan merindukanmu"

Tidak ada pergerakan. Berarti, anak ini benar-benar sudah tidur. Kalau tidak, pasti Yoongi sudah ditendang hingga terjatuh seperti waktu itu.

"Kau sudah tidur?"

Yoongi menghela napas. Apa ucapannya tadi tidak ada yang didengar?

Kemudian, mengangkat kepalanya untuk mencium pelipis adiknya.

"Tidur yang nyenyak"





To be continued™

Uwunya di sini sma di sana beda ya? 😆😆

Ketika dari book papa terus mau nulis di book ini tuh ibaratnya dari minum coklat manis terus abis itu minum jamu.

Otak kudu mutar 360° 🤦‍♀🤦‍♀😂😂

Lavyu

Ryeozka

IF ILY / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang