💕 Bagian 22

4.6K 661 127
                                    

Assalamualaikum kalian 💕💕

Yuk langsung aja...
Aku males bacot😅

Happy reading💕

.

.

.

Sedari tadi Radeya tak berhenti menangis sembari membersihkan luka luka Adit di tangan dan lebam di wajahnya...

"Yaya nangis jangan... Didit fine Yaya", kata Adit sambil ngelus tangan Radeya menyalurkan ketenangan di setiap usapan lembutnya.

"Hiks... Didit lukaaa... Darahnya banyak Dit hiks... Mukanya biru biru... Yaya sakit lihatnya😭...huweeeee", Adit tersenyum melihat Radeya... Dia menangkup pipi Radeya lalu menghapus linangan airmata Radeya dengan kedua ibu jarinya.

"Ini sakit nggak, Didit kuat, yaya Didit sama... Itu cukup", lagi lagi senyuman terbaik terukir di wajah tampan Adit, hati Radeya bergetar... Detak jantungnya selalu seperti ini... Tak karuan.

"Yaya selalu sama Didit... Yaya gak bakal ninggalin Didit", kata Radeya sembari memanyunkan bibirnya imut.

Adit tersenyum konyol, namun sepersekian detik senyum itu luntur berubah raut wajah sedih yang kentara...

"Didit kenapa ?", tanya Radeya kala melihat perubahan di raut wajah Adit.

"Yaya malu Didit sekolah sama". Kata Adit menundukkan kepalanya dan menatap lantai rumah Radeya...

"Nggak!!!, siapa bilang?!, Yaya malah seneng bisa deket tiap saat sama Didit", kata Radeya tak terima... Karena sejujurnya... Radeya justru bersyukur bisa terus memantau Adit dan mengasah Kemampuan kekasihnya itu dari jarak dekat setiap detik.

"Mamih Di-",

"Jangan dengerin bang, abang cukup percaya sama bang Radeya", tiba tiba Jovan muncul dari balik pintu.

Ia sedari tadi sengaja bersembunyi demi mencuri dengar percakapan kedua abang kesayangannya itu.

Adit menoleh kepada Jovan yang berjalan kearahnya.

Jovan berlutut di hadapan Adit dengan air mata yang masih mengalir, hatinya masih sakit. Adit adalah satu satunya orang yang selalu bisa menghibur dia... Adit selalu jadi sumber bahagianya, memberi energi positif saat dia merasa putus asa...

"Abang... Mulai hari ini abang tinggal sama Jovan... Kita tinggalin rumah sialan itu, abang mau kan?, kita berdua berjuang sama sama?, Jovan sama abang", kata Jovan masih berlutut, menggenggam tangan kaka tercintanya dan menatap penuh harap.

"Ada apa sih Van?, mamih Sarah kenapa lagi?", kata Radeya yang sedari tadi memang penasaran.

"Mamih udah kelewatan bang... Mamih udah melampaui batas, gue gak sanggup ngelihat bang Adit selalu di caci dengan kata kata kejam... Bang Adit anaknya bang... Gak pantes mamih ngomong kasar sama bang Adit", Jovan ngomong sambil natap Radeya sendu.

Radeya paham... Ia sudah yakin ini akan terjadi setiap mamihnya ada di sekitar Adit.

Adit yang malang, padahal jika kedua orang tua Adit mau lebih memperhatikan anaknya, mau lebih menelusuri bakat anaknya, pasti mereka akan takjub... Radeya sangat menyayangkan sikap kedua orang tua itu.

"Kalian disini aja, masih ada kamar kosong buat kalian kok... Jangan kemana mana", kata Radeya menatap serius Jovan dan Adit bersamaan.

"Nggak bang, gue gamau deket deket lagi sama rumah itu, gak sehat buat mental bang Adit kalo terus terusan ketemu sama mamih atau papih. Bang Adit udah mulai ada peningkatan setelah, aku gamau terapi kita sia sia", Radeya membenarkan perkataan Jovan.

Autism Boyfriend √ (Chanbaek)//ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang