Assalamualaikum kalian...
Hayuk langsung aja di baca, aku lagi males bacot 😅.
Happy reading💕
.
.
.
Adit sedang bersenandung seadanya di kamar kesayangannya sembari merapikan tatanan rambut serta seragamnya.
Setelah di rasa penampilannya rapih, ia bertepuk tangan, memperhatikan dirinya di depan kaca.
"Wua... Didit tampan, Yaya suka pasti... Eh?!, Yaya pasti suka.. Ehehe", monolognya sembari menertawakan kesalahannya dalam berucap.
Tangannya ia ayunkan tungkainya berjalan riang menuju ruang makan tempat keluarganya berkumpul.
Entah ada angin, kedua orang tua Adit berada di rumah pagi ini. Tak seperti hari hari lain, dimana mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar.
"Selamat pagi...", ucapnya riang yang hanya mendapat lirikan acuh dari kedua orang tuanya. Adit tak menaruh perih, ia sudah terbiasa di acuhkan.
"Selamat pagi bang, ayo makan, ntar bang Radeya nunggu lama kalo abang makannya lelet", kata Jovan muncul dari belakang sembari menarik Adit untuk duduk bersebelahan dengannya. Melirik sinis kedua orang tuanya, karena sama sekali tak menggubris abangnya.
"Jovan diantar supir kan ?", tanya sang mami di angguki acuh oleh Jovan.
"Mih... Didit sekolah Yaya sama", kata Adit mengabarkan tentang ia yang mulai bersekolah di tempat Radeya.
"Udah tau", lagi lagi jawaban acuh Adit terima.
Ia tersenyum maklum, menggenggam tangan adiknya yang sudah akan membuka suara guna menegur orang tuanya.
Menggelengkan kepalanya kuat kepada Jovan yang menatapnya sendu.
"Kamu yakin mau terus sekolah di sana?", kata papih yang sedari tadi bungkam.
"Hm... Didit Yaya sama, temen Didit baik", kata Adit menjawab antusias, papih nya memang sesekali berbicara padanya walau hanya 1 atau 2 kalimat, namun masih bisa di katakan ramah menurut Adit. Dan Adit senang.
"Gak kasian sama Radeya?, dia pasti malu harus jagain kamu kemana mana supaya tingkah bodoh kamu gak melewati batas", you see that?, ibu macam apa yang sampai hati mengatai anaknya seburuk itu?, terbuat dari apa sebenarnya hati ibu itu?.
"Mamih!!!", Jovan yang sudah tak tahan mendengar ibunya mengatai kaka tersayangnya akhirnya menyentak tanpa sadar.
"Apa?, yang mamih katakan bener kan?, dia cuma bisa menyusahkan orang orang di sekitarnya, membuat malu keluarga, sadar-",
"CUKUP MIH!!!, Jovan gak nyangka mamih tega ngomong kayak gitu ke bang Adit. DIA ANAK MAMIH!", Jovan naik pitam, sungguh hatinya saja sakit mendengar ucapan mamih nya, apalagi Adit sebagai pihak yang di maki.
"Yaya malu nggak hiks... Yaya Didit bilang, Yaya malu nggak hiks... YAYA MALU NGGAK MAMIH... YAYA MALU NGGAK!!!", Adit mengamuk, emosinya tak stabil...
Prang...
Prang...
Bugh... Bugh... Bugh...
Adit melempar seluruh barang di depannya... Menggores pecahan beling yang ada ditangannya hingga darah bercucuran ke lantai mahal rumahnya. Kepalanya ia pukul hingga menimbulkan lebam pada wajahnya.
"Bang udah bang cukup... Hiks... Jovan mohon cukup bang", kata Jovan sembari memeluk abangnya erat, sangat erat...
Meneteskan air matanya mendengar raungan mengandung sakit hati di setiap tangisan sang kakak.
"Ya tuhan Adit... Ini kenapa van", Radeya yang baru tiba syok melihat keadaan ruang makan berantakan, tatapan sinis ibu adit, tatapan datar sang kepala keluarga, serta tangisan kedua saudara itu.
"Bang bawa bang Adit kerumah lo, nanti gue ceritain", kata Jovan yang langsung di turuti tanpa bantahan.
Setelah kepergian Adit dan Radeya, Jovan menatap bengis kedua orang tuanya yang hanya menatapnya tak berarti...
"Puas mih?... ", tanya Jovan dengan raut wajah marah tak terelak.
Hening tak ada jawaban, sang mamih hanya menatapnya dengan raut wajah kesal.
"Mamih puas nyakitin hati bang Adit?, JAWAB MIH... IBU MACAM APA MAMIH INI SEBENERNYA?, MAMIH GAK LAYAK DI SEBUT IBU!",
"JOVAN JAGA MULUT KAMU", papih sedikit tak terima dengan perkataan Jovan yang menurutnya tak sopan.
"APA PIH!, SALAH JOVAN NGOMONG GITU?, KENYATAANNYA GAK ADA SEORANG IBU YANG TEGA NGEHINA ANAK KANDUNGNYA APAPUN KEADAANNYA!, BANG ADIT EMANG CACAT MENTAL!, TAPI DIA PUNYA KELEBIHANNYA SENDIRI!!!", Jovan tak kuasa menahan diri untuk tak meninggikan suara kepada kedua orang tuanya...
"Mamih malu Jovan mamih malu... Hiks..hiks... Kamu gak pernah ada di posisi mamih, anak pertama mamih, harta karun keluarga Subroto, terlahir dengan keadaan cacat, semua mencemooh mamih, semua menghardik mamih karna gak becus melahirkan anak!, kalau aja kamu gak lahir dan menjadi penolong mamih dengan segudang prestasi kamu, mamih akan tetap di kucilkan, KAMU HARUS MENGERTI PERASAAN MAMIH!", ibu itu menangis histeris serta memukul muluk dadanya keras... Menumpahkan segala isi hati yang ia pendam.
"Tapi gak gitu caranya... Apa salah bang Adit?, bang Adit juga gak minta di lahirin sebagai orang cacat mih, bahkan Jovan yakin, bang Adit lebih milih gapernah lahir, kalo akhirnya bakal di buang kek sampah!!!, jangan egois!, bahkan hewan sekejam harimau gak sampai hati makan anak anak yang mereka lahirkan, mamih sebagai manusia sampai hati maki maki bang Adit kayak gitu?, mamih gak tau kaan?, setiap mamih sama papih gak pulang bang Adit selalu nanyain kalian, setiap mau makan dia selalu minta Jovan buat nanyain kalian udah makan atau belum, bahkan dia gak mau makan kalo Jovan bilang kalian belom makan, mamih pikir itu semua Jovan yang mau?, hubungin mamih buat nanya kabar kalian?, itu bang Adit mih, setiap jam dia selalu minta Jovan mantau keadaan kalian... Sampai hati ya mami kayak gitu ke bang Adit?", ucapan Jovan sedikit menggetarkan hati papihnya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan kedua anggota keluarganya.
Bukan ia tak tegas, ia tau bagaimana perasaan istri tercintanya di saat masa sulit menerima cemoohan dari keluarga besar nya... Namun ia juga tak bisa membenarkan tingkah sang istri yang melampaui batas, dia sama... Dia masih belum bisa menerima kekurangan sang anak. Karna tak ada sejarahnya keluarga Subroto terlahir sebagai orang cacat.
Mamih hanya mampu menangis, egonya mengalahkan fakta yang baru saja ia dengar bahwa anak yang ia benci bahkan sangat menyayangi nya...
"Mamih gak suka kan bang Adit di sini... Oke, aku.. Aku yang bakal bawa bang Adit pergi dari rumah ini, aku sama bang Adit gak akan nyusahin kalian lagi. Makasih buat uang yang kalian kasih buat kita, makasih karna sudah kasih harta berlimpah buat kita, fasilitas mewah buat kita. Tapi asal mamih sama papih tau, kita gak butuh uang kalian. Kita butuh kasih sayang kalian!, perhatian kalian!, bukannya kasih sayang dari para pengasuh yang kalian sewa dengan harga mahal buat jadi pengganti kalian",
"Jovan... Kamu ngomong apa!, gak ada yang boleh pergi... Liat mamih kamu, dia udah nangis... Cukup sekarang kamu berangkat sekolah", papih berbicara tegas tanpa bantahan. Namun Jovan tak gentar, ini sudah ia pikirkan sejak lama... Perlakuan mamihnya benar benar di luar batas kali ini.
"Nggak pih... Itu pendirian Jovan. Jovan mampu biayain hidup kami berdua... Makasih buat semuanya, rumah, mobil, atm, semuanya bakal Jovan balikin. Jovan gak butuh",
Langkahnya ia ayun cepat, mengabaikan teriakan marah dari sang papih dan tangisan pilu dari ibunya.
Air mata yang mengalir ia hapus kasar dengan telapak tangan halusnya.
Tungkainya terus berjalan menuju rumah sebrang tempat Adit berada... Rumah Radeya.
.
.
.
TBC.Drama banget sih ya Allah huweee maaf yaaa 😭😭😭😭
Udah deh aku kabur dulu...
Bubay😭💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Autism Boyfriend √ (Chanbaek)//END
Novela Juvenilwarning!!! ini lapak homo, LGBT, Boy Love kalo gak suka bisa di skip yah... aku juga gak bisa bikin GS... kurang menjiwai ehee... ... cerita ini mengisahkan tentang suka duka seorang Radeya Abyaksa yang memiliki kekasih penyandang Autisme Spectrum D...