Assalamualaikum kalian💕
Happy reading💕
.
.
.
Adit sedang kebingungan mencari semua orang yang ada di rumah Radeya. Pasalnya saat ia bangun pagi tadi di rumah tidak ada satupun manusia yang terlihat.
Adit bahkan sudah memutari kompleks perumahan mereka, namun nihil, tak satupun orang rumah yang ia temukan.
Tentu saja ia panik serta menangis... Jangan lupakan jiwa kekanakan yang masih melekat pada penderita autis. Serta panik berlebihan ketika merasa tak nyaman atau terancam.
"Yaya mana... Bunda ayah mana?, Jovan ka Ve mana... Didit tinggal kenapa... Huks", ucapnya sembari menghapus lelehan air mata yang sedari tadi mengalir di pipi putihnya.
Ia duduk melantai di pojok rumah dekat pintu masuk. Sembari melipat lututnya, menjadikan tumpuan kepalanya guna meredam suara tangisannya agar tak terdengar keluar.
Sementara di sebuah ruang kecil tempat Radeya bersembunyi bersama sahabat dan keluarganya, Radeya terlihat sangat gusar melihat Adit menangis. Mereka memantau Adit lewat camera cctv yang sengaja di pasang oleh Jovan semalam.
"De... Lo kenapa sih, santai aja, 5 menit lagi juga", tegur Febian mendapati wajah Radeya yang terlihat seperti hendak menangis.
"Hueeee... Gue gak tega hiks... Adit gueee", semua temannya memutar bola mata malas.
Yang benar saja, dia yang membuat rencana tapi dia juga yang menyesal... Entahlah, mereka benar benar tak bisa menerawang cara berfikir seorang Radeya.
Duk...
"Gausa rewel... Lo yang ngajakin kita, lo telfon gue bolak balik pagi buta supaya gue dateng dan bantuin lo ngehias kue ini, gue sampe gak sempet mandi, sekarang lo ujuk ujuk mau gagalin rencana... Gue sate juga lu ah!", ucap Eza yang kesal setelah memukul kepala Radeya main main.
"Eza mah jahat... Gue kan kasian liat Didit gue nangis hiks... Pacar ganteng gueeee hiks...", Eza lagi lagi memandang dengan ekspresi geli pada Radeya.
Kedua orang tua Radeya bahkan terbahak melihat kelakuan para anak muda di depannya.
"Sudah sudah... Ini lagi 3 menit kok, ayo siap siap... Hapus itu air mata kamu, udah gede juga!", kata bunda Radeya menengahi perang mulut kedua anak manisnya.
Radeya menghapus air matanya dengan wajah cemberut, dan itu membuat Ve gemas bukan main...
"Astagaaa... Adik kaka gini banget sih... Lo umur berapa sih De", ucap Ve mencubit bebas kedua pipi Radeya.
"Sakit kak!!!, iiih~", keluh Radeya mengundang tawa sekali lagi bagi kedua orang tuanya.
"Sudah bang... Tinggal 7 detik lagi... Ayo keluar", kata Jovan memperingati Radeya...
Buru buru mereka keluar dari tempat persembunyian mereka. Gudang belakang rumah Radeya.
Mereka melangkah perlahan mendekat pada Adit yang sepertinya masih tak sadar jika mereka mendekat.
"SELAMAT ULANG TAHUN MAHENDRA ADITYA...", teriak mereka serempak membuat wajah Adit yang sedari tadi merunduk otomatis mendongak.
"YAYAAAA... YAYA DIDIT TINGGAL HUKS...", ucapnya seraya bangun lalu menerjang tubuh mungil kekasihnya. Untung saja Jovan yang memegang kue tartnya...
"Gak ditinggal kok Didit... Hiks... Yaya di belakang... Jangan nangis huweee...",
"Jingin ningisss... Tapi lo sendiri kejer nangisnya!", timpal Eza membuat untuk kesekian kalinya semua orang tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autism Boyfriend √ (Chanbaek)//END
Novela Juvenilwarning!!! ini lapak homo, LGBT, Boy Love kalo gak suka bisa di skip yah... aku juga gak bisa bikin GS... kurang menjiwai ehee... ... cerita ini mengisahkan tentang suka duka seorang Radeya Abyaksa yang memiliki kekasih penyandang Autisme Spectrum D...