11. Malam yang Buruk

5.6K 398 7
                                    

Setelah 30 menit berlalu akhirnya hujan pun berhenti ya walaupun masih sedikit gerimis. Aku pun segera melangkahkan kakiku ke jalanan yang digenangi sisa-sisa air hujan. Berjalan menuju rumah Taehyung hyung yang letaknya cukup jauh dari sini.

Jalanan mulai sepi, mungkin karena udara dingin yang disebabkan oleh hujan tadi membuat orang-orang lebih memilih untuk tetap berada di dalam rumah.

Aku terus berjalan menelusuri trotoar pejalan kaki hingga perasaan sedihku mulai menghilang dan berganti dengan perasaan was-was.

Aku merasa seperti ada yang mengawasiku.

Aku mempercepat langkahku seraya terus menolehkan kepalaku ke arah belakang.

Boom !

Aku sedikit terlonjak ke belakang saat menemukan seorang laki-laki bertubuh besar dengan puluhan tattoo permanent yang melekat di tubuhnya berdiri di depanku.

"Halo" ucapnya dengan seringaian yang menakutkan. Suaranya terdengar berat dan tatapannya yang menyeramkan mengisyaratkan sesuatu hal yang tidak baik bagiku.

Dia benar-benar membuatku takut.

Aku mundur beberapa langkah untuk menghindari tubuhnya yang semakin mendekat kearahku.

"Apa yang kau inginkan ?!" pekik ku saat punggungku sudah menyentuh sebuah tembok bangunan yang membuatku tidak dapat bergerak mundur lagi.

Ia kembali menyeringai licik padaku. Tiba-tiba saja tangannya mengeluarkan sebuah pisau kecil yang sangat tajam.

"Sshh" ia menaruh pisau tersebut tepat di depan mulutku membuat tubuhku menegang dan mengeluarkan keringat dingin.

Takut, panik, sedih, semuanya kurasakan saat ini. Air mataku mulai membendung di pelupuk mataku.
Ia memperhatikan setiap inci wajahku dan juga tubuhku dengan senyuman mengerikan miliknya.

"Yang aku inginkan adalah..." ia menjauhkan pisau kecil itu dari wajahku dan mendekatkan wajahnya ke samping telingaku.

"Kau" ia tertawa licik tepat di sampingku.

Aku pun segera mencoba untuk melarikan diri karena kupikir ia sedang lengah dan rasanya tidak mungkin untuk melawannya karena tubuhnya sangat besar dan ia juga bersenjata, tetapi sebuah tangan besar mencegat pergelangan tanganku dan membanting tubuhku ke tembok dengan keras hingga berhadapan kembali dengannya.

"Tidak secepat itu manis" tangannya mengelus pelan wajahku membuatku bergidik ngeri dan memilih untuk menutup mataku rapat-rapat.

"Hmm, cantik" jantungku berdegup lebih kencang, rasa takutku sudah memuncak dan tubuhku semakin menegang karena merinding. Tetes demi tetes air mata mulai keluar dari kedua mataku.

"Jangan menangis cantik" ia mengusap pelan air mataku dengan tangan kasarnya yang membuatku semakin kencang menangis.

"S-siapapun tolong aku !!" teriakku dengan suara yang terdengar parau, berharap seseorang dapat mendengarnya dan membantuku.

"Diam !" bentaknya.

"Kumohon tolong aku ! Seseorang tolong aku !" aku berteriak lebih kencang lagi yang membuat laki-laki di depanku semakin marah.

Dengan kasar ia menarik tanganku membuatku sedikit meringis kesakitan.

"Aku bilang DIAM!" teriaknya yang tak kalah kencang dariku dan dengan cepat menggoreskan pisau kecil itu di lengan kananku membuatku meringis kesakitan karena perih yang kurasakan.

Darah mulai bercucuran hingga menetes di jalanan. Tangisku semakin menjadi-jadi karena rasa sakit yang luar biasa perihnya.

Aku segera membungkam mulutku mencoba untuk menahan isakan tangisku yang semakin kencang.

Me AmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang