Bagian 23 : friendship🍁

98 13 2
                                    


Jangan pernah mengambil keputusan ketika sedang emosi

Happy reading

Koridor, kantin, lapangan Dover school ramai oleh para murid. Seharusnya sekarang mereka masih di dalam kelas karena jam pelajaran masih berlangsung. Namun beberapa menit yang lalu, para guru yang sedang mengajar memberitahu kalau akan ada rapat. Dan hari ini dibebaskan tapi tidak untuk keluar sekolah. Jangan lupakan Dover memiliki satpam gendut berkumis tebal yang terkenal menakutkan. Tidak ada yang berani berurusan dengan satpam itu. Hanya Qilla.

Ngomong-ngomong tentang Qilla, ia memaksa untuk bersekolah tadi. Padahal mamihnya dan Jio sudah melarang dan menyuruhnya agar tetap dirumah sampai kakinya sembuh.

Hey, dirumah seharian mana tahan Qilla. Bagai di pingit saja. Walau masih dengan perban dikakinya ia memutuskan untuk tetap bersekolah dengan syarat pengawasan ketat dari Jio. Siapa lagi jika bukan mamih Jihan yang memberikan syarat merepotkan itu.

Lihat saja sekarang. Jio terus membuntutinya kemanapun. Tidak membiarkan dia sendiri bahkan bersama kedua sahabatnya.

Qilla, Aileen, Sifa, Kejio dan Adam sedang makan satu meja di kantin. Meja itu sangat berisik, karena Qilla dan Adam terus meledek satu sama lain.

Aileen sudah mendengus kesal. Sifa hanya bisa tersenyum maklum. Dan Jio cuek saja memakan makanannya seolah tak peduli, dan tidak mendengar apapun.

"Coba lo tebak La ayam atau telur duluan yang lahir pertama kali ke dunia?" tanya Adam memainkan kedua alisnya dengan senyum menjengkelkan.

Qilla tersenyum dengan bibir terangkat sebelah. Ia menjentikkan jarinya. Pertanyaan ini sangat mudah.

"Ayam lah"

"Mana ada, telur dulu. Kalau ngga ada telur, ngga akan ada ayam" sanggah Adam.

"Ngga akan ada telur kalau ngga ada ayam" balas Qilla tak mau kalah.

"Yang bener itu telur dulu!" Kekeh Adam melayangkan tatapan kesal kepada Qilla.

"Ayam dulu!"

"Telur!"

"Ayam!"

"Telur yang bener!"

"Ayam, ayam, ayam pokoknya" jerit Qilla kesal, membuat seisi kantin menatap ke arah meja mereka. Tapi ia tidak peduli, matanya menatap Adam dengan penuh kekesalan. Begitupun sebaliknya.

Sedangkan ketiga orang yang lainnya sudah berusaha menahan malu. Ingin menghilang saat itu juga.

Aileen menaruh sendoknya di atas meja sedikit kencang. "Kalian berdua bisa diem gak?!"

"NGGA!!" kompak Adam dan Qilla berbarengan. Keduanya mendesis kesal setelah sadar.

Qilla melirik ke arah lain dimana Mira tengah makan sendirian. Merasa bersalah soal masalah kemarin. Ia pun memanggil Mira untuk duduk bersama. Membuat cewe itu sempat mengernyit.

"Duduk Mir" ucap Qilla membuat Mira duduk di samping Jio tepat di depannya dengan ragu.

"Sendirian aja, padahal kesini aja makan bareng"

FRIENDSHIP [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang