bagian 32 : friendship 🍁

85 9 0
                                    

Now playing | Love sweet ~ Solji

Happy reading

Qilla membenarkan ikat rambutnya yang sedikit mengendur, wajah dan lehernya berkeringat akibat terkena sinar matahari. Matanya menyipit memperhatikan pak Isnan yang tengah menjelaskan tentang beberapa teknik permainan bola basket di depan sana.

"huh.. panas" keluhnya dengan tangan mengibas-ngibas kepanasan.

"Matahari pagi sehat kok" ujar Sifa tersenyum simpul melihatnya.

"iya sehat, tapi tetap aja panas"

"Kamu jarang olahraga sih" kekeh Sifa lalu menepuk bahu temannya itu mengajaknya berjalan " ayo udah mau praktek nih"

"males ah, ngga bisa tau" ucap Qilla cemberut, matanya menatap teman-teman nya yang mulai maju satu persatu ketika dipanggil pak Isnan untuk melakukan teknik permainan bola basket.

"jangan bilang ngga bisa, nanti beneran ngga bisa"

"bener gak bisa, nge- dribble bola nya aja ngga bisa"

"gapapa namanya juga belajar" kata Sifa masih menenangkan Qilla yang terus mengeluh sejak tadi.

Menghela nafas kasar saat namanya sudah dipanggil, Qilla berjalan gontai lalu menangkap bola dengan ogah-ogahan yang dilemparkan oleh temannya.

"Qilla gabisa tau pak" seru nya sedikit berteriak, merasa kesal. Olahraga adalah kelemahan nya.

"Udah sebisanya aja"

Mendengar jawaban dari gurunya Qilla mencibir, tambah kesal. Jawabnya sih sebisanya, tapi dapat nilai ngga memuaskan. Padahal kan memang cuma segitu kemampuannya.

"AWAS AJA KALO GUE JATOH KALIAN PADA KETAWA. GUE TIMPUK PAKE BOLA. SERIUS!"

Setelah berteriak Qilla mulai men - dribble bolanya, beberapa kali bola itu tidak terkontrol olehnya. Menggelinding kesana kemari. Tak henti-hentinya Qilla mengumpat sepanjang ia melakukan praktek ini.

Berbeda dengan temannya yang sudah bersorak menertawakan di depan sana.

"AYO QILLA ITU BISA" teriak Aileen saat melihat bola yang di dribble oleh Qilla mulai bisa terkontrol di tangannya.

Baru sebentar Qilla tersenyum singkat dan sedikit merasa senang. Rupanya dunia tidak mengijinkan senyuman itu terpampang sedikit lama.

BRAKKKK

"awwss..."

Sial. Malu, sangat malu.

Terjatuh di depan seluruh anak kelas dengan posisi terlungkup. Begitu memalukan.

Entah semerah apa muka Qilla sekarang menahan malu dan kesal, karena sorakan dari teman-teman bertambah kencang.

Memang laknat, bukan ditolong malah ditertawakan.

"Kejio... tuntun Qilla duduk kakinya sakit abis jatuh" suruh Pak Isnan pada Kejio yang sejak tadi diam saja.

FRIENDSHIP [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang