Ch. 1- Awal

233 35 9
                                    

Assalamualaikum Wr. Wb.
Selamat datang di cerita pertama gue readers yang budiman. Kalau kalian suka ya monggo di vote dan jangan lupa komen, saran atau masukannya. Maklum lah, gue anak baru di dunia orange ini. Wkwk..
Ya udah gausah banyak omong. Cuss langsung baca aja..

Awas ada typo!!.

🐰🐰🐰

Kanaya pov.

Kanaya Aurellie Gustofa, aku anak tunggal dari Ahmed Riodani Gustofa dan Rita Amelia Gustofa.
Gak usah ditanya soal kekayaan keluargaku, sudah pasti aku ini anak sultan. Apapun yang aku inginkan, dalam sekejap langsung bisa aku dapatkan. Apalagi kalau bukan mengandalkan harta orang tuaku.

Aku juga dijuluki Queen of Bullying di sekolahku. Karena hobiku yang suka membully orang-orang yang sudah aku tandain sebagai target bullyanku.

Tapi, perlu kalian ketahui. Harta gak akan selalu bisa buat kalian bahagia. Banyak orang bilang, aku ini sempurna. Dikaruniai kecantikan laksana dewi kahyangan, kulit putih bersih, tubuh tinggi semampai, senyum manis, dan harta berlimpah.
Tapi, satu yang gak aku punya, yaitu cinta dalam keluargaku. Orang tuaku terlalu cuek satu sama lain. Yang mereka kejar cuma uang, uang dan uang.

Aku punya seorang pacar. Namanya Anggara Fajar Bintang. Dia merupakan salah satu most wanted di SMA Angkasa. Dia juga satu lettingan denganku. Hubunganku sama Gara sudah berjalan 3 bulan. Dan aku sayang sama dia.

Aku juga punya dua sahabat, Karin dan Sintia namanya. Kita pertama kali ketemu pas masuk SMA. Mungkin karena sifat kita yang hampir sama, jadi kita cepat akrab satu sama lain.
Seperti pagi ini, aku dan dua sahabatku berencana untuk bolos kelas buat makan di kantin.

"Nay, lo dah siap?" tanya Karin yang duduk di sampingku.

Aju menganggukan kepala tanda siap. Karin menoleh kebelakang, memberikan kode pada Sintia.

Dengan cepat Sintia mengangkat tangannya dan memanggil Pak Bomis. Guru laki-laki dengan kepala botak ditambah kumis tebal mirip polisi di kartun shiva itu merupakan guru sejarah yang cukup menyeramkan. Sebenarnya nama aslinya bukan Bomis, tapi Pak Toha. Namun, karena ciri-cirinya itu anak kelasku manggilnya Bomis. (Bomis = botak berkumis).

Pak Bomis yang sedang menjelaskan pun berhenti, "Ada apa Sintia?" tanyanya dengan wajah garang seperti biasa.

"Pak, Kanaya sakit perut," jelas Sintia yang langsung kurespon dengan berakting memegangi perutku sambil merintih kesakitan.

"Iya, Pak, kasian Kanaya. Dia punya riwayat penyakit magh akut. Ini mesti dibawa ke kantin, Pak,"
sahut Karin dengan melebih lebih kan keadaanku.

"Iya, Pak. Ini udah keadaan dangerous, Pak. Bahaya ini bahaya,"
tambah Sintia lagi dengan raut wajah panik yang dibuat-buat.

"Kalau sakit ya dibawa ke UKS atuh.  Ngapain dibawa ke kantin? Sudah, kalian cepat bawa dia ke UKS,"
jawab Pak Bomis mengibas-ngibaskan tanganya seperti mengusir lalat.

Dengan gerakan cepat, Sintia dan Karin memapahku yang terus merintih kesakitan.

"Misi, Pak,"
ucap Karin dan Sintia saat melewati Pak Bomis yang hanya dibalas anggukan kepala.

"Udah-udah kalian mapah gue. Udah aman nih,"
Ucapku setelah dengan selamat keluar dari kelas.

"Yaudah yok lah langsung kantin kuy. Perut gue udah demo minta diisi."
Ajak karin yang paling doyan makan di antara kita bertiga.

"Yok lah,"
ucapku dan Sintia berbarengan.

Kami bertiga berjalan menyusuri lorong kelas yang sepi. Sesekali kami akan menunduk saat guru di dalam kelas menatap ke arah kami.
Perjalanan yang sangat lengang menuju kantin itu harus tertunda saat  seseorang menabrakku cukup keras dari belakang.

KANAYA (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang