Author Pov.
Sial.
Gadis itu terus mengumpat lantaran bangun terlambat. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi dia bahkan belum mandi sama sekali. Ketakutan dan kecemasan karena mendapat teror kemarin, membuatnya tidak bisa tidur semalam. Alhasil dia baru bisa tertidur pukul lima dini hari, yang berarti dia baru tidur selama dua jam. Dengan gerakan secepat kilat dia menyelesaikan ritual mandinya dan langsung memakai seragam. Menyisir asal rambut indahnya dan langsung menggendong tasnya di punggung."Pa, Naya berangkat." Pamitnya pada sang papa yang tengah sarapan.
Kanaya langsung melenggang keluar dari rumah besar nya menghampiri Dimas yang telah menunggunya sejak setengah jam yang lalu."Gak sarapan dulu?" sahut papanya yang tentu tidak di dengar oleh Kanaya.
Kanaya segera naik ke atas motor Dimas setelah mengenakan helmnya. Merasa Naya sudah aman, Dimas segera menstarter motornya dan menarik pelan gasnya. Dia melaju meninggalkan halaman rumah Kanaya.
Dengan menambah kecepatakan laju motornya, Dimas dan Kanaya akhirnya sampai dengan selamat di sekolah. Dimas memarkirkan motornya di parkiran khusus motor.
Kanaya turun dari motor Dimas dan melepas helmnya. Melihat pacarnya yang begitu acak-acakan dengan lingkaran mata yang tercetak jelas dimatanya, Dimas merapihkan rambut kekasihnya itu dengan tangannya. Kanaya menahan nafas saat wajah Dimas begitu dekat. Dimas memang selalu bisa membuat jantung Kanaya lari maraton.
"Lo kenapa bisa telat bangun sih, Princes?"
"Gue gak bisa tidur," adu Kanaya pada Dimas.
"Kenapa?"
"Gue...gue cuma mimpi buruk kok, Dim."
Kanaya ragu untuk memberitahukan terror yang telah dialaminya kemarin hingga membuatnya tidak bisa tidur. Dia tidak ingin Dimas merasa khawatir dengannya. Papanya juga akan mengusut kasusnya. Jadi menurutnya, hal ini tidak perlu diberitahukan pada Dimas.
"Beneran?"
Kanaya mengangguk dengan senyum terulas diwajah cantiknya. Dimas mengambil kotak bekal didalam tasnya dan memberikannya pada Naya.
"Dimakan ya, nanti istirahat gue ke kelas lo."
Kanaya dengan senang hati menerima bekal dari Dimas. Bekal buatan calon mertuanya itu memang selalu mampu menggoyang lidahnya. Sangat nikmat.
Dimas beranjak dari motornya, dan menggenggam tangan Naya. Mereka berjalan bersama menuju kelas Naya. Saat melewati lorong menuju kelasnya, Kanaya kembali merasakan ada yang mengawasinya. Dia menoleh kebelakang, namun hanya ada beberapa siswa yang tengah berkumpul dan bercanda.
"Nay, lo kenapa?"
Dimas merasa ada yang tidak beres dengan kekasihnya. Wajahnya terlihat tegang dan cemas. Dimas ikut menoleh kebelakang, dan tidak mendapati apapun yang aneh.
"Gak papa kok, Dim. Ayok jalan lagi,"
Kanaya segera menyeret Dimas dan mempercepat langkahnya membuat Dimas kebingungan. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata tajam yang menatap mereka penuh kebencian dari balik dinding. Siapa? entahlah, hanya tuhan dan author yang tahu.
"Ada apa sih, Nay?. Lo yakin gak papa?" tanya Dimas setelah sampai di depan kelas Kanaya.
Kanaya tersenyum. " Gak papa, gue masuk kelas dulu ya."
Kanaya melambaikan tangannya dan langsung berbalik masuk ke kelasnya. Dimas membalas lambaian tangan Naya, yang tak mungkin dilihat oleh Kanaya.
Merasa ada yang tidak beres, Dimas segera menghubungi asistennya untuk mencari tau apa yang terjadi pada kekasinya itu. Kanaya masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di bangkunya dengan wajah yang cemas.
Dia selalu merasa bahwa ada seseorang yang terus menatap tajam ke arahnya dan terus mengawasinya. Membuatnya tidak nyaman berada di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA (Belum Revisi)
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka. Orang pertama yang bantu gue saat gue hancur adalah target bully an gue". - Kanaya Aurellie Gustofa. "Karena gak setiap perbuatan jahat harus dibalas dengan jahat pula. Justru dibalas dengan kebaikan adalah pukulan mental te...