*_*
Perbuatan jahat akan mendapatkan balasan yang setimpal, baik di dunia maupun di akhirat.
*_*
***
Jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam. Kanaya telah bersiap untuk datang ke alamat yang diberikan Sintia. Kembali dia melihat kertas yang sudah begitu lecek itu. Beruntung, papanya malam ini lembur jadi dia tidak perlu mencari alasan untuk keluar. Merasa telah siap, Kanaya segera menuruni tangga dan menuju parkiran mobilnya. Dengan perasaan yang campur aduk, Kanaya mempercepat laju mobilnya. Tidak butuh waktu lama, dia pun sampai di sebuah rumah tua yang terlihat cukup seram.
Kanaya ragu untuk masuk ke dalam. Dia kembali memastikan alamat di kertas itu. Mencocokkannya dengan alamat yang tertera disana. Merasa alamatnya tidak salah, Kanaya memantapkan hati dan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah itu.
Gelap dan pengap. Itu yang Kanaya tangkap saat masuk ke dalam. Untung dia cukup pintar dengan menyiapkan senter kecil di saku jaketnya. Dia lantas menyalakan senter tersebut dan mencari saklar lampu untuk menyalakan nya. Tak berapa lama, Kanaya berhasil menemukan saklar tersebut dan langsung menyalakannya.
"Siapa kalian?" tanyanya terkejut dengan penampakan dua orang didepannya yang membelakanginya.
Kedua orang itu perlahan membalikkan badanya menatap Kanaya. "Hay, Sayang." Ujar mereka bersamaan.
"Mama, Gara?! Bagaimana mungkin itu kalian!?" Pekik Kanaya begitu terkejut menyaksikan siapa yang ada dihadapannya saat ini. Mereka yang tidak henti-hentinya menyakitinya.
"Iya sayang, ini mama. Mama yang sangat menyayangimu." Rita berjalan menghampiri Kanaya dengan senyum smirknya.
"Mama ..." Kanaya menatap Rita tak percaya. Tubuhnya bergetar kala Rita semakin mendekat kearahnya. Sorot matanya yang tajam seakan mengintimidasi Kanaya. Tidak ada lagi sorot mata keibuan dalam mata Rita. Dirinya telah di selimuti dengan dendam dan keegoisan.
"Mama ... Kanaya anak mama, kenapa mama tega kayak gini sama Kanaya?!"
"Karena saya benci sama kamu, sama papa kamu!. Saya benci kalian!, gara-gara kamu, saya tidak bisa bersama dengan Aditya!." Rita terus mendekat ke arah Kanaya yang perlahan berjalan mundur.
"Haha... Sekarang jika saya melenyapkan kamu, tidak akan ada lagi yang menghalangi saya untuk mendapatkan Aditya kembali."
"Ma !! Kanaya darah daging mama, ingat itu!!" Kanaya terus berusaha menyadarkan Rita, ia berharap mamanya bisa kembali sadar dari pengaruh setan dalam dirinya.
Sementara tubuhnya terus mundur menjauh dari Rita yang terus melangkah mendekatinya, hingga tanpa sadar dia menabrak sesuatu. Kanaya menengadah untuk melihat siapa yang dia tabrak.
"Hay, Sayang," ucap Gara dengan senyum khasnya.
"Gara ...?" lirihnya semakin merasa takut, dia berusaha untuk menjauh dari Gara, namun dengan cepat Gara mencekal pergelangan tangan Kanaya dan menguncinya dengan tangannya.
"Gara lepas !!" Kanaya memeberontak untuk melepaskan tangannya dari Gara. Namun sudah pasti tenaganya tidak sebanding dengan Gara.
"Percuma lo berontak, Nay." Gara menyeret Kanaya kedalam sebuah ruangan, ia lantas mendudukkan Kanaya di sebuah kursi dan mengikatnya.
"Lepasin gue bajingan!! Apa yang lo mau, hah?!!" teriak Kanaya marah, badannya bergetar hebat, dengan nafas yang memburu.
Gara menaruh telunjuknya dibibir Kanaya, mengisyaratkan gadis itu untuk diam. Tanganya kemudian menulusuri setiap inci wajah Kanaya. Kanaya yang muak lantas membuang wajahnya kesamping, Gara tersenyum mengejek melihat Kanaya. Ternyata gadisnya sudah tidak merindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA (Belum Revisi)
أدب المراهقين"Gue gak pernah nyangka. Orang pertama yang bantu gue saat gue hancur adalah target bully an gue". - Kanaya Aurellie Gustofa. "Karena gak setiap perbuatan jahat harus dibalas dengan jahat pula. Justru dibalas dengan kebaikan adalah pukulan mental te...