-*-
Terkadang yang sulit dilupakan adalah cinta pertama.
-*-Happy reading😘
***
Sehari setelah kejadian penculikan yang dilakukan Gara terhadap gue, berita tentang Gara yang masuk penjara pun menjadi topik terpanas di SMA Angkasa. Berita itu tak luput juga dari Karin dan Sintia. Gue juga cerita ke mereka tentang apa yang gue alamin kemarin lusa. Dan mereka bener-bener shock dan kaget. Tadinya mereka fikir kalau berita itu cuma hoax yang disebarin sama haters nya Gara, tapi setelah mendengar cerita gue mereka baru percaya.
"Tapi lo gak diapa-apa in kan, Nay, sama si Gara ?"
Karin lah yang paling bawel disini. Dia tak henti-henti nya mengecek seluruh tubuh gue.
"Lebay deh lo, Rin. Buktinya sekarang Kanaya ada disini sama kita, artinya dia gak kenapa-kenapa lah." Ujar Sintia memutar bola matanya malas melihat kelakuan Karin.
"Tapi tunggu deh ,Nay. Lo bilang kan Dimas yang nolongin lo dari Gara, tapi anehnya kok tu anak bisa tau lo di culik Gara ?" tanya Sintia sambil menyesap minumannya.
Gue sama dua sahabat gue emang lagi ada di kantin. Pas jam istirahat loh ya, bukan bolos lagi. Gue kan udah janji sama Papa buat berubah, ya misalnya dari hal kecil seperti gak bolos pelajaran lagi. Meskipun rutinitas gue yaitu tidur di kelas waktu guru memberi materi masih tetep menjadi hal favorit buat gue. Gue itu suka bosen kalau guru lagi ngajar, monoton banget soalnya. Jiwa-jiwa kaum stupid gue mana bisa menahan cobaan seperti itu.
"Itu juga yang jadi pertanyaan gue. Tapi, pas gue tanya sama dia, eh gak di jawab. Dia cuma diem aja."
Sampai sekarang juga gue masih penasaran gimana Dimas bisa sampai ke tempat gue di culik Gara dan darimana dia tau kalau Gara itu udah banyak bunuh orang. Saat gue sedang asyik dengan pikiran gue, bel sekolah tanda siswa untuk berkumpul berbunyi. Membuat gue menatap Sintia dan Karin mengisyaratkan pertanyaan 'Ada apa?'.
Sintia dan Karin mengedikan bahunya."Untuk seluruh siswa kelas XII, silahkan berkumpul di aula sekolah. Ada pengumuman penting !"
Suara pak Toha, Wakil Kepala Sekolah SMA Angkasa menggelegar ke seluruh area sekolah. Gue pun mengajak Karin dan Sintia untuk beranjak dari kantin menuju gedung aula sekolah.
Setibanya di aula, sudah banyak para siswa yang berkerumun. Gue pun mengambil duduk di berisan paling belakang di ikuti Karin dan Sintia disamping gue. Suara riuh saling bersahutan menggema di dalam gedung yang cukup luas yang dilengkapi peredam suara.
"Selamat Pagi, anak-anak," sapa seorang laki-laki berusia setengah abad yang tak lain adalah Kepala Sekolah gue.
"Siang, Pak." Sahut para siswa yang membuat pak Jaya sedikit kikuk.
"oh- sudah siang ya. Walaupun waktu sudah siang tapi kaitannya dengan semangat kita harus selalu seperti pagi hari. Benar tidak ?"
"Benar, Pak." Jawab para siswa dengan malas.
Gue males banget dengerin pak Jaya, Beliau itu tipikal orang yang kalau ngomong berbelit-belit, gak mau langsung to the poin. Apalagi setiap ngomong gak pernah lepas dari kata 'kaitannya'. Bahkan, gue sama Karin pernah tuh waktu upacara, pak Jaya yang memberi amanat. Gue sama Karin ngitungin kata kaitannya yang diucapkan sama pak Jaya sepanjang memberi amanat. Gak tanggung-tanggung, 15 menit memberi amanat kata kaitannya udah ada 100 kali. Dulu SD nya mungkin gak pernah belajar kosa kata lain selain kaitannya.
"Baik, Anak-anak. Langsung saja saya akan memberikan pengumuman yang kaitanya dengan acara sekolah kita. Karena kalian sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional, kaitannya dengan ini sekolah akan mengadakan Camping selama dua hari, yang kaitannya sebagai acara terakhir kalian sebelum Ujian."
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA (Belum Revisi)
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka. Orang pertama yang bantu gue saat gue hancur adalah target bully an gue". - Kanaya Aurellie Gustofa. "Karena gak setiap perbuatan jahat harus dibalas dengan jahat pula. Justru dibalas dengan kebaikan adalah pukulan mental te...