Perumpamaan untuk orang yang sedang jatuh cinta memang benar. Dunia serasa milik berdua, yang lainnya cuma ngekost. Setiap hari rasanya ingin selalu nempel terus seperti cicak di dinding. Dari pagi sampai sore ketemunya cuma dia terus. Tidak ada perasaan bosan sama sekali. Semua hal garing yang dilakukannya serasa begitu lucu.
"Mojok ae mojok teruss pasangan baru mah." Celetuk Karin yang baru datang dari kantin.
Dimas menghentikan suapanya pada gue,membuat mulut gue terbuka. Gue pun menoleh ke sumber suara, dimana Karin dan Sintia tengah berjalan menuju meja gue.
"Sirik ae lo, Nyet." Hardik gue kesal.
Ganggu aja dua curut ini. Gue mengabaikan mereka dan langsung menyambar makanan di sendok yang masih melayang di udara."Pacarannya nanti aja sih, Nay. Gerah gue liat kalian berdua," ucap Karin setelah mendudukan bokongnya di meja depan gue dengan Sintia disampingnya.
"Makanya lo tu buruan cari pacar, biar gak jomblo terus. Tuh kayak Sintia, udah dapet gebetan baru dia."
Karin menoleh ke Sintia yang menaik turunkan alisnya sambil nyengir ke arah Karin."Serius lo udah ada gebetan, Sin?, udah move on lo dari Reno?"
Karin dengan muka cengo menatap Sintia yang mengangguk dengan semangat empat lima.
"Siapa? kok lo gak cerita sama gue? jahat lo mah,"
"Kalau gue cerita ke lo, bisa-bisa satu sekolahan tau bego'"
"Yaelah, emang gue seember itu apa."
"Emang!!" Sergah gue dan Sintia berbarengan.Karin mngerucutkan bibir tipisnya kesal. Tak berapa lama, matanya kembali berbinar melihat kotak bekal gue.
"PJ dong Nay, PJ."
Karin menggoyangkan tangan gue. Gue yang gak ngerti cuma mengerutkan dahi, maksud dia apaan sih. Gak ngerti gue.
"PJ apaan sih."
"PJ, Nay. Pajak jadian, lo kan baru jadian sama Dimas. Harusnya lo traktir kita makan, sebagai syarat biar hubungan lo langgeng."
"Oohhh...gitu,"
Mata Karin menatap gue berbinar, bibir dia langsung membentuk lengkung senyum yang sangat cerah.
"Nih PJ!"
Gue melemparkan kotak bekal yang sudah kosong ke arah Karin, membuat dia berteriak kesal ke gue.
"Naya!!"
"Nghahahah"
Gue dan Sintia tertawa terbahak-bahak melihat raut muka Karin yang begitu kesal. Sedangkan Dimas hanya tersenyum tipis menanggapi kelakuan absurd kita.
Karin gak tinggal diam, dia beranjak dari mejanya ke meja gue dan langsung menggelitik gue membuat gue tertawa geli."Rasain lo, ketawa terus ayo ketawa. Hahahahh"
Karin terus menggelitik gue, Sintia pun gak lepas dari cengkraman dia. Karin terus bergantian menggelitik gue dan Sintia membuat gue merasa ingin pipis karena terus tertawa.
Karin sialan.Sampai jam istirahat berakhir, barulah Karin menghentikan aksinya. Gue dan Sintia lemas gak berdaya dengan mata yang sudah berair karena tertawa berlebihan. Untung gak jadi pipis.
"Sayang, aku balik ke kelas dulu ya."
Dimas berpamitan ke gue yang masih lemas sambil mengacak rambut gue gemas. Gue yang masih gak berdaya gara-gara Karin pun hanya mengangguk dan tersenyum membalas Dimas.
***
"Nay, hari ini lo pulang sendiri ya. Gue disuruh jemput bunda di supermarket." Ucap Dimas yang menghampiri gue di kelas setelah bel pulang berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA (Belum Revisi)
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka. Orang pertama yang bantu gue saat gue hancur adalah target bully an gue". - Kanaya Aurellie Gustofa. "Karena gak setiap perbuatan jahat harus dibalas dengan jahat pula. Justru dibalas dengan kebaikan adalah pukulan mental te...