-*-
Apa itu Sahabat ?Sahabat adalah makhluk tuhan yang ada gak cuma saat kamu seneng, tapi saat kamu berada di titik paling rendah dalam hidupmu sekalipun.
-*-Menurut kalian apa arti sahabat dalam hidup kalian ?
Happy readings😘
***
Kreeeekkk...
Suara horden yang dibuka dan silau nya mentari pagi yang telah beranjak, mengganggu tidur nyenyak gue. Namun, hal itu tidak membuat gue membuka mata. Gue malah makin asyik bergelut dalam selimut tebal nan hangat ini. Dengan mengubah posisi gue membelakangi arah jendela, gue kembali bergelut melanjutkan mimpi yang tertunda. Sampai guncangan dan teriakan seseorang berhasil membuat gue membuka kelopak mata gue.
"Kanaya...bangun sayang. Sudah siang, kamu bisa terlambat ke sekolah." Suara bass seorang laki-laki dewasa, membuat gue terkejut dan segera bangun dengan posisi terduduk.
"Papa..., Papa kok ada dikamar Kanaya ?" tanya gue sedikit keheranan.
Gue merasa belum terbiasa dengan keadaan yang berubah 180 derajat. Papa yang berubah begitu hangat, membuat gue sedikit canggung.
"Tadi Papa tungguin kamu untuk sarapan di bawah, tapi kamunya gak turun-turun. Jadi Papa naik ke atas untuk mengecek kamu. Ternyata kamunya belom bangun. Yaudah Papa masuk terus bangunin kamu." Jelas Papa sejelas-jelasnya. Mungkin karena pekerjaan Papa sebagai pembicara dan juga seorang pengacara membuatnya suka sekali bicara.
"Emang sekarang jam berapa, Pa ?" tanya gue lagi sambil menguap lebar, kebiasaan setiap bangun tidur.
Gue masih bener-bener ngantuk banget. Apalagi semalam gue begadang abis-abisan gara-gara harus dengerin curhatan Sintia tentang Reno yang tiba-tiba berubah sama dia. Gila kali dia, baru juga berubah belum diselingkuhin, udah mewek-mewek gak jelas. Lah gue, udah diselingkuhin sama Mama sendiri lagi. Biasa aja tuh !!.
"Jam 1, Sayang," Ucap Papa yang langsung membuat gue membelalakan mata.
"Iya...jam kan cuma ada 1." Lanjut Papa dengan polosnya.
Astaga Papa.. Gue kirain beneran udah jam 1. Tapi emang bener sih kata Papa jam itu kan cuma satu, yang banyak itu angka nya.
"Maksud Naya, pukul berapa, gitu loh Pa."
Gue mengerucutkan bibir tanda kesal. Lagian Papa pagi-pagi udah bikin jantungan. Mana hari ini pelajaran pak Bubo, kalau sampai telat bisa-bisa gue dicincang jadi makanan buwung puyuh peliharaannya.
"Udah jangan cemberut gitu, makin jelek loh. Buruan gih kamu mandi, masih jam 6. Papa tunggu di bawah ya. "
Gue tersenyum saat Papa beranjak meninggalkan kamar gue. Setelah Papa benar-benar menghilang dibalik pintu, gue bangun dari kasur dan langsung menuju kamar mandi.
***
"Hari ini Kanaya berangkat bareng Papa ya ?" ucap gue setelah selesai sarapan pagi pertama bareng Papa.
"Boleh, nanti pulangnya mau Papa jemput juga ?"
"Mau dong."
Gue tersenyum berseri-seri mendapat jawaban dari Papa. Gue bahagia banget, akhirnya gue bisa merasakan sekolah dianter Papa gue.
Selesai sarapan gue langsung berangkat bareng Papa.
"Kamu sekolah yang bener ya. Jangan bikin onar lagi, bosan Papa dipanggil guru BK kamu terus." Ujar Papa mewanti-wanti gue setelah sampai digerbang sekolah.
"Iya...iya, Pa. Naya janji deh bakal berusaha lebih baik." Ucap gue seraya tersenyum untuk meyakinkan Papa.
"Oke. Papa kerja dulu ya. Nanti telpon Papa kalau udah mau pulang."
"Oke."
Setelah Papa pergi, gue masuk ke dalam sekolah gue yang langsung disambut sapaan Pak Sahrun, satpam sekolah gue.
"Pagi, Neng." Sapanya sambil mengedipkan sebelah matanya, membuat gue bergidik ngeri. Jijik.
Pak Sahrun itu tipikal laki-laki genit yang haus belaian perempuan. Padahal usia dia itu udah menginjak kepala 4, tapi matanya masih terus jelalatan kalau ngeliat yang bening dikit. Sampai heran, kok sekolahan elit seperti SMA Angkasa ini bisa menerima orang kayak pak Sahrun.
"Gak usah sapa-sapa gue. Ngertii !!" bentak gue yang membuat pak Sahrun sedikit terkejut.
Gue melanjutkan langkah gue menuju kelas gue. Sesampainya dikelas gue yang udah gaduh gak jelas, gue menuju bangku Sintia. Disana udah ada Karin yang lagi menenangkan Sintia yang terus menangis. Pasti karena Reno.
"Udah lah Sin. Cowok kayak Reno mah gak usah ditangisin. Air mata lo terlalu berharga buat cowok kayak dia."
Gue mengambil duduk disamping kiri Sintia sedangkan Karin disamping kananya. Gue suka kesel sendiri sama Sintia, dia itu tipikal cewek bucinners. Kalau udah sayang sama satu orang, susah buat pindah kelain hati. Dan dia bisa ngelakuin apa aja buat orang yang dia sayang. Sayangnya, dia selalu bertemu dengan cowok-cowok yang gak bisa menghargai dia, yang selalu memanfaatkan kebaikannya.
"Tapi gue udah terlanjur sayang banget sama Reno, Nay. Gue gak mau putus sama dia. Hikss..."
"Semalem lo bilang dia cuma berubah ke lo."
"Itu semalem, sekarang tiba-tiba dia minta udahan sama gue. Dia bilang dia udah bosen sama gue. Hikss..."
Emang yang namanya jantan Itu cuma punya jantung tapi gak punya hati. Seenaknya aja kalau udah bosen langsung putus. Kita sebagai betina yang punya hati nurani kan gak bisa digituin. Emang semua salah jantan lah pokoknya.
"Terus lo mau apa sekarang ?. Kalau mau lo samperin, gue siap ada disisi lo buat menghajar si bajingan itu."
"Gue juga Sin. Gue siap kok kalau lo mau bikin tubuh sama kepala nya misah." Ucap Karin yang gue hadiahi tampolan hangat. "Gak gitu juga, Bambang."
Karin mengaduh kesakitan akibat hadiah dari gue. Dia berniat membalas, namun langsung berhenti saat mendengar kata-kata Sintia.
"Kalian emang sahabat terbaik gue." Ucap Sintia sambil meregangkan tangan meminta pelukan hangat dari kita.
Kita bertiga pun berpelukan layaknya teletubis yang bertahun-tahun gak ketemu.
"Ekhem..."
Deheman seseorang membuat gue, Sintia dan Karin terkejut dan langsung melepas pelukan satu sama lain.
"Eh, Bap-"
"Apa ?!. Kembali ke bangku kalian masing-masing."
Titah pak Bobu yang tidak mampu membuat gue berkutik. Gue dan Karin pun langsung pindah dari bangku Sintia menuju bangku masing-masing.
***
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah hubungi beberapa saat lagi.
Suara seorang perempuan tukang operator menyahut panggilan gue ketika menghubungi Papa. Sudah berkali-kali gue berusaha menghubungi Papa, tapi gak ada satu pun yang berhasil.
Sekolah sudah mulai sepi. Hanya anak-anak yang punya jadwal ekskul yang tersisa. Sebenarnya, Karin dan Sintia udah nawarin tebengan ke gue. Tapi gue kekeh mau nungguin Papa jemput. Soalnya, ini pertama kali Papa bakal jemput gue.
Saat gue tengah menunggu Papa di depan gerbang sekolah. Sebuah mobil hitam melaju dan berhenti tepat didepan gue, yang disusul dengan keluarnya orang-orang berpakaian preman yang langsung narik gue secara paksa.
"Kalian mau apa. Lepasin gue !!. Tolong...!!!" teriak gue lantang yang tidak terdengar oleh siapa pun. Mereka membekap gue dengan sapu tangan yang sudah diberi obat yang membuat gue merasa pusing dan langsung tidak sadarkan diri.
***
Tunggu part selanjutnya.
Kecup manis dari author😘
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA (Belum Revisi)
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka. Orang pertama yang bantu gue saat gue hancur adalah target bully an gue". - Kanaya Aurellie Gustofa. "Karena gak setiap perbuatan jahat harus dibalas dengan jahat pula. Justru dibalas dengan kebaikan adalah pukulan mental te...