Ch. 7 - Maaf🙏

51 21 1
                                    

Diatas cast nya Dimas Anugrah Semesta ya...

Awas ada typo !!.

***
Selesai makan, tiba-tiba ada sebuah ferrari hitam berhenti di depan halte bus tempat gue dan Dimas berteduh. Dan keluarlah dua orang laki-laki berkepala botak dari dalam mobil dan mengangkat gue dari kursi halte bus secara paksa.

"Lepasin gue...kalian mau bawa gue kemana ?? Dimass... tolongin gue !!".

Teriak gue histeris, pasalnya dua orang botak ini mengangkat gue paksa dan memasukkan gue ke dalam mobil. Pikiran-pikiran buruk melintas di benak gue. Jangan-jangan mereka adalah agen perdagangan perempuan, atau organ dalam manusia. Ya Tuhan... Siapapun selamatkan gue.

Gue meronta-ronta di dalam mobil. Berusaha buat keluar. Gue teriak-teriak ke Dimas yang cuma berdiri diam di halte bus. Sampai saat dia akhirnya berjalan ke arah mobil. Gue udah seneng karena dia mau nyelamatin gue. Tapi itu semua sirna saat ternyata dia malah duduk di kursi depan mobil.

What the hell. Apa yang terjadi sebenernya ?

"Dim...lo kok ??. Maksud nya apa ini !?lo mau culik gue ?!"

Gue semakin takut. Apa jangan-jangan Dimas mau balas dendam ke gue karena gue udah bully dia. Terus dia mau perkosa gue sama dua botak ini ?. Oh, no!!. Gue gak mau.

"Dimas lepasin gue !!. Gue mau keluar !!"

"Udah lo diem aja. Jauhin pikiran kotor dari benak lo. Gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok. Diem aja disitu, dan ikut gue."

Mobil pun berjalan. Gue diam dan ketakutan sendiri di dalam mobil. Gue ingin berontak lagi, tapi gue gak berani, karena dua botak disamping gue, menatap gue dengan tatapan mengerikan. Suara air hujan di luar mengiringi perjalanan ini yang gue gak tau mau kemana.

Sekitar 15 menit, mobil berhenti di sebuah mansion besar bahkan lebih besar dari rumah gue. Hujan juga udah reda. Dua orang berkepala botak yang duduk disamping gue pun keluar.

Gue keluar dari dalam mobil dengan megangi kaki gue yang masih sakit dan berdiri di depan Dimas yang udah keluar duluan.

"Lo mau apa bawa gue kesini. Dan ini rumah siapa ?!"

"Lo gak usah banyak tanya. Ikutin perintah gue aja."
Dengan tiba-tiba Dimas menggendong gue ala bridal style. Gue yang kaget pun reflek langsung mengalungkan tangan gue ke leher dia.

Dia masuk ke mansion itu sambil gendong gue. Dia menuju ke sofa yang ada di ruang tamu dan dudukin gue di situ.

"Eh- lo mau kemana ?"

"Tunggu gue disini, jangan kemana - mana."

Gue pun nungguin dia yang gak tau kemana. Beberapa menit kemudian dia datang bawa kotak p3k. Dia jongkok di depan gue dan mulai ngobatin kaki gue.

Duh.. Gue kok deg-degan gini sih.

"Eh- sayang kamu kok basah gini ?. Terus gadis cantik ini siapa ?"

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik ini datang dan menghampiri dimas.

"Dimas tadi kehujanan dikit bun. Ini temen Dimas, tadi dia jatoh kesrempet motor. Jadi Dimas bawa kerumah."

Ternyata itu nyokap nya Dimas. Berarti ini rumah Dimas dong. Gila sih.. Gue kira dia tuh anak biasa-biasa aja yang sekolah di SMA Angkasa cuma mengandalkan beasiswa. Pasalnya, dia kan ke sekolah cuma naik motor matic scooby du.

"Nama kamu siapa cantik ?"
Tanya nyokap dimas dengan senyum ramah nya ke gue.

"Kanaya tante,"
Jawab gue dengan senyum manis gue.

"Kaki kamu masih sakit ?"

Nyokap dimas pun duduk disamping gue sambil memeriksa kaki gue yang udah di obatin sama Dimas.

"Udah mendingan kok tante."

"Syukurlah. Tante tinggal ke atas dulu ya. Kalau kanaya butuh apa - apa, tinggal bilang aja sama Dimas ya. Jangan malu-malu." 
Nyokap dimas pun beranjak ninggalin gue dan Dimas yang masih berdiri dengan muka lempeng nya.

"Dim...anterin gue ke rumah sakit ya."

"Lo manja banget sih. Cuma luka kayak gini aja mau kerumah sakit."

"Bukan,, bukan gue. Tapi bokap gue ada dirumah sakit. Kasian bokap gue sendirian."
Gue memelas ke Dimas. Papa pasti sedih karena gak ada yang nemenin dia di rumah sakit.

"Bokap lo kenapa ?"

"Bokap gue kena serangan jantung. Hikss..kasian dia sendirian di rumah sakit gak ada yang nemenin. Hiks.."

Air mata gue udah turun lagi. Kembali bayang-bayang papa gue yang tiba-tiba jatuh ke sakitan, mama dan Gara yang selingkuh di belakang gue berputar-putar di otak gue, membuat dada gue kembali di penuhi rasa sesak yang menyiksa.

Air mata gue gak mau berhenti turun. Sampai sapuan jari seseorang menghapus air mata gue. Ternyata dimas lagi jongkok depan gue dan menghapus bulir air mata gue.

"Udah lo jangan nangis lagi. Gue anterin lo ke rumah sakit."
Dimas langsung berdiri dan genggam tangan gue.

Gue pun ikut berdiri. Dia mau gendong gue lagi yang langsung gue tolak. Akhirnya dia cuma genggam tangan gue dengan gue yang mengekori dia. Tangan gue yang di genggam kenapa jantung gue yang gak karuan sih.

Sampai di depan mobil, dia bukain pintu buat gue. Dan gue lansung masuk, sementara dia langsung menuju ke kursi driver di samping gue.

Sepanjang perjalanan gak ada percakapan apa-apa diantara kita. Gue milih melihat keluar jendela. Sementara Dimas fokus nyetir.

"Rumah sakit mana bokap lo di rawat ?" tanya Dimas tiba-tiba memecah keheningan diantara kita.

"Rumah Sakit Kasih Bunda."
Jawab gue singkat.

30 menit perjalanan, akhirnya kita sampai di depan rumah sakit.

"Lo kenapa mau bantuin gue ?. Padahal gue udah bully lo selama ini ?"

Gue penasaran banget. Kenapa dia baik sama gue. Secara kan gue udah jahat banget sama dia.

"Gak perlu alasan buat orang yang mau berbuat baik, Nay. Mau lo jahat atau nggak sama gue. Gue bakal tetep bantuin lo saat lo susah."

Kata-kata Dimas menohok hati kecil gue. Jiwa malaikat gue meronta-meronta mendengar perkataan Dimas.

"Makasih ya Dim. Gue mau minta maaf ke lo, karena gue udah jahat selama ini sama lo."
Ucap gue menyesal udah sering ngerjain dan bully dia.

Dimas cuma balas dengan senyum tipis nya. Senyum tipis yang gak pernah gue perhatiin selama ini. Mirip seseorang, tapi siapa ?

Dimas langsung cabut setelah gue keluar dari mobilnya. Gue pun langsung menuju ruang rawat bokap gue.

"Papa udah siuman ?"
Tanya gue ke papa yang udah dalam posisi duduk di brankar rumah sakit.

"Kanaya..putri papa. Maafin papa ya, sayang."

Air mata papa jatuh saat ngeliat gue. Tatapan yang selama ini selalu dingin saat ngeliat gue pun berubah hangat dan menyejukan.

Gue langsung menghambur ke pelukan papa. Gue menangis dalam pelukan hangat papa. Pelukan yang selama ini gue rindukan. Pelukan yang gak pernah gue dapat sejak kecil.

"Papa... Kanaya sayang papa,"

"Papa juga sayang sekali sama kanaya.
Kanaya mau kan maafin papa ?"

"Kanaya udah maafin papa."

Gue kembali memeluk erat papa. Gue gak mau kehilangan papa lagi.
Papa terus mengusap dan mencium rambut gue.
Akhirnya, 18 tahun penantian. Gue bisa ngerasain dekap hangat papa ke gue.

****

Jadi kangen di peluk papa gue juga 😢

Ada yang sama? Atau ada yang udah gak bisa peluk papa nya secara nyata ?

Tunggu part selanjutnya ya.

Kecup manis dari author😘

KANAYA (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang