"Nay, lo beneran gak mau ikut kita ke kantin?"
Raut khawatir tercetak jelas di wajah dua sahabat Naya itu. Mereka takut, akan ada orang jahat yang menganggunya lagi. Mereka tidak ingin terjadi apa-apa pada sahabat seperjuangan mereka.
Kanaya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Enggak, Dimas udah ngasih gue bekal. Dia juga mau kesini kok. Kalian ke kantin aja, kasian tuh cacing-cacing peliharaan di perut lo."
"Ya udah deh, kita duluan ya."
Karin dan Sintia melambaikan tangan dan berlalu meninggalkan Kanaya sendirian di dalam kelas. Tidak banyak siswa yang mau tetap di kelas di jam istirahat seperti ini. Mereka semua memilih meninggalkan kelas demi mengusir kepenatan setelah belajar beberapa jam. Bagi yang belajar tapi loh, ya.
Kanaya meraih tasnya didalam laci dan menaruhnya diatas meja. Dia mengambil bekal yang telah diberikan Dimas untuknya. Air liurnya serasa ingin menetes melihat isi bekalnya.
Nasi goreng yang dibentuk bulat sebagai wajah dilengakapi dengan telur rebus yang dibelah dua layaknya mata ditambah lengkungan senyum dari saus dan pipi bulat dari potongan sosis, membuat nya terlihat lucu. Ditambah lagi selada yang dijadikan rambut dan tak lupa pelengkap nya sosis goreng bahkan ada beberapa buah-buahan.
Pasti ini kerjaan Dimas yang buat.
Kanaya menunggu kedatangan Dimas untuk bersama-sama menyantap bekal itu. Namun, tidak biasanya Dimas begitu lama. Biasanya jam segini dia sudah datang dan duduk anteng di samping Kanaya untuk menyuapinya. Tapi sekarang, kemana dia?
Sambil menunggu Dimas datang kekelasnya, Kanaya membuka Iphonenya. Sebuah nomor misterius berkali-kali mengirim pesan padanya. Sebuah pesan singkat yang membuatnya tercekat.
0811*******
MATI!!
Tubuhnya membeku seketika. Jari-jarinya lemas, nafasnya memburu. Iphonenya terjatuh seketika dari tangannya. Siapa yang mengirim pesan seperti ini padanya?
Tiba-tiba iphonenya berbunyi, menampilkan panggilan masuk dari nomor misterius itu. Kanaya ragu untuk menggeser ikon hijau itu. Namun, karena rasa penasarannya yang begitu tinggi, dia memberanikan diri untuk mengangkatnya.
Suara misterius dari sebrang membuat Kanaya menahan nafasnya.
"MATI atau tinggalkan Dimas sekarang juga!!""Siapa kamu?"
Bibir dan tubuh Kanaya bergetar hebat menjawab panggilan telepon itu. Siapa orang ini sebenernya? kenapa dia menyuruhnya untuk meninggalkan Dimas?
"Kamu gak perlu tau siapa aku, yang perlu kamu lakukan adalah tinggalkan Dimas, atau nyawa kamu akan melayang seperti cicak diatas mejamu itu."
Sambungan telepon terputus tiba-tiba.
"Halo-halo!!"
Teriak Kanaya dan berusaha menghubungi nomor itu kembali. Namun, nomor itu seperti telah dirusak, karena berkali-kali juga tidak dapat terhubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA (Belum Revisi)
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka. Orang pertama yang bantu gue saat gue hancur adalah target bully an gue". - Kanaya Aurellie Gustofa. "Karena gak setiap perbuatan jahat harus dibalas dengan jahat pula. Justru dibalas dengan kebaikan adalah pukulan mental te...