-*-
Jatuh cinta sama kamu itu bukan pilihan, tapi takdir dari tuhan.
-*-Happy reading😘
***
Dua hari yang begitu melelahkan bagi anak-anak SMA Angksa akhirnya berakhir. Bus yang membawa rombongan camping SMA Angkasa pun telah berjalan menyusuri jalan puncak yang berliku. Gue bener-bener merasa lelah, apalagi hari ini gue dikerjain abis-abisan sama Karin dan Sintia. Kurang ajar emang dua curut itu, masa gue disuruh bolak-balik ngambil air. Sementara mereka enak-enakan masak sambil makan. Mereka kenyang gue melayang!.
Gue menyandarkan tubuh lelah gue di jok mobil. Dimas yang memperhatikan gue sedari tadi, tiba-
tiba mengusap lembut rambut gue."Capek ya, Princess."
Tatapan lembut Dimas membuat gue terhipnotis. Bagaimana bisa ada malaikat yang gak pernah gue sadarin selama ini.
"Capek banget, Dim. Mana gue tadi dikerjain sama Karin dan Sintia. Mereka enak-enakan masak sambil makan, sementara gue disuruh bolak-balik ngambil air." Adu gue pada Dimas.
Gak tau kenapa, sekarang gue nyaman aja kalau ngomong dan deket sama Dimas. Dengan dia natap gue aja, gue udah merasa seperti terlindungi. Dia bisa buat suasana menjadi lebih berwarna.
"Kenapa enggak lo aja yang masak?"
"Gue gak bakat masak, Dim. Gak bisa gue."
Gue menyengir kuda kearah Dimas. Merasa malu aja gue sebagai seorang perempuan tapi gak bisa melakukan salah satu kewajiban itu.
"Bakat lo emang bukan masak, Princes," jawab Dimas dengan terus menatap lekat manik mata gue.
"Terus bakat gue apa?. Bully orang ya?"
"Bukan, bakat lo itu jadi istri gue,"
Kata-kata Dimas membuat gue blushing seketika. Gue langsung memutuskan kontak mata kita dan menoleh ke sembarang arah. Dimas gila!.
"Cie ... Langsung blushing gitu, malu ya." Ucapnya menjengkelkan.
"Lo apaan sih, Dim. Siapa juga yang blushing,"
Gue kenapa sih, kok salah tingkah gini. Dimas gak jawab gue lagi, dia cuma ketawa menyebalkan, yang buat gue pengen nampol tuh muka.
"Udah, jangan dipikirin. Sekarang lo tidur aja, sini."
Dimas menepuk pelan dadanya. Mengisyaratkan gue untuk tidur disana. Gue mengabaikannya dan langsung membelakanginya. Gue mencoba untuk menutup mata dan tidur.
***
Tepukan pelan di pipi gue membuat gue menggeliat dan bangun dari tidur gue. Ternyata bus sudah berhenti, dan sudah kosong karena para siswa sudah turun. Tersisa gue dan Dimas disamping gue. Dia menggenggam tangan gue dan mengajak gue turun. Gue yang masih setengah mengantuk, mengikuti Dimas dari belakang.
Setelah keluar dari bus, suasana terlihat ramai oleh para siswa dan orang tuanya yang lagi pelukan seperti teletabis. Lebay amat ya, baru dua hari gak ketemu belum setahun. Pikir gue dalam hati.
Dimas melepas genggaman tangannya, dia menunjuk ke arah lelaki paruh baya yang sedang berdiri mencari seseorang. Itu papa gue!. Seru gue dalam hati. Gue gak nyangka kalau papa jemput gue.
Gue pun langsung berlari ke arah papa dan langsung menghambur ke pelukannya. Nah, sekarang yang lebay siapa coba😒. Biarin sih thor, sirik ae lu😜.
Papa yang menyadari kehadiran gue pun merentangkan tangannya, menerima pelukan gue. Papa mencium dan membelai lembut rambut gue dalam dekapannya. Hangat rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA (Belum Revisi)
Teen Fiction"Gue gak pernah nyangka. Orang pertama yang bantu gue saat gue hancur adalah target bully an gue". - Kanaya Aurellie Gustofa. "Karena gak setiap perbuatan jahat harus dibalas dengan jahat pula. Justru dibalas dengan kebaikan adalah pukulan mental te...