Ch. 25 - Hari Terakhir Bersamamu

36 7 1
                                    

-*-
Kamu adalah give away terindah dari tuhan untukku
-*-

***

Hembusan angin membelai lembut rambut indah seorang gadis yang tengah menatap jingga sore dari balkon kamarnya. Rambutnya yang panjang berkibar mengikuti terpaan angin. Bibirnya membentuk lengkungan senyum saat melihat seorang laki-laki berada di depan rumahnya. Dia melambaikan tangan pada laki-laki itu yang menatapnya dari bawah. Segera dia beranjak dari balkon kamarnya dan mengganti hotpans serta tanktop yang dia pakai dengan kaos oblong dan celana pendek selutut. Dengan langkah riang Kanaya menuruni anak tangga rumahnya menuju ke lantai bawah untuk menemui sang kekasih.

Dimas yang telah duduk santai di ruang tamu, segera berdiri saat melihat Kanaya turun dari kamarnya. Dia tersenyum melihat Kanaya sudah kembali tersenyum.

"Tumben lo dateng ke rumah sore-sore gini?" tanya Kanaya setelah berdiri tepat dihadapan Dimas.

"Gue mau ngajak jalan,"

"Ngajak jalan gue?" tanyanya lagi dengan senyum lebar.

"Bi Inem,"

"Oh, Bi Inem! ada yang mau ngajak jalan nih!" seru Kanaya pada asisten rumah tangganya yang sedang ada di dapur itu.

Bi inem yang samar-samar mendengar teriakan majikannya, segera berlari tergopoh-gopoh untuk menemuinya. Barangkali ada yang penting, batinnya.

"Ada apa, Non?" tanyanya sedikit terengah-engah.

"Ada yang mau ngajak jalan,"

"Hah, jalan apa Non?" tanya bi Inem bingung.

"Ini Dim-"

"Pak Anton mau ngajak bi Inem jalan-jalan keliling komplek," sahut Dimas cepat sambil membekap mulut Kanaya.

Bi Inem tersipu malu, statusnya sebagai seorang janda beranak dua, memang membutuhkan seorang pendamping. Terlebih dia dan pak Anton sedang PDKT, lantaran pak Anton juga adalah seorang duda.

"Ah, Aden bisa saja." Ucapnya malu-malu.

"Bibi bikinin saya minum aja sekarang, nanti dikasih waktu berduaan sama pak Anton."

"Siap, Den!" sahut bi Inem dengan semangat empat lima. Jarang-jarang dia diberi waktu untuk lebih dekat dengan Anton.

"Mmmphh,"

Dimas melepas bekapannya dari mulut Kanaya saat Kanaya hampir kehabisan oksigen.

"Uhuk...uhuk, lo apaan sih. Tangan lo bau terasi tau!" kesalnya pada Dimas dan langsung mendudukkan diri di sofa.

"Lo sih pakek manggil-manggil bi Inem segala,"

"Lah kan lo sendiri yang bilang mau ngajak jalan bi Inem," balas Kanaya tidak mau disalahkan.

"Maksud gue tuh lo, Princess." Dimas menatap Kanaya lekat, membuat Kanaya salah tingkah dan langsung membuang pandangannya.

"Ya bilang dong!"

"Gue kira lo udah peka, cewek kan lebih peka terhadap rangsang."

"Lo kira gue bunglon. Denger nih ya, meski cewek tuh sering ngasih kode-kodean, tapi gak semua cewek tuh beneran peka. Contohnya gue," Kanaya tersenyum lebar sambil menaik turunkan alisnya.

"Udah lah, yuk jalan." Ajak Dimas sambil beranjak dari duduknya.
Kanaya mengekori Dimas keluar dari rumahnya. Dia segera naik ke motor Dimas setelah mengenakan helmnya.

"Udah siap, Princes?"

"Siap dong!"

"Cuss gak nih?"

KANAYA (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang