Bab 12. Lost

1.5K 260 40
                                    

Haruto menendang batu dengan kesal, "Fuck!" Ia tidak menyangka pertemuan dengan ibunya akan berakhir seperti ini. Awalnya ia mengira ibunya akan bertingkah seperti seorang ibu pada umumnya, khawatir akan anaknya yang lari dari rumah. Namun sayang, itu hanyalah harapan palsu. Ternyata ibunya datang dan untuk menyuruhnya pulang dan berhenti membuat masalah demi ketenangan kedua orang dewasa itu. What a joke

Apakah mereka tidak berpikir bahwa mereka juga bertingkah seperti anak kecil? Batin Haruto. Semenjak kecil, ia selalu menjadi anak yang pendiam dan penurut bagi kedua orang tuanya. Bahkan ketika mereka ingin bercerai, mereka merasa tidak perlu menanyakan perasaan Haruto karena mereka berpikir ia akan mengerti. Bagaimana mungkin ia dapat mengerti? Ia hanya anak kecil berusia 12 tahun ketika orang tuanya bercerai. Ia masih berusia 12 tahun ketika ia melihat ibunya mengenakan gaun pernikahan untuk yang kedua kalinya. Kemudian dia masih berusia 13 tahun ketika ayahnya memperkenalkan seorang wanita muda sebagai calon istrinya barunya.

Di usia 14 tahun, ia diabaikan oleh kedua orang tuanya sendiri. Apa yang mereka harapkan? Bahwa ia akan terus mengerti sampai kapanpun? Mereka tidak pernah memberikan kasih sayang yang seharusnya diberikan kepada seorang anak. Mereka tidak pernah mencoba mengerti perasaannya. Itu bukan salahnya jika kedua orang tuanya mempunyai kekasih baru lalu bercerai dan menikah kembali. Kenapa semua orang mengharapkannya untuk tetap berperilaku layaknya anak baik dan penurut?

Junkyu-lah orang pertama yang memberikan kebahagiaan baginya setelah sekian lama. Ia membuatnya mengerti apa rasanya memiliki orang yang peduli kepada dirinya. Memang apa pentingnya latar belakang Junkyu? Ia tahu Junkyu bekerja di Secret Spring Coffee Shop, bersekolah di Fortuna Internasional School, tidak mempunyai keluarga untuk diandalkan. Ia tahu Junkyu suka mengoleksi koala, tidur seperti batang kayu, dan suka menghabiskan waktunya di rumah. Sebelum Haruto datang, ia juga hidup sendirian di dalam rumah kecil itu. Tidakkah mereka berdua menyedihkan? Namun ketika mereka berdua bersama, hidup ini rasanya tidak terlalu buruk.

Ya, kami akan baik-baik saja. Aku akan menjelaskan kepada Junkyu tentang diriku dan ia-pun akan melakukannya juga. Semuanya akan kita lakukan secara perlahan. Mama dan papa tidak akan dapat berkata apa-apa jika aku mengetahui semuanya tentang Junkyu. Setelah dipukul oleh kenyataan menyakitkan, Haruto mulai menenangkan dirinya. Apa yang dapat diharapakannya dari orang tuanya? Sekarang dia merasa bodoh karena telah menaruh harapan kepada ibunya. 

...

...

Haruto telah sampai di rumah dan sedang menunggu Junkyu pulang. Dirinya sudah tenang dan memutuskan untuk mengubur dalam-dalam pertemuan ini dengan ibunya. Tidak ada gunanya memikirkan itu terus, ia takut itu akan membuat Junkyu khawatir. Dia tidak dapat melibatkan Junkyu di dalam keluarganya yang hancur itu. Sudah pukul 1 pagi namun sang pemilik rumah belum tiba juga. Haruto menjadi cemas dan memutuskan untuk menyusulnya ke cafe. Apakah karena ia tidak masuk , pekerjaannya menumpuk? Pikir Haruto. Ia sudah mengenakan jaket dan sedang memakai sepatunya ketika pintu depan terbuka, "Ya, Kim Junkyu! Bukankah sudah ku bilang aku akan membelikan makan malam? Kemana saja kau?!" Namun lawan bicaranya tidak menjawab dan hanya menatap ke bawah... 

Entah kenapa, jantung Haruto mulai berdetak kencang dan suasana menjadi dingin. Mereka berdua tidak bersuara untuk beberapa saat. Ia mulai menegakkan badannya dan memutuskan untuk memecah keheningan itu, "Junkyu, kau... kau kenapa?" tanyanya lembut.

"Hyung... Apakah ada yang ingin kau katakan kepadaku?" Junkyu bertanya dengan pelan. Ia masih menatap ke kakinya sendiri.

"Eh? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti..."

"Baiklah kalau begitu. Watanabe Haruto... Usia 14 tahun. Beraninya kau membohongiku?" Junkyu menengadah dan menatapnya dengan dingin. Seketika tubuh Haruto merasa dingin seolah-olah ia telah disiram oleh air es. 

"Da-darimana kau tahu itu?" tanyanya terbata-bata.

"Kau berkata bahwa kau berusia 18 tahun, tapi nyatanya kau berusia 14 tahun! Kau masih di bawah umur sama sepertiku! Kau mempunyai banyak kesempatan untuk berkata jujur! Tapi kau memutuskan untuk terus membohongiku!" Junkyu mulai meninggikan suaranya dan berbicara tanpa henti.

"Jika aku tahu kau masih dibawah umur, aku tidak akan memberikanmu kesempatan untuk tinggal di sini terlalu lama! Kau mungkin tidak sadar tapi kau telah membebaniku dengan masalah besar! Apa yang kau pikirkan?! Kau bahkan belum lulus sekolah menengah pertama! Apakah kau ingin berakhir tidak berpendidikan?! Atau kau berpikir aku akan terus mendukungmu hingga membiayaimu sekolah nanti?! Jangan bermimpi!! Aku bahkan kesulitan menghidupi diriku sendiri!!!"Ia berteriak hingga kehabisan nafas. Haruto sungguh-sungguh tidak dapat berkata apa-apa dan matanya mulai memanas. 

"Ju-Junkyu, I can explain it. Please, won't you listen to me? I- I'm sorry for lying to you, but-" suaranya-pun mulai bergetar sedikit. 

"Tidak! Aku tidak ingin mendengar penjelasan apapun dari seorang anak kecil yang tidak memikirkan masa depannya sendiri," 

Kemudian mereka berdua terdiam dan Haruto mulai meneteskan air matanya, "Junkyu... Jika ini masalah uang, maka aku akan tetap bekerja dan membiayai diriku sendiri. Aku-aku tidak akan membebanimu dengan masalah uang, aku akan menyelesaikan sekolahku dan mencari beasiswa ke sekolah menengah atas. Maka... maka dari itu, bisakah kau memaafkanku satu kali ini saja?" Ia memohon dengan suara bergetar tak terkendali dan air matanya yang terus mengalir. Junkyu hanya terdiam dan tidak berkata apa-apa. Itu semakin membuat Haruto gelisah dan takut maka ia memutuskan untuk maju beberapa langkah dan meraih tangan Junkyu, "Ju..Junkyu? Please, answer me..." katanya pelan.

Junkyu tidak berkata apa-apa dan menarik kembali tangannya dengan kasar. 

"Haruto, aku... aku tidak dapat melakukan ini terus menerus. Kau akan membuatku dalam masalah besar. Kau akan selalu menjadi beban bagiku selama kau tinggal di sini. Jika kau merasa berterima kasih kepadaku selama ini maka sebaiknya kau pergi sekarang juga," Junkyu lalu membuka pintu dan bergeser ke samping, seolah-olah ia membuka jalan supaya Haruto dapat keluar dari rumahnya dengan mudah. Jantungnya mencelos mendengar kata 'pergi,' dari mulut Junkyu. Ia tidak menyangka Junkyu akan mengusirnya semudah ini... Apakah waktu yang mereka habiskan bersama tidak berarti apa-apa baginya?

"Ta-tapi kau bilang kau adalah keluarga baruku..." Ia berkata sambil menangis dengan menyedihkan. Suara bahkan tubuhnya bergetar hebat. Ia tidak pernah merasa sesakit ini ketika ayah dan ibunya bercerai. 

"Itu sebelum aku tahu bahwa kau masih di bawah umur. Jika aku tahu ini lebih awal, aku pasti akan menyeretmu pulang ke rumah orang tuamu. Pergi. Jangan kembali lagi," katanya sambil membuang muka. Haruto akhirnya berjalan dengan lemas ke luar dan Junkyu menutup pintu di belakangnya dengan kencang dan menguncinya dengan cepat. Haruto hanya berdiri menatap langit malam dan tidak dapat memikirkan apapun. Lalu ketika ia mulai tersadar akan kenyataan keji bahwa ia tidak dapat bersama-sama Junkyu lagi, ia menjadi panik dan membalikkan badannya dengan cepat sembari menggedor-gedor pintu. 

"JUNKYU! JUNKYU! OPEN THE DOOR! I'M SORRY! I DON'T WANT TO LEAVE!!" Ia berteriak hingga serak dan kepalan tangannya sakit karena ia menggedor pintu dengan kencang. Namun Junkyu tidak memberi jawaban apapun. 

"No... Please..." Air terus matanya mengalir deras dan suaranya menjadi sangat kecil. Ia mulai sesengukkan. Kemudian ia terjatuh lemas. What the fuck?! Ketika dirinya memutuskan untuk membuka dirinya kepada Junkyu secara perlahan, kebenaran menyerangnya secara tiba-tiba dengan kejam. Dari mana Junkyu tahu usia aslinya? Ia bahkan tahu nama lengkapnya... Apa yang terjadi? Tadi pagi mereka masih baik-baik saja... Ia masih mencoba membangunkan Junkyu bahkan meninggalkan catatan kecil... Kenapa hidup tidak pernah turut bahagia untuknya ketika ia mendapati sedikit kebahagiaan?

"Fool!" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang memaki Haruto. Haruto menoleh dengan cepat dan mendapati bahwa ayahnya sedang berdiri dan melihatnya dengan marah sambil mengerinyit...



To be continued...

Back to You - Haruto x Junkyu of Treasure [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang