"Into the unknownnnnn... Into the unknownnnnn... Into the unknoOOOOOOOnw~ OoOoooOOOHHH~"
"SSSTTTTT!!!!!"
"Ups, sorry,"
"Yah, Haruto. Mengapa anak itu semakin menjadi gila?" boss Jiwon bertanya pelan.
"Ini belum ada apa-apanya dibandingkan di rumah. Di rumah dia akan memutar semua lagunya dan bernyanyi keras-keras hingga larut malam," jawab Haruto sambil menggelengkan kepalanya, "Aku bahkan sudah menyerah untuk menutup mulutnya,"
"Siapa sangka ia sangat menyukai film anak-anak. Awalnya aku hanya ingin menggoda kalian dengan memberikan tiket FROZEN 2. Tapi ternyata senjata makan tuan... Dia tidak bisa menutup mulutnya selama beberapa hari dan bahkan berakhir mengganggu para pelanggan. Haah..." Lalu boss menutup matanya sambil menghela nafas panjang. Setelah menonton film pertamanya di bioskop, Junkyu berakhir mendengar memutar semua soundtrack FROZEN 2. Setelah mendengarkan satu album, kemudian ia mulai menyanyi tak henti.
Tak disangka, Junkyu bahkan berani bernyanyi ketika bekerja. Awalnya ia hanya bersenandung kecil namun lama-kelamaan suaranya membesar dan akhirnya mengganggu semua orang yang berada di cafe. Boss-pun telah lelah menegurnya berulang kali dan sekarang hanya dapat memelototinya saja. Di lain sisi, Haruto hanya dapat berdoa diam-diam supaya Junkyu kembali normal secepatnya. Ia merasa dirinya akan meledak marah dan berakhir dengan perkelahian antara dirinya dan Junkyu. Rasanya seperti ia hidup bersama anak kecil berumur 5 tahun yang tidak pernah lelah memutar lagu yang sama berulang kali tanpa henti.
Hari ini adalah hari di mana Haruto dan Junkyu akan menerima upah mereka. Ini adalah pertama kalinya Haruto memperoleh uangnya sendiri dan dia cukup senang. Dengan bantuan Junkyu, ternyata dia dapat hidup tanpa perlu bantuan orang tuanya. Sekarang ia sedang memikirkan akan menggunakan uangnya untuk apa. Apakah sebaiknya ia membelikan Junkyu sebuah hadiah? Omong-omong, kapan ulang tahun Junkyu? Ia tidak menyangka dirinya belum menanyakan itu kepadanya.
"Nice work, boys," kata boss sembari ia menyerahkan amplop berisi uang kepada Haruto dan Junkyu.
"Yay, terima kasih, boss!" kata Junkyu bersemangat.
"Terima kasih, boss," jawab Haruto datar.
"Aku memberikan bonus kepada Haruto karena ia telah bekerja dengan sangat baik meskipun ia tidak mempunyai pengalaman. Teruslah bekerja seperti ini," puji boss. Haruto tidak menjawab dan hanya membungkuk sebagai ucapan terima kasihnya. Di sampingnya, Junkyu tersenyum bangga dan matanya terlihat bercahaya ketika mendengar Haruto yang dipuji oleh boss. Boss tidak suka memuji orang lain maka ketika dia melakukan itu, itu artinya Haruto benar-benar bekerja dengan sangat baik dan melebihi ekspektasi boss.
...
Setelah makan malam di rumah makan, Junkyu menyuruh Haruto untuk pulang terlebih dahulu. Ia tidak memberitahu kemana ia akan pergi dan meninggalkan Haruto sendirian. Anak ini benar-benar... batin Haruto kesal. Setelah sampai di rumah, ia duduk di ruang tamu sembari menatap pintu masuk. "Sudah agak lama semenjak aku sendirian di rumah ini. Membosankan sekali..." Semenjak bekerja, Haruto selalu menghabiskan waktunya bersama Junkyu. Tanpa sadar, mereka berdua hampir tidak pernah terpisah dari satu sama lain. Karena itu, ketika Haruto harus menghabiskan waktunya sendirian sambil menunggu Junkyu, ia merasa kesepian.
"Ugh, Junkyu cepatlah pulang!"
Setelah terdiam beberapa saat, handphone-nya berbunyi. Haruto mengintip dan mendapati bahwa ibunya telah menelponnya. "Hm? Ada apa ini?" katanya pada dirinya sendiri. Semenjak pernikahan barunya, ibunya tidak pernah menghubunginya lagi. Haruto terpaksa tinggal bersama ayahnya dan merasa terkhianati. Ibu macam apa yang tidak pernah menghubungi anaknya meskipun ia telah bercerai dan menikah kembali? Bukankah anak itu sangat berharga bagi seorang ibu? Haruto tidak pernah mengerti jalan pikiran ibu dan ayahnya. Setelah berperang batin, Haruto akhirnya memutuskan untuk mengangkat teleponnya, "Hallo?"
"Haru, apakah benar kau lari dari rumah?" tanyanya dingin.
"Ya.."
"Haah, anak ini. Mama merindukanmu. Bisakah kita bertemu? Kapan kau mempunyai waktu luang?"
Apa? Ibunya merindukannya? Ibunya yang tidak pernah menghubunginya sama sekali itu? Apakah ini benar-benar ibunya? Haruto tertegun beberapa detik setelah mendengar perkataan ibunya itu.
"Hallo, Haru? Kau masih di sana?" tanyanya lembut.
"O-oh. A-aku ingin bertemu mama juga..." balas Haruto pelan.
"Baik, 'nak. Apakah kamu mempunyai waktu sabtu ini? Jika iya, mama akan mengirimkan alamat tempat pertemuan kita," setelah itu percakapan mereka selesai. Haruto tidak percaya ibunya baru saja menghubungi dirinya. Hatinya berdetak cepat, tidak sabar menanti hari sabtu. Apa yang ingin mama katakan? Apakah mama menyesal telah meninggalkanku? Apakah ia akan meminta maaf?
Tak lama, pintu terbuka, menandakan Junkyu yang telah tiba di rumah. "Ruto hyung, aku pulang!" katanya bersemangat. Namun Haruto tidak menjawabnya, "Eh? Hyung? Hyung? Ada apa?" tanya Junkyu terheran-heran. Dia mendapati Haruto yang sedang melamun menatap smartphone-nya.
"Ah! Tidak apa-apa. Kau baru pulang dari mana?" tanyanya demi mengalihkan pembicaraan.
"Tadaaa!" Kemudian Junkyu menunjukan sebuah kotak kue. Wajahnya berseri-seri seperti anak kecil. "Aku pergi untuk mengambil pesanan kue ini, hyung,"
"Kue? Kenapa? Ada perayaan apa?"
"Tidak, aku hanya ingin memberikan ini untukmu sebagai ucapan selamat karena telah berhasil bekerja dengan baik," Junkyu berbicara sambil terkekeh kecil. Sesungguhnya Junkyu sudah merencanakan ini cukup lama. Ia ingin memberikan Haruto sebuah apresiasi kecil sebagai tanda bahwa Junkyu sangat menghargai jerih payahnya. Ini adalah pertama kalinya dia memberikan kue kepada orang lain selain teman dekat di sekolahnya.
"Geez, kenapa kau menghabis-habiskan uang?!" bentak Haruto, tapi sesungguhnya dia merasa sangat bahagia. Semenjak berumur 10 tahun, keluarganya sudah tidak pernah menghabiskan waktu bersama, bahkan untuk perayaan ulang tahunnya sendiri. Setelah sekian lama, akhirnya ada seseorang yang memberikannya kejutan meskipun ini bukan hari spesial.
"Eyy, ini tidak seberapa, hyung. Aku hanya ingiinnnnn sekali melakukan ini untukmu. Kerja bagus, Ruto hyung!" Kemudian mereka berdua mulai memakan kue itu sambil berbincang. Haruto-pun menyingkirkan pikirannya tentang percakapan telepon tadi. Sekarang mereka berdua sudah tidak perlu memikirkan topik pembicaraan yang perlu dibahas karena semuanya berlangsung dengan alami. Layaknya sahabat, mereka tidak perlu berpikir keras dan terus mengungkapkan isi kepala mereka dengan santai. Tidak perlu takut untuk menyinggung perasaan karena mereka sudah mengenal baik lawan bicaranya.
"Junkyu, kapan ulang tahunmu?" tanya Haruto tiba-tiba.
"Ulang tahun? 9 September," Junkyu menjawab santai sambil menyendokkan kue ke mulutnya.
September? Itu masih satu bulan lagi, syukurlah. Aku harus memikirkan sesuatu untuknya, pikir Haruto.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to You - Haruto x Junkyu of Treasure [END]
Fiksi PenggemarAttention: Not BL (Bromance - Brotherhood), Explicit words Summary Pertemuan dua anak lelaki yang hidupnya berada di dalam kegelapan dan kesepian. Haruto, pemberontak yang lari dari rumah, bertemu dengan Junkyu, lelaki yang memendam kesedihan yang...