Bab 16. Empty (3)

1.3K 242 17
                                    

Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus menundukkan kepalanya kepada wanita sial itu? AHHHHHHHH!!!! Ingin rasanya Haruto memecahkan keheningan malam dengan mengeluarkan semua perasaan sesak di dadanya, namun ia mehanannya. Ia tidak ingin terlihat seperti anjing yang melolong kesakitan ketika terluka, maka dari itu ia harus kuat. Ia telah lengah dengan menunjukkan kelemahannya di hadapan wanita itu dan ia tidak boleh mengulanginya lagi. 

Nampaknya semua orang di keluarganya sudah mengetahui kelemahannya saat ini. Mereka semua mencoba untuk mengontrolnya dengan melibatkan Junkyu. Haruto takut jika orang-orang itu akan melukai Junkyu di masa depan. Sekarang ia hanya seorang anak kecil yang tidak memiliki kemampuan apapun. Di hadapan ayahnya, ia hanyalah boneka lucu yang dipamerkan dari dalam lemari kaca. Kapan ia keluar-masuk dari lemari, semua itu ditentukan oleh ayahnya. Sekarang setelah wanita itu datang, 'musuh' Haruto bertambah. 

Ia masih tidak mengerti mengapa wanita itu menawarinya bantuan untuk bertemu dengan Junkyu. Ia tidak yakin bahwa itu sesederhana yang ibu tirinya katakan. Satu hal yang Haruto ketahui, yaitu ia harus melangkah dengan hati-hati supaya ia tidak jatuh ke dalam jebakan wanita itu. Siapa tahu ia juga ingin menjadikan Haruto 'pajangan' di lemari kaca milkinya? Atau wanita itu ingin menyingkirkan dirinya? Terlalu banyak hal yang Haruto pikirkan sehingga kepalanya berdenyut sakit...


Keesokan harinya, ibu tiri Haruto sedang membuat toast sebagai sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, ibu tiri Haruto sedang membuat toast sebagai sarapan. Wanita muda dan cantik itu melakukan rutinitas paginya sambil bersenandung ringan. Raut wajahnya anggun namun di saat bersamaan juga riang. "Good morning, dear," suara seorang pria terdengar dari dari belakangnya. "Ah! Morning," Mereka berdua bertukar kecupan singkat sebagai sapaan pagi. Kemudian ayah Haruto duduk di meja makan dan mengatakan, "Aku... belum mengucapkan terima kasih padamu sejak tadi malam,"

"Dear, kamu tidak perlu mengatakan terima kasih kepadaku. Aku hanya berusaha untuk berbicara sebentar dengan Haru karena aku tidak ingin hubunganku dengannya terus menerus canggung. Yah, walaupun aku tidak tahu apakah aku berhasil berbicara dengannya atau tidak," jawabnya sambil menggoyangkan bahunya. 

"Tidak. Kamu telah menghentikanku ketika aku lepas kendali. Terima kasih...  Anak itu... Aku bahkan tidak mengenalnya lagi. Apakah ia benar-benar Haruto yang aku didik dan besarkan dari kecil?" Ayah Haruto mengatakan itu sambil memijat pelipisnya. "Aku tahu kamu pasti menyesal telah menamparnya," wanita itu berkata lembut dan melangkah menuju suaminya dan mengelus punggungnya, "Membesarkan seorang anak memang tidak mudah... Apalagi dengan kondisi keluarga yang sudah terpisah. Setidaknya minta maaflah kepada Haru supaya dia berhenti marah kepadamu," 

"Hm... Thank you, dear," Setelah itu mereka berdua kembali bertukar kecupan sambil tersenyum mesra. Sungguh hebat, wanita itu terdengar sangat bijaksana dan lembut meskipun ia belum pernah memiliki seorang anak. Tidak ada yang tahu apa isi hati wanita ini yang sebenarnya. Apakah ia bersungguh-sungguh peduli dengan Haruto? Atau semua ini hanyalah akting supaya sang suami semakin jatuh cinta kepadanya? 


"Cih, bisakah kalian tidak bermesraan setiap hari? Aku turun untuk sarapan bukan menonton drama percintaan," Hal pertama yang muncul di hadapan Haruto ketika turun tangga adalah ayahnya yang sedang memegang erat tangan istrinya di meja makan. Mendengar suara Haruto, ayahnya dengan refleks melepas genggaman tangan itu. Ibu tiri Haruto mengeluarkan senyuman cerah, "Ah! Haru! Finally! Kita jarang sekali makan bersama-sama, ayo kemari. Tante akan menyediakan toast untukmu," 

Tentu saja sarapan mereka berlangsung dengan canggung. Haruto hanya berfokus pada makanannya dan mengacuhkan kedua orang di hadapannya. Wanita itu mencoba beberapa kali untuk berbicang dengannya, namun Haruto selalu menghentikan pembicaraan itu dengan dingin. Well, setidaknya Haruto datang untuk sarapan dengannya. Jadi, wanita itu pasti mengerti apa yang ia inginkan. Ketika ayahnya sudah berangkat kerja, Haruto tanpa basa-basi langsung berbicara kepada ibu tirinya, "Lihat? Aku sudah membuang waktuku untuk sarapan bersamamu,"

Wanita itu tertawa kecil dan berkata, "Luar biasa... Haruto si pemberontak ini akhirnya menuruti perkataanku. Tidak buruk 'kan toast buatanku?"

"Buang semua omong kosongmu. Apa yang kau inginkan dariku nanti?" Tuntutnya dingin. 

"Hm... Kamu tidak menyenangkan untuk diajak berbicara, ckck. Let's get into business then. Aku hanya menginginkan kamu untuk tidak mempersulit keberadaanku di rumah ini. Aku tidak akan bersikap layaknya ibu, tapi ayo kita mulai dari berteman!" Katanya riang. Haruto melebarkan matanya dan berpikir bahwa orang dihadapannya ini pasti gila. Berteman? Yang benar saja? Haruto lebih memilih untuk berteman dengan seekor buaya daripada dengan wanita ini. 

"Jangan menatapku begitu, anak bodoh. Yang kumaksudkan adalah, jika kau menghentikan sikapmu yang seakan-akan menganggap diriku adalah pencuri di rumah ini, maka aku akan bersedia membantumu untuk bertemu dengan teman kesayanganmu itu. Kau tahu, sikapmu yang dingin itu terus membuatku kesal. Aku tidak ingin berkelahi dengan anak dari suamiku,"

Haruto mendengus mendengar perkataannya, "Aku tidak percaya. Tawaranmu terdengar begitu indah. Bagaimana caranya kau akan mempertemukanku dengannya? Apa kau yakin kau dapat meminta izin orang itu supaya memperbolehkanku bertemu dengan Junkyu?"

"Oh my god, kau tidak usah peduli dengan urusan itu. Biar aku yang memikirkannya. Bertingkahlah layaknya anak berumur 14 tahun! Yang terpenting sekarang, berhentilah membuat masalah. Jika kamu melakukannya dengan baik, maka aku dapat menjamin kesuksesan rencanaku,"

Maka Haruto, yang tidak mempunyai pilihan lain, memutuskan untuk menuruti perkataan wanita itu. Ia tidak tahu apakah itu adalah pilihan yang tepat namun semua akalnya sudah menghilang. Walaupun ia hanya dapat bertemu Junkyu sesaat, baginya itu cukup. Ia hanya ingin melihat cahayanya lagi. Haruto sudah sangat mengerti akan takdir hidupnya. 

Pada akhirnya, orang-orang akan meninggalkannya satu persatu...
Pada akhirnya, orang-orang akan membencinya...
Pada akhirnya, ia akan tinggal di dalam kegelapan dan kekosongan seorang diri...




Seseorang... tolong aku...



To be continued...

Back to You - Haruto x Junkyu of Treasure [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang