Attention: Not BL (Bromance - Brotherhood), Explicit words
Summary
Pertemuan dua anak lelaki yang hidupnya berada di dalam kegelapan dan kesepian.
Haruto, pemberontak yang lari dari rumah, bertemu dengan Junkyu, lelaki yang memendam kesedihan yang...
Tak terasa, sudah 3 minggu semenjak Haruto tinggal bersama Junkyu. Semuanya berlangsung begitu natural dan menyenangkan. Walaupun kepribadian mereka yang bertolak belakang, mereka berdua saling melengkapi. Haruto mulai menjadi lebih terbuka mengutarakan perasaannya sedangkan Junkyu mulai melupakan rutinitasnya ketika dia hidup sendirian.
'I'll never go back home. Leave me alone.'
Haruto telah mengirimkan pesan singkat kepada ayahnya namun ia tidak mendapat balasan apapun. Heh, sepertinya memang mereka tidak mengharapkan aku untuk pulang, batinnya. Anehnya, Haruto tidak merasa kecewa ataupun sedih. Mungkin karena Junkyu yang telah memberikan dukungan sehingga Haruto dapat mengumpulkan keberanian untuk mengirimkan pesan itu.
Hari-harinya berlangsung dengan cepat dan cukup sibuk. Dia beradaptasi dengan baik sebagai karyawan baru di Secret Spring Coffee Shop. Para pelanggan semakin ramai berdatangan sehingga boss harus mengeluarkan papan tanda jika cafenya sudah penuh. Tentu saja, banyak yang kecewa karena tidak dapat menikmati kopi ataupun visual kedua karyawan di cafe ini. Di waktu senggangnya, Haruto dan Junkyu akan belajar mengenai latte art dari boss secara langsung. Junkyu sangat ceroboh sedangkan Haruto lebih baik daripadanya sedikit.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Junkyu, tidak bisakah kau berkonsentrasi hari ini?" tegur boss. Rupanya Junkyu telah melakukan kesalahan dalam penulisan pesanan pelanggan sebanyak 3 kali.
"Maaf boss, sepertinya aku tidak bisa berpikir jelas hari ini. Izinkan aku beristirahat di ruang staff 5 menit," balas Junkyu sembari menghela nafas panjang. Haruto memperhatikannya dan mendapati bahwa Junkyu hari ini terlalu sering melamun dan tidak banyak berbicara. Bahkan ia telah melakukan kesalahan lebih dari satu kali. "Hey, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Haruto. Ia merasa sedikit khawatir karena hari ini Junkyu bersikap tidak seperti biasanya, "Um, aku baik-baik saja. Kembalilah bekerja, hyung" kata Junkyu pelan.
...
Di perjalanan pulang, Haruto menyadari bahwa Junkyu terus berjalan sempoyongan dan wajahnya berubah pucat. Haruto sudah tidak tahan lagi dan menarik tangan Junkyu, "Eh- Kenapa hyung?" tanyanya pelan. Tanpa berkata apapun, Haruto meletakan telapak tangannya ke dahi Junkyu.
"Yah! Kau demam! Kenapa tidak bilang?!" bentak Haruto. Teriakan Haruto menarik perhatian orang-orang yang sedang lewat namun ia tidak peduli. "Eing? Benarkah? Pantas saja hari ini aku pusing dan lemas sekali.."
"Ck!"
Sesampainya di rumah, Haruto memaksa Junkyu untuk segera berbaring di kasur. "Tidur. Aku akan membelikanmu obat," kata Haruto.
"Hyung, tidak perlu repot. Aku akan sembuh dengan tidur yang banyak," Junkyu berusaha untuk menghentikan Haruto.
"Heh, memangnya kau punya kekuatan super? Jika sakit maka harus minum obat! Berhentilah berbicara dan pejamkan matamu," setelah itu, Haruto segera membeli obat penurun demam. Ketika dia kembali, Junkyu sudah tertidur lalu Haruto memutuskan untuk mengkompres dahinya menggunakan air hangat.
"Dasar Kim Junkyu. Bagaimana mungkin kau tidak tahu jika dirimu sedang demam?" katanya pelan. Dirinya menjadi sedikit frustasi terhadap lelaki yang sedang berbaring dihadapannya. Ia lalu memasak bubur sebelum memberikan obatnya kepada Junkyu. Ini adalah pertama kalinya dia melakukan itu. Semoga saja enak, batin Haruto tak yakin. Dia menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk memasaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Junkyu, bangun. Makan dulu sebelum minum obat," kata Haruto pelan. "Ugh? Hyung? Kau membuatkan bubur untukku? Sungguh?" kata Junkyu setengah sadar. Dia membuka matanya sedikit dan duduk di kasur, "Harum~" Junkyu mengatakan itu sambil tersenyum lebar. "Geez, orang mana yang ketika sakit masih tersenyum lebar?" omel Haruto.
"Karena ini adalah pertama kalinya orang lain memasak khusus untukku, hyung," kata Junkyu ringan. "Eh? Bagaimana dengan ibumu?"
".... Tidak pernah, ehehe. Hyung yang pertama," Haruto tertegun mendengar perkataan Junkyu namun dia memilih untuk tidak membahas itu lebih lanjut. Dia mengerti pembicaraan mengenai keluarga yang begitu sensitif. "Ah begitukah? Aku jadi merasa terhormat," balasnya sambil tersenyum kecil.
Lalu Junkyu mulai menyendok bubur itu masuk ke mulutnya. Dia menunggu respon Junkyu terhadap masakannya dan sepertinya Junkyu-pun menyadari itu, "Hehe, hyung ini sedikit asin."
"Eh? Benarkah?" Haruto mencobanya sedikit dan terkejut, "Bleh, ini terlalu asin! Jangan dimakan lagi! Biarkan aku menggantinya dengan yang baru!" Ia mencoba merebut mangkok bubur itu dari tangan Junkyu namun Junkyu lebih cepat daripadanya, "No no no no, aku akan menikmati bubur ini dengan sepenuh hati, hyung. Bagaimana mungkin aku setega itu tidak menghargai jerih payahmu?" Haruto hanya dapat menggaruk kepalanya sembari melihat Junkyu melanjutkan untuk memakan bubur buatannya yang sedikit gagal.
"Lain kali hyung jangan memasukan bumbu sekaligus, dicicipi dulu, nah jika rasanya masih kurang baru tambahi bumbu lagi," ceramah Junkyu. "Hm. Kenapa kau tiba-tiba menjadi lebih banyak bicara daripada sebelumnya? Makanlah yang cepat dan minum obat. Sebaiknya besok kau beristirahat di rumah, biar aku yang bilang ke boss," katanya datar.
"Okay!" kata Junkyu bersemangat.
"Oh? Baru kali ini aku melihat orang yang senang ketika dirinya sakit. Ckckck. Lain kali jika merasa pusing atau tidak enak badan, jangan dipendam sendiri! Aku tidak bisa membaca pikiranmu! Jika tadi kau pingsan di jalan, siapa yang akan menggendongmu?!" omel Haruto. Junkyu hanya tersenyum lebar mendengar omelan Haruto sambil meminta maaf. Ini adalah pertama kalinya ada orang yang memarahinya. Pertama kalinya ada yang memasak bubur untuknya. Juga pertama kalinya ada yang menjaganya ketika dia sakit. Akhirnya ada yang memperhatikan dirinya...
Selama ini Junkyu selalu hidup sendirian, ketika dia sakit, dia harus mengurus dirinya sendiri. Menyenangkan, batin Junkyu. Jadi begini rasanya jika ada orang yang peduli kepadaku...