Haruto belum berbicara kepada Junkyu perihal ibunya yang mengajaknya bertemu. Dia tidak tahu harus mengatakan apa kepadanya sehingga ia memutuskan untuk merahasiakannya terlebih dahulu. Haruto tidak pernah pandai bercerita mengenai masalah keluarganya. Sebuah pencapaian besar bahwa Junkyu mengetahui beberapa hal tentang itu. Memang benar, Junkyu-lah orang pertama yang memasuki hidupnya.
"Junkyu, aku sudah izin kepada boss untuk tidak masuk besok," katanya singkat.
"Hm? Mendadak sekali, hyung? Ada apa?" tanya Junkyu sambil menyerahkan gelas yang baru saja dibilas kepada Haruto. Mereka berdua sedang mencuci piring serta gelas kotor setelah cafe tutup. Suara air mengalir menemani percakapan mereka berdua. "Aku- aku ada janji dengan seseorang..."
"EH?! Benarkah? Aku baru tahu hyung mempunyai teman selain diriku," balasnya sambil mengerucutkan bibir. "Ppff... Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak terlalu dekat dengannya dan aku merasa canggung ketika bersamanya," Haruto berpikir jika perkataannya memang benar. Meskipun dia berbohong tentang ibunya namun adalah sebuah fakta bahwa Haruto tidak dekat dengan beliau. Ingatan tentang ibunya sejauh ini adalah ingatan yang tidak terlalu baik. Dirinya tidak mengingat masa-masa indah bersama ibu yang seharusnya dimiliki oleh seorang anak. Ia hanya mengingat ibunya yang terus berkelahi dengan ayahnya. Dan ingatan terburuknya adalah... Haaah, Haruto begitu membenci kejadian itu. Ia tidak ingin mengingatnya karena itu membuat amarahnya menyala.
Keesokan harinya, Haruto berangkat ketika Junkyu sedang tertidur. Ia mencoba membangunkannya namun sesuai dugaan, Junkyu tidak dapat dibangunkan jika belum pukul 12 siang. Sudah seperti kebiasaan bagi Junkyu untuk tidur sepuasnya hingga pukul 12. Lalu akhirnya, ia hanya meninggalkan sebuah catatan kecil di samping kasur,
'Aku berangkat dulu. I'll buy you something to eat at night. See you."
Butuh waktu sekitar 3 jam dari Seoul menuju tempat yang dituju oleh Haruto dengan menggunakan bis. Setelah menikah kembali, ibunya pindah ke Jeonju bersama dengan keluarga barunya. Haruto tidak berpikir panjang dan mengiyakan permintaan ibunya untuk menemuinya di sana. Sesungguhnya Jeonju terkenal sebagai tempat wisata. Jika bukan karena harus bertemu ibunya, Haruto berpikir jika berwisata ke sana bersama Junkyu bukanlah suatu ide yang buruk. Ia berani mempertaruhkan seluruh keberuntungannya jika Junkyu belum pernah ke sana.
"Omong-omong, apakah anak itu sudah bangun? Biasanya aku harus membangunkannya setiap hari," katanya sambil menghela nafas. Di waktu bersamaan, Junkyu masih tertidur pulas seperti batang kayu...
...
...
Haruto akhirnya sudah sampai di tempat yang ditentukan oleh ibunya setelah perjalanan panjang. Di sana, ia memutuskan untuk memesan blended coffee frappe. Not bad... Tanpa ia sadari, jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Tidak butuh menunggu waktu lama, sosok yang ditunggu oleh Haruto-pun tiba. Ibunya hanya tersenyum kecil dan segera berjalan ke arahnya.
"How are you?" tanyanya. Ibunya dengan anggun meletakan handbag-nya di atas meja lalu menyilangkan kakinya. Haruto dengan gugup menjawab bahwa kabarnya baik-baik saja. Ia hanya memandang kakinya sendiri tanpa menatap lawan bicaranya. Ibunya mempunyai aura yang kuat dan tegas sehingga Haruto dengan mudah merasa asing terhadap ibunya sendiri.
"Okay, Haru. It's good, then. Lalu, mengapa kau lari dari rumah?" katanya dingin sambil meminum black coffee pesanannya.
"Karena... karena papa dan perempuan itu... Aku- aku muak melihat mereka berdua," Haruto berkata jujur terhadap ibunya.
"Hm. Apakah perempuan itu memperlakukanmu dengan buruk?"
"Tidak. Aku... hanya tidak menyukainya sama sekali," Ibunya mengangkat alisnya ketika mendengar jawaban Haruto. Wajahnya menunjukan bahwa ia tidak puas dengan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to You - Haruto x Junkyu of Treasure [END]
FanficAttention: Not BL (Bromance - Brotherhood), Explicit words Summary Pertemuan dua anak lelaki yang hidupnya berada di dalam kegelapan dan kesepian. Haruto, pemberontak yang lari dari rumah, bertemu dengan Junkyu, lelaki yang memendam kesedihan yang...