"Hyung, makanlah!" kata Junkyu. Sesampainya di rumah, Junkyu memasak ramen untuk mereka berdua, "Malam ini agak dingin, setidaknya hyung dapat menghangatkan diri dengan ramen." Haruto tidak berbicara sama sekali dan langsung mengambil sumpit untuk memakan ramen itu. Aneh, batinnya. Ini adalah ramen instan yang sering dia masak, namun kenapa ramen ini rasanya nikmat sekali... Sekali lagi kedua matanya memanas...
"Ey, hyung. Jangan menangis lagi..." Junkyu salah tingkah melihat pria yang bernama Haruto itu terus menangis di hadapannya, "Makan, makanlah!" Tidak banyak yang dapat ia lakukan kecuali terus memberikan porsi makanannya kepada Haruto. Setelah makan malam mereka selesai, Junkyu meminjamkan pakaian tidurnya kepada Haruto, "Hyung, maaf tapi aku hanya mempunyai pakaian seperti ini. Hyung, tidak keberatan 'kan? Um, mandilah menggunakan air hangat!"
Di dalam kamar mandi, Haruto hanya terdiam sambil menatap pakaian-pakaian yang dipinjamkan Junkyu. Tiba-tiba, dia berteriak tanpa suara lalu berjongkok sambil menutupi wajahnya. AH!! Bagaimana mungkin aku terus menangis di hadapannya!! Memalukan!!! Bagaimanapun, Haruto masih berumur 14 tahun, meskipun tubuhnya tinggi dan besar. Untuk pertama kalinya, dia tidak memiliki rumah dan tujuan, tentu saja tekanan itu membuatnya sangat stress. Ketika ada seseorang yang mengulurkan tangan kepadanya, tentu saja membuat Haruto menumpahkan segala emosi yang harus dipendamnya...
Baju yang dipinjamkan Junkyu untungnya pas di badannya, walaupun celananya menggantung. "Ah, hyung. Sudah selesai?" Junkyu sedang duduk di kasurnya sendiri dan menatap Haruto yang baru keluar dari kamar mandi. Harus diakui, pria yang tadinya terlihat seperti tunawisma ternyata memiliki wajah yang tampan serta tubuh yang proporsional. Wow, dengan wajah seperti ini seharusnya hyung ini dapat menjadi artis, batin Junkyu.
"Te-terima kasih..."
"Ey, tidak perlu sungkan, hyung," kata Junkyu sambil melambaikan tangannya, "Hyung, aku tidur di sini dan hyung di sampingku ya," Junkyu berbicara dan menunjuk kasur lipat yang telah dia siapkan ketika Haruto sedang mandi. Waktu telah menunjukan pukul setengah tiga pagi dan Junkyu-pun tidak dapat menyembunyikan mulutnya yang terbuka lebar ketika menguap.
"Hyung, aku tidur duluan. Selamat malam~"
"Hm." Melihat tuan rumah yang memutuskan untuk tidur, membuat Haruto-pun mengikuti jejaknya. Kasurnya cukup nyaman untuk ditiduri dan yang terpenting adalah kehangatannya. Dia tidak perlu merasa dingin pada malam ini. Untuk hari esok, Haruto memutuskan untuk tidak mempedulikan itu sekarang. Biarkan dia memutuskannya ketika waktunya telah tiba. Dia membalikan badannya dan menatap punggung Junkyu, pikirannya dipenuhi pertanyaan. Mengapa orang ini baik sekali ingin menolongnya? Apa yang dia pikirkan ketika melihat Haruto menangis? Apa yang ingin dia dapatkan karena telah membiarkannya tidur di sini malam ini? Apakah ia akan meminta uang darinya? Ah, whatever... Mata Haruto semakin berat, hari ini adalah hari yang panjang dan penuh kegilaan baginya... Dia rasa malam ini dia pantas untuk tidur dengan lelap...
...
Junkyu tertidur seperti batang kayu, ia sudah tertidur selama kurang lebih 9 jam. Bahkan Haruto yang notabenenya mengalami hari yang 'gila' sudah bangun satu jam yang lalu. Ia dipenuhi kecanggungan karena berada di tempat asing.
*krucuk krucuk*
Ah... Lapar T.T
Haruto sedang mengalami perang batin. Ia merasa harus pergi dari rumah ini sebelum pemiliknya bangun namun di lain sisi, dia tidak memiliki arah dan tujuan. Dirinya masih berusia 14 tahun dan tidak tahu harus melakukan apa untuk bertahan hidup. Dia sedang duduk bersila sambil menatap punggung Junkyu, "Lama sekali dia tidur. Apakah dia masih hidup?"
...
"Hoamm..." Junkyu menguap dan merenggangkan kedua tangannya. Dia membalikan badannya dan mendapati Haruto yang sedang salah tingkah.
"Pagi, hyung~" katanya serak.
"Ini sudah pukul 12 siang."
"Hehe, kalau begitu, siang hyung. Apakah hyung sudah sarapan?"
"Belum."
"... AH! Tuan rumah macam apa aku ini!" Junkyu menepuk dahinya, "Ayo, hyung. Ikut aku mencari makanan."
"Aku... Aku tidak memiliki uang," kata Haruto sambil membuang muka.
"Eyy, tentu saja aku sudah tahu. Tenang saja, hyung. Aku yang traktir!"
"Eh-" Haruto hanya menatap Junkyu yang sedang merapikan kasurnya, apakah orang ini bodoh? Bagaimana mungkin dia bersedia memberi makan dan tempat tinggal kepada orang asing seperti diriku?
"Hyung, tidak usah banyak berpikir. Anggap saja ini karena suasana hatiku yang sedang baik!"
Haruto merasa sangat canggung, ia diberikan tempat tinggal, makanan, serta dipinjami pakaian. Seumur hidupnya, dia tidak pernah bertemu orang seperti Junkyu. Apalagi Junkyu yang terus menganggapnya hyung, padahal Haruto yakin, Junkyu pasti lebih tua daripadanya.
"Hyung, aku harus pergi bekerja sebentar lagi," Ah, batin Haruto, dia pasti secara tidak langsung berkata bahwa aku harus meninggalkan rumahnya...
"Hm, aku akan per-"
"Hyung, diam saja di rumah baik-baik ya!" kata Junkyu. Mereka berdua berbicara di saat bersamaan. Bola mata Haruto melebar, "Eh-?"
"Ey, hyung. Hyung bisa tinggal di sini selama beberapa hari sampai hyung memiliki rencana kedepannya. Apakah kamu berpikir aku akan mengusirmu, hyung? Haha."
"Kenapa kau melakukan ini semua?" tanya Haruto.
"Um... Hanya karena?? Ehehe," Junkyu menyeringai lebar, meninggalkan Haruto sendirian dengan wajah penuh ketidakpercayaan.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to You - Haruto x Junkyu of Treasure [END]
FanfictionAttention: Not BL (Bromance - Brotherhood), Explicit words Summary Pertemuan dua anak lelaki yang hidupnya berada di dalam kegelapan dan kesepian. Haruto, pemberontak yang lari dari rumah, bertemu dengan Junkyu, lelaki yang memendam kesedihan yang...