Bab 14. Empty (1)

1.4K 264 17
                                    

Sudah satu minggu semenjak perpisahan Junkyu dengan Haruto. Hingga saat ini, Junkyu masih mengingat dengan jelas bagaimana perkataan dan tangisan Haruto malam itu. Dirinya bahkan kesulitan untuk tidur. Dirinya tidak menyangka bahwa kepergian Haruto akan meninggalkan kekosongan di dalam hidupnya sebesar ini. Bodoh, pikirnya. Ia terus menyakinkan dirinya bahwa Haruto hanyalah orang asing yang singgah di hidupnya sesaat. 

Haruto adalah seorang anak laki-laki yang hidup di dunia berbeda. Tempat yang sesuai dengannya adalah tempat yang tinggi dan terang, tidak seperti Junkyu. Takdir hanya mempertemukan mereka sesaat dan takdir jugalah yang memutuskan untuk memisahkan mereka. Namun tak peduli seberapa sering Junkyu memutar perkataan itu di pikirannya, ia tidak dapat menghentikan dirinya untuk meneteskan air mata dan menyesali perbuatannya. 

Apakah Haruto membencinya sekarang? 

Apakah ia baik-baik saja?

Apakah ia makan dengan baik? Tidur dengan baik?

Junkyu berharap bahwa Haruto baik-baik saja. Ia berharap bahwa anak itu telah melupakan semua waktu yang telah mereka habiskan bersama. Serta ia juga bersedia untuk menanggung semua beban sebagai orang jahat asalkan Haruto memiliki masa depan yang cerah.

Lupakanlah semua kebahagiaan, kesedihan, kehangatan, serta kenyamanan yang mereka dapatkan dari satu sama lain. Ia tidak lagi dapat memberikan itu semua kepada Haruto. Lalu apakah dia menyesali perbuatannya ketika menolong Haruto pada saat mereka pertama kali bertemu? Pertanyaan itu masih terus menghantuinya...

"Hei, Kim Junkyu... Apakah kau baik-baik saja? Lihatlah kantung matamu, ckck," boss menghampiri Junkyu di meja kasir dan mengelus kepalanya pelan. "Apakah kau butuh waktu untuk istrihat di rumah?" 

"Hm? Tidak, boss. Aku baik-baik saja..." jawabnya pelan.

"Ya! Kau ingin membohongi siapa?! Bahkan anak kecil mengerti jika kau tidak dalam kondisi bagus untuk bekerja! Kau akhir-akhir ini selalu saja membuatku marah-marah!" boss berkata geram. Semenjak Haruto tidak bekerja di sini lagi, boss tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Ia dapat melihat anak itu memiliki banyak pikiran dan tidak bersemangat. Sesungguhnya, ia lebih memilih untuk mendengarkan Junkyu bernyanyi soundtrack film FROZEN 2 tanpa henti daripada ia harus melihat anak ini menghela nafasnya setiap menit dan memiliki kantung mata yang tebal.

"Ma-maafkan aku, boss..." Junkyu membungkukkan badannya dalam-dalam dan berkata dengan suara kecil. Melihat anak yang ceria menjadi lesu seperti ini, boss menjadi tidak tega dan akhirnya mengalah. "Aku akan menutup cafe ini lebih cepat dan setelah itu ayo kita berbicara,"

...

Setelah tutup, Junkyu duduk dihadapan boss sambil menundukkan kepalanya. "Minumlah. Jiwon's Hot Chocolate Special for Kim Junkyu," kata boss setelah menyisip minumannya sendiri. Kemudian Junkyu meminum coklat panasnya dan mendapati rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. 

"Walaupun aku tidak ingin membahasnya, tapi apakah kau ingat perjanjian kita pada saat kau diterima kerja di sini?"

"O-oh? Tentu saja aku ingat... Di luar jam kerja, boss adalah waliku..." balasnya ragu.

"Betul. Jujur saja, aku tidak pernah ikut campur dalam kehidupan pribadimu. Aku hanya bertugas sebagai wali ketika itu berhubungan dengan pendidikanmu. Tapi, melihat dirimu seperti ini membuatku kesal. Aku tidak ingin anakku lemah. Sekarang, aku tidak akan bertanya banyak tapi kau harus menjawabnya, oke?"

"O-oke..."

"Bagaimana kau bisa mengenal anak itu?" tanya boss singkat.

"Aku bertemu dengannya di jalan dan aku memutuskan untuk memberikan tumpangan kepadanya. Dia berkata bahwa dia lari dari rumah dan aku juga tidak menyangka akan tinggal selama itu bersama Haruto..." Junkyu berkata pelan sambil mengingat pertemuan pertama mereka. Mereka bertemu di belakang cafe dan ia memutuskan untuk memberinya beberapa buah roti...


"Hm... Lalu siapa pria yang menemuimu satu minggu lalu?"

"Um.. Beliau adalah ayah Haruto..." Junkyu telah mengepalkan tangannya erat-erat sambil menjawab pertanyaan boss. Ia tidak tahu maksud dari pertanyaan boss namun ia juga tidak dapat menolak untuk menjawabnya.

"Watanabe, huh?"

"Eh?! Ba-bagaimana boss bisa tahu?!" Ia sangat terkejut setelah mendengar boss yang mengetahui marga keluarga Haruto. Bahkan Junkyu sendiri tidak tahu marga Haruto jika bukan karena ayah Haruto sendiri yang memberitahunya. Bagaimana mungkin boss bisa tahu?

"Tentu saja aku tahu, anak bodoh. Aku pernah melihat orang itu di berita. Aku berani bertaruh bahwa kau tidak tahu tentang keluarga itu 'kan? Mereka termasuk salah satu keluarga pengusaha berpengaruh di negara ini. Apalagi Haruto adalah satu-satunya ahli waris Watanabe, pantas saja ayahnya memaksa anak itu untuk pulang."

Ah.. Di saat itu juga, yang dapat Junkyu bayangkan adalah jarak antara dirinya dan Haruto yang semakin menjauh. Ia tidak mengetahui bahwa keluarga Watanabe adalah keluarga yang sangat berpengaruh. Awalnya, ia hanya berpikir bahwa ayah Haruto datang menemuinya untuk menamparnya dengan fakta bahwa dunia mereka berbeda. Setelah itu dia menghela nafas panjang karena dadanya yang sesak.


"Junkyu, perlukah aku memberikanmu waktu libur? Sebentar lagi kau akan masuk sekolah, aku tidak dapat membiarkan dirimu terus menerus murung seperti ini," boss-pun kebingungan bagaimana caranya membuat anak ini ceria kembali. Ia tidak pernah peduli dengan urusan orang lain namun anak itu sekarang terlihat sangat menyedihkan, seperti kucing basah yang meringkuk menggigil di tengah hujan.

"Tidak perlu... Aku- aku harus mengisi pikiranku dengan hal lain jika aku ingin melupakan mereka. Jika aku tinggal di rumah, aku tidak yakin aku dapat beristirahat dengan tenang,"

"Hm. If you say so. Pulanglah dan cobalah untuk tidak berpikir terlalu banyak," kata boss singkat. Lalu Junkyu berdiri dan menunduk sebelum membalikkan badannya.

"Junkyu! It's not your fault. I mean, about his leaving... You're only a kid. The grown ups should be the one to feel ashamed of themselves. So you better be stronger so that no one can step on you. Got it?"

"Baik, boss. Thank you..." Junkyu memaksakan senyuman kecil sebelum benar-benar meninggalkan cafe itu. Tentu ia sangat bersyukur ketika boss memutuskan untuk menghiburnya dan mengatakan itu bukan kesalahannya. Boss tidak pernah terlibat dengannya di luar pekerjaan dan kali ini tentu saja membuatnya sedikit terkejut. Namun sekali lagi, ia tidak dapat menolong dirinya dan terus berpikir tentang skenario lain. Bagaimana jika ia tidak melepaskan Haruto? Bagaimana jika ia menolak dan bersikukuh dihadapan ayah Haruto? Bagaimana... Bagaimana... Sudah tak terhitung jumlah helaan nafas panjang Junkyu hari ini namun semuanya kembali kepada satu jawaban, ia tidak akan pernah dapat memberikan apa yang keluarga Haruto siapkan untuk anak itu. 


Jalan pulang yang biasanya ia lalui bersama Haruto, sekarang nampak kosong dan gelap. Setiap pagi ia terbangun dengan kosong juga, memikirkan bagaimana Haruto yang berteriak memaksanya bangun untuk sarapan. Sekarang yang mengantikan suara rendah Haruto adalah bunyi alarm yang menyebalkan. Waktunya bersama Haruto terasa seperti mimpi dan sekarang ia telah dipaksa bangun oleh realita yang menyedihkan. 

Betapa konyol dirinya karena ia telah lupa rasanya ketika hidup sendirian. Keberadaan Haruto selama kurang lebih satu bulan telah membuatnya melupakan semua itu. Sejak kapan dia menjadi selemah ini? Dia selalu dapat bertahan dan baik-baik saja ketika hari ibu maupun hari ayah. Seharusnya dia terbiasa sendirian, namun kehangatan sesaat itu membuatnya lupa akan segalanya. Seperti apa dirinya sebelum hidup bersama Haruto...? Junkyu bahkan tidak dapat mengingatnya.



To be continued...

Back to You - Haruto x Junkyu of Treasure [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang