Bab 20. Preparations (1)

1.5K 228 23
                                    

Matahari telah menampakan dirinya pagi ini, namun sayang, cahayanya tidak dapat menemukan celah untuk masuk ke studio milik orang yang bernama Choi Hyunsuk. Jika diperhatikan, kondisi studionya cukup menyeramkan. Banyak sekali kertas-kertas berserakan di lantai dan berisikan tulisan tangan yang berantakan. Cahaya yang menerangi ruangan itu hanyalah lampu kuning yang remang-remang. Satu-satunya orang yang berada di ruangan itu sedang duduk dan menatap langit studio dengan tatapan kosong menyedihkan. Ia memutar-mutar pulpen di tangannya dan menghela nafas panjang.

Tak lama, handphonenya bergetar dan ia menyadari bahwa alarm sudah menandakan waktunya telah habis. Ia segera mengumpulkan nyawanya dan merapikan studio itu sebelum buru-buru pulang ke rumah dan mengganti seragamnya dengan cepat. AH GAWAT!! Aku telat, batinnya frustasi. Junkyu, orang yang sedang panik ini, dengan segera menelpon Hyunsuk untuk mengatakan bahwa ia akan datang terlambat. Namun, temannya ini tidak mengangkat teleponnya sama sekali. Dengan kesal, Junkyu menyambar tas sekolahnya dan berlari cepat. Ia tidak menyadari bahwa orang-orang sepanjang jalan, memandangnya dengan tatapan kebingungan. 

Sesampainya di gerbang sekolah, Junkyu menarik nafas dalam-dalam dan mendapati bahwa pintu gerbang sekolahnya telah tertutup rapat dan tidak menemukan pak penjaga sekolah. "Sial," Ia segera memutar otaknya dan berlari ke bagian samping sekolahnya. Ia melempar tasnya terlebih dahulu melewati tembok tinggi sekolahnya dan kemudian dengan bantuan kaki panjangnya, meloncat dan menaiki tembok itu. Dia kesusahan bernafas karena jarangnya berolahraga. Junkyu duduk sebentar di atas tembok sebelum akhirnya ia meloncat ke bawah dengan cepat. Setelah mendarat, ia menoleh ke kiri dan kanan dan menarik nafas lega karena tidak ada satu orangpun yang menangkapnya. 

"Wow, aku tidak tahu aku seberuntung ini?" katanya pelan. Dengan segera Junkyu berlari masuk ke gedung sekolahnya. Setelah menaiki beberapa tangga, Junkyu akhirnya menyadari ada yang aneh... Sekolahnya terlalu hening dan sepi, seakan-akan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini. Ia memelankan langkah kakinya dan mengecek handphonenya untuk mendapati bahwa... hari ini adalah hari sabtu.

Sabtu........

"HWAAAA!!!!" Junkyu berteriak keras di tangga sekolahnya. Suaranya bergema di gedung itu. Bagaimana mungkin ia kelupaan bahwa hari ini adalah hari sabtu. Tidak ada orang-orang yang ke sekolah pada hari sabtu kecuali para penjaga sekolah atau demi persiapan festival. Ia duduk di tangga dengan kelelahan dan bersumpah serapah. Ia menghabiskan tenaga dan waktunya untuk berlari secepat kilat dari studio ke rumah lalu ke sekolahnya. Jika saja ia ingat hari ini hari sabtu, ia seharusnya dapat menghabiskan waktunya untuk tidur dan beristirahat. Junkyu kira dirinya beruntung, namun memang sepertinya takdir berkata lain.

"Yah, Kim... Junkyu?" Tiba-tiba ada suara laki-laki yang memanggilnya. Junkyu menoleh dengan pelan dan mendapati bahwa yang memanggilnya adalah teman satu angkatannya, Choi Raesung. Choi Raesung adalah murid di jurusan musik yang berfokus pada produser. Ia adalah salah satu murid kesayangan FIS. Bakat dan talentanya dalam pembuatan musik membuatnya terkenal di FIS sebagai musisi jenius. 3 lagu buatannya saat festival FIS di semester kemarin, membuatnya dilirik banyak kalangan bahkan dari agensi musik terkenal. Sehingga ia mendapat beberapa tawaran untuk bergabung di agensi-agensi musik, namun untuk alasan yang tidak diketahui, ia selalu saja menolak semua tawaran. Junkyu-pun sangat terkagum akan kehebatan Raesung dan terkadang menghabiskan waktunya untuk bertukar pikiran bersama. 

"Raesungggg!" Junkyu memanggilnya seperti anak kecil. Raut wajahnya cemberut dan bibirnya mengerucut. Ia memperhatikan bahwa Raesung juga mengenakan seragam sekolah dan berpikir bahwa Raesung juga sama seperti dirinya, "Raesung, apakah kamu sama seperti diriku? Aku tidak percaya aku lupa jika hari ini sabtu!" Lawan bicaranya dengan santai duduk di sebelahnya dan meluruskan kakinya, "Aku? Tentu saja tidak. Aku tidak sebodoh dirimu. Bagaimana mungkin seorang pelajar bisa salah hari?" katanya santai. 

"Eh-? Lalu kenapa kau berada di sini dan memakai seragam?" Junkyu bertanya kebingungan dan mengabaikan fakta bahwa Raesung memanggilnya bodoh. "Aku sedang mengerjakan musik di studio sekolah dan ternyata pak penjaga mengunci gerbangnya ketika sudah terlalu malam. Aku jadi tidak bisa pulang,"

"Haha! Jadi kau di sini dari kemarin?! Kenapa kau tidak menelpon orang lain? Tidakkah kau lapar?" tanya Junkyu. Ia telah mendapatkan tenaga setelah beristirahat dan menjadi lebih bersemangat. 

"Handphoneku kehabisan baterai dan aku tidak membawa charger. Hm, aku mengharapkan pak penjaga akan kembali pagi ini, namun aku belum melihatnya dari tadi. Omong-omong, kau... Bagaimana caranya kau masuk jika gerbang depan masih dikunci?" Raesung menatapnya dari atas ke bawah seakan-akan ingin memastikan bahwa lawan bicaranya ini bukanlah hantu. "Aku? Aku loncat dari tembok samping sekolah," Junkyu berkata dengan nada bangga akan dirinya sendiri.  

"Hoo Kim Junkyu!! Ayo tunjukan jalan itu. Aku sudah kelaparan, rasanya aku ingin mati saja," Raesung berdiri dan mengatakan bahwa ia akan mengumpulkan barang-barangnya sebelum turun. Junkyu dengan santai menunggu Raesung sambil menikmati kesunyian sekolah. Ini adalah kali pertamanya, ia berada di sekolah yang tidak ada orangnya sama sekali. Harus ia akui, Junkyu sangat menyukai suasana hening seperti ini. Tak perlu menunggu lama, Raesung berlari dengan cepat ke arahnya. 

"Wow, Raesung, tidak usah berlari sekencang itu. Aku tidak akan kemana-mana," Junkyu berkata sambil terkekeh. Raesung hanya menepuk pundaknya dan mendorong Junkyu untuk segera bergerak. Nampaknya anak itu sudah tidak sabar untuk keluar dari sekolah ini. Ia membawanya ke tembok samping sekolah dan berkata, "Tadaa~ Dari sinilah aku masuk. Temanku berkata bahwa ini adalah jalur rahasia yang digunakan murid-murid untuk bolos sekolah!" Teman yang dimaksud Junkyu adalah Jihoon. Jihoon memiliki banyak teman di sekolah dan sering mendapatkan informasi rahasia ataupun gossip terbaru. Junkyu dan Raesung kemudian melemparkan tas mereka ke sisi seberang tembok sebelum bersiap-siap untuk loncat. Junkyu meloncat terlebih dahulu dan duduk di atas tembok sambil melihat temannya ini. 

"Raesung, jangan khawatir! Aku akan menarikmu ke atas," Junkyu berkata dan mengulurkan tangannya ke bawah. Raesung menatapnya tangannya beberapa detik dan berkata, "Tentu saja kau harus menarikku. Aku tidak bisa meloncat setinggi ini!" Kemudian Raesung mengambil ancang-ancang dan berlari lalu melompat sekuat tenaganya. Junkyu dengan sigap menggenggam tangan Raesung dan menariknya ke atas sambil menjaga keseimbangan. Mereka berdua tertawa kecil di atas tembok dan saling menepuk bahu satu sama lain, "Kerja bagus kerja bagus,"



To be continued...



Author's Note: 

Apa kabar readersku semua? :D Maaf ya author baru kembali setelah satu bulan tidak update apa-apa. TT Soalnya author sibuk ikutin konten TREASURE yang gak habis-habis. HAHA. OH IYA KOK VIEWERSNYA NEMBUS 4K!! WOW MANTAP. MAKASIH SEMUAAA!!!
Anyway, hope you enjoy this new chapter~ Sabar ya nanti Haruto pastinya akan kembali kok!

Back to You - Haruto x Junkyu of Treasure [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang