Selepas dari black zone, Jeno Dan Renjun memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka berdua berjalan dengan kedua tangan yang saling tertaut.
"Grazie Jeno, untuk hari ini. Aku merasa lebih baik."
Jeno menoleh pada Renjun. Dia tersenyum samar dan mengangguk.
Mereka berjalan dengan santai, menikmati malam yang dihujani salju tetapi tidak deras. Renjun menikmati setiap langkah yang ia pijak kali ini bersama Jeno. Dia masih setia tersenyum kecil hingga saat tiba didepan rumahnya, dadanya tiba-tiba terasa panas. Tetapi rasa panas itu hanya terjadi beberapa detik. Dan perasaan Renjun menjadi tidak tenang.
"Renjun?"
Yang dipanggil langsung mendongak pada Jeno yang memang lebih tinggi dari nya.
"Y-ya?"
"Kenapa?"
"Tidak ada. Ayo masuk."
Mereka berdua masuk dengan sedikit tergesa karena salju semakin lebat. Vampir bisa merasakan hawa omong-omong.
"Renjun..."
"Iya?"
"Aku ingin mengajakmu."
"Kemana?"
"Main Truth Or Truth, hehehe."
Renjun memasang wajah anehnya karena tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Jeno. Tawa Jeno yang garing pun terhenti karena melihat wajah aneh Renjun yang kelihatannya tidak paham.
"Maksudku, aku punya permainan. Dimana permainan itu harus menceritakan tentang dirimu. Secara jujur. Dan aku mengajakmu bermain itu."
"Tunggu. Kenapa aku harus menceritakan diriku kepadamu?"
"Aku ingin mengetahui mu dengan baik, sebagai soulmate," Renjun mengangguk-angguk mengerti, sambil memandang intense Jeno.
Belum sempat mengucapkan kalimatnya, Jeno lebih dulu memotong perkataan Renjun.
"Yang tidak menjawab, hukumannya harus mengecup bibir."
"WHAT?!"
"Menolak artinya pecundang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY ✔
Fanfiction"We and this eternity." big thanks to my support system @2ndprintemps ©injeolmiiiiiiiiii, 2020