Chenle duduk di kursi taman sambil berteduh disana, hujan belum reda sejak tadi membuat suhu semakin dingin. Jaemin sudah pulang duluan, dia sudah memaksa chenle untuk jaemin antar tapi chenle mati matian menolak.
Ayah nya pulang awal malam ini, itu alasan nya.
Sudah hampir setengah jam chenle menunggu, hari semakin gelap efek dari awan hitam tak kunjung pergi. Celana panjang nya sedikit terkena percikan hujan, begitu juga hoodie dikepala chenle sudah mulai terpercik tetesan hujan yang di bawa angin.
Dingin, sangat dingin.
"Ayo, ke dalam kampus aja!"
Suara itu!?
Chenle mendonggakkan kepala nya, menatap seorang bertubuh tinggi yang menutupi atas kepala nya dengan jaket.
"Gak mau, bentar lagi gue di jem---"
"Gaada penolakan!" Ucapan chenle terpotong, tangan nya diraih jisung dan dibawa ke gedung kampus.
Chenle menepis nya, merasa tak suka setiap jisung park menyentuhnya. Mata nya menyipit sinis memperhatikan jisung tengah sibuk dengan jaket nya yang basah.
"Gue udah bilang, gue dijemput!" Ucap chenle penuh penekanan, dia membalikkan badan menoleh ke apapun itu selain ke arah jisung.
Jisung menghela nafas, lalu pergi beberapa langkah kemudian kembali.
Srett..
Eh!?
Jisung menyelimuti chenle dengan shal, ntah shal siapa itu. Tapi sangat harum, dan chenle merasa hangat. Walaupun sebenarnya chenle masih kaget, memasang ekspresi lucu.
Membuat jisung terkekeh.
"Kenapa?" Jisung memiringkan wajahnya, tangan jisung tertahan untuk mencubit gemas pipi gembil chenle.
Dia ingin sekali uwel uwel pipi mulus yang mirip dengan squishy itu, tapi chenle akan mengamuk nanti.
"Lo nyolong ya? Punya siapa ini?!"
"Punya ibu.." jisung kini menatap ke arah hujan.
"Ha? Udah izin?" Jisung mengangguk yakin.
Chenle memakai shal ini dengan senang hati, menghangatkan tubuh nya dari suhu dingin yang semakin menajam.
Chenle ikut ikutan menatap ke arah hujan, mereka bersampingan di sisi kampus yang sudah mulai sepi.
"Le.."
"Hm?"
"Gue boleh.. pegang.. tangan lo?"
Chenle terbelalak, dia mulai sedikit menjauh dari jisung. Ingat bahwa jisung itu berandalan, berdua dengan berandalan seperti ini bukanlah hal yang dipastikan baik.
"Gak! Gak boleh!" Chenle menenggelamkan tangan nya di lengan Hoodie hingga tangan chenle menghilang, membuat jisung tersenyum manis merasa gemas.
"Haha, iyaa kalau gak boleh.." jisung terkekeh.
"Lo gak pulang apa?" Ketus chenle, seperti nya mengusir.
"Kan nungguin lo!" Jawab jisung santai, tangan nya berada disaku jaket nya.
"Ha? Ngapain? Kurang kerjaan banget" ujar chenle remeh.
"Gue merhatiin lo lah, liat sekarang siapa yang kedinginan dibawah hujan sendirian tadi?" Jisung langsung memajukan wajahnya, hanya ada beberapa centi jarak di antara mereka.
Chenle mematung kaget, dia mendengar jelas suara nafas jisung dan suara... Detak jantung jisung semakin cepat.
Chenle sadar lalu semakin menjauh.
"Yeee gue gak minta temenin yee" chenle mencebik.
Jisung tersenyum tipis lalu menadahkan tangan nya terkena air hujan.
"Awas noh, disitu kan luka lo belum kering.." kata chenle sambil mencondongkan kepala nya, terlihat penasaran dengan luka jisung yang tadi dia obati.
Jisung pun sengaja membenturkan pelan kepala nya ke kepala chenle.
Kurang kerjaan banget' gumam chenle.
"Lo kenapa sih aneh?" Ketus chenle.
Jisung tersenyum menyebalkan lalu menangkup kedua pipi chenle, sudah tak tahan lagi jisung sangat gemas.
Chenle yang merasa tak suka pun memegangi tangan besar jisung di wajah nya, berusaha melepas tangan itu Tapi sia sia.
"Lepas jisung.." chenle berbicara dengan mulut mengerucut, ya karena jisung masih mengapit wajah chenle.
Jisung pun melepaskan tangan nya dari wajah chenle, tenang kok tangan jisung bersih steril.
Chenle memukul pelan lengan jisung berkali kali tanpa jeda.
"Ampun ampun.." lirih jisung dengan nada menyebalkan.
Tiba tiba....
Tittt!!
Itu suara..
Klakson mobil ayah... Chenle.
"P-papa?" Chenle tergagap melihat mobil putih itu menuju sisi gedung kampus tempat chenle saat ini.
Ayah nya sendirilah yang menjemput chenle kali ini, ternyata ini penyebab chenle lama dijemput. Karena menunggu ayah chenle pulang.
Jendela pintu mobil di posisi kemudi terbuka setengah, menampakkan wajah tuan zhong. Jisung diam, dia menelan saliva nya kasar menatap ngeri ayah dari pria manis disamping nya.
"Selamat sore om.." jisung menunduk sekilas menunjukkan kesopanan.
"Jauhi anak saya! Chenle, cepat masuk mobil!" Perkataan singkat dari tuan zhong tadi berhasil membuat jisung sangat terkejut, ada yang pilu didalam tubuh nya.
Jisung menatap sayu chenle yang sudah memasuki mobil, chenle juga sebenarnya khawatir akan suatu hal sekarang.
"Apa saya kurang jelas berbicara tadi? Dengar, seperti nya kamu tidak pantas mendekati anak saya zhong chenle.. seperti nya kamu tau itu?"
Jisung bungkam, tangan nya mengepal keras, rahang nya juga menggeram.
"Bercerminlah!" Final ayah dari chenle itu, menutup kaca pintu mobil, lalu meninggalkan jisung sendiri.
Chenle masih menatap jisung disana, dari kaca belakang mobil. Kemudian menormalkan posisi duduk nya ketika sang ayah melirik dari spion dalam.
Bugh!!
Tiang kampus ditinju keras oleh jisung, ada darah mengalir di setelah nya. Tapi rasa perih dan sakit itu tidak seberapa sekarang, lebih sakit dan menyiksa perkataan tuan zhong tadi.
Jisung sekarang bukan nya menyerah, dia malah bertekad akan benar benar membawa chenle bersama nya.
Jisung membersihkan luka baru di tangan nya tadi dengan rintikkan hujan, tak disadari tetesan bening di celah mata jisung ikut turun membasahi pipi nya.
"Ibu.. beri aku izin untuk membawa seseorang bersama ku. aku menyayangi nya.. sangat. Dia orang kedua yang aku cintai setelah diri mu, ibu..."
.
.
.
.
.
.Vote juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
Love friend [ ChenJi ]
Fanfiction[ Complete ] Lo tau cinta? Cinta bisa aja gak terencana. Seperti kisah Park jisung anak berandal yg tidak sengaja bertemu anak manis yang memiliki sejuta kisah. Season 1 Start = 210620 End = 120720 Season 2 Start = 180720 End = 020820 ⚠️ Bxb Soft...