-52

1.2K 53 6
                                    

Derap langkah orang-orang semakin terdengar nyaring, teriakan histeris semakin menggema, lantunan Al-qur'an semakin ramai.

Cairan bening itu tumpah. Orang yang mereka jaga seperti sebuah permata itu kini sudah tidak ada, dia sudah pergi dan mustahil untuk kembali. 

Permata itu sudah tidak ada lagi di tangan orang-orang yang selalu menjaganya dengan sekuat mereka. Ia sudah bahagia tanpa harus ada yang menjaganya lagi, ia tidak akan pernah merasakan sakit lagi di tengah malam, ia tidak akan lagi membuat orang-orang khawatir. Tapi sekarang ia malah membuat orang-orang yang sudah berjasa baginya menangis.

Bolehkah ia egois? ia lelah. Lelah karna setiap malam harus merasakan sakit, lelah karna harus berhadapan dengan berbagai macam alat medis setiap kali merasakan sakit yang membuatnya semakin lemah. Kini ia sudah berada di titik terlemahnya dan memilih untuk menyerah.

Melepaskan tidak semudah menerima.

Tubuh kaku itu terbaring lemah di tengah-tengah orang yang sedang melayatnya. Tubuh itu putih, seputih kapas. Matanya terpejam erat dan mustahil untuk kembali terbuka kecuali dengan izin Allah.

Tubuhnya di baluti kain berwana putih dengan empat tali yang nampak jelas terikat di tubunya. Dua kapas yang menutupi lubang hidungnya dan wewangian yang tercium khas dan tak asing lagi untuk umat manusia.

Hasna terus menangis histeris saat tubuh tanpa nyawa  itu di angkat dan di pindahkan kedalam sebuah kendaraan terakhir nya.

'Keranda. Tubuh yang sudah tak bernyawa itu di pindahkan kedalam keranda, lalu di lapisi kain berwarna hijau yang bertuliskan lafadz Tahlil ilāha illa l-Lāh. Kalimat itu terus terdengar sepanjang perjalanan menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

ilāha illa l-Lāh
ilāha illa l-Lāh
ilāha illa l-Lāh

Sampailah mereka di sebuah ladang berwarna hijau yang begitu luas namun tersimpan banyak cerita di dalam nya. Banyak gundukan tanah basah dan bahkan banyak juga yang sudah di lumuti rumput hijau.

Keranda itu di turunkan tepat di depan sebuah liang lahat. Perlahan Ricky membuka penutup kerandanya dan mulai masuk kedalam liang lahat untuk menerima tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Alwi dan abi Yahya membantu menurunkan jasad orang yang selama ini mereka jaga dengan baik.

Ricky mulai meng Adzan-ni jasad putranya. 'Ayah, kalo nanti aku udah pergi-- aku mau ayah yang adzan. Suara adzan ayah lembut, tapi aku takut denger suara adzan ayah untuk yang terakhir kalinya. Aku takut yah'

Kata terakhir yang di ucapkan putranya terus terngiang di kepala Ricky. Sebelum putranya pergi ia sempat meminta nya untuk tetap bertahan dan jangan menyerah namun 'Aku tidak tau. Apapun yang terjadi sama aku, ayah harus ikhlas'

Ricky terus mengingat ucapan-ucapan yang di lontarkan putranya semalam. 'Buna, ayah. Galang mau denger kalian Sholawat, Galang ngantuk.'

Sebuah batu nisan berdiri kokoh di atas gundukan tanah yang masih basah dengan  taburan bunga mawar dan melati.

        Galang
            bin
          Ricky

         WAFAT
    Juni-30-2020

Ricky memeluk Istri dan putra pertamanya. "Ikhlasin Galang, Galang udah bahagia. Galang ngak akan lagi ngerasain sakit dan bangun tengah malam karna sesak"

Hasna menatap mata lelah sang suami "Maafin aku hiks "

Alwi melepaskan pelukan Ricky begitu juga dengan Hasna "Yah, Galang kenapa milih nyerah si?" Hasna langsung memeluk putranya yang sudah kembali berkaca-kaca.

"Sayang, kamu sayang kan sama Galang?" Alwi mengangguk dan mendusel-duselkan kepalanya di dada sang bunda.

"Galang uda bahagia, nak." Balas Ricky.

Alwi pun mengusap-usap batu nisan yang bertuliskan 'Galang' "Lang, abang pulang dulu ya. Janji deh, abang bakal rajin ke sini. Semoga tenang di sana.

Kini sudah tidak ada lagi orang di sana. Hanya tinggal jejak kaki yang tertinggal di sana. 

                            AND

Cinta Sang Ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang